PART 13: BERBOHONG

3.3K 184 4
                                    

Hargai tulisan ini dengan vote dan komen

🌸Terima kasih🌸

Kamila memberengut saat Daffa terus mengatakan jika dia tak sengaja langsung membuka pintu kamar mandi tanpa mengetuknya lebih dulu. Kamila bahkan menghindari Daffa keesokan paginya. Kamila buru-buru berangkat dan tidak mengambil bekal yang disiapkan Daffa. Kejadian kemarin tidak sepenuhnya salah Daffa, Kamila juga salah sebab lupa mengunci pintu.

(Wajah Aa' Daffa waktu jelasin kalau dia gak sengaja xixi, rezeki yang tak disengaja wkwk)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Wajah Aa' Daffa waktu jelasin kalau dia gak sengaja xixi, rezeki yang tak disengaja wkwk)

Kamila meninggalkan rumah lebih dulu dari pada Daffa, perempuan itu berangkat lebih pagi untuk menghindari macet. Dia pernah terlambat karena terhalang enam lampu merah dalam perjalanan ke kampus. Dia tidak lagi berani berangkat pukul tujuh pagi.

Awal Kamila memulai perkuliahan offline, Daffa yang selalu mengantar dan menjemput gadis itu. Tidak sampai sebulan Kamila yang mengaku sudah hafal rute perjalanan pulang pergi kampus pun meminta Daffa berhenti mengantar dan menjemputnya. Bukan karena sungkan, tetapi melihat Daffa yang beberapa kali menjadi pusat perhatian dan digoda di warung depan kampus membuat Kamila tidak tega sekaligus tak enak hati. Mungkin saja Daffa risih, tetapi tak berani mengatakan padanya.

Daffa juga tak perlu terlalu mengkhawatirkan perempuan itu karena Kamila punya banyak teman yang merupakan orang asli Samarinda. Kamila tentu bisa meminta bantuan mereka.

Honda scoopy yang dikendarai Kamila memasuki parkiran kampus. Dia menenteng helm menuju kelas, helm di Samarinda rawan dicolong kata teman-temannya. Kamila menghentikan langkahnya saat melihat seorang perempuan yang turun dari Pajero Sport. Dia mengenali perempuan itu, Kamila menunggu Dina untuk berjalan Bersama menuju kelas. Dina mengecup pipi pria dewasa yang duduk di balik kemudi, lalu melambaikan tangannya. Kamila tidak tahu jika Dina begitu dekat dengan ayahnya.

"Kamu pagi banget, tumben." Dina menyenggol bahu Kamila.

"Kan mau siap-siap presentasi, kali aja kelompokku yang ditunjuk. Bu Erna nunjuk acak, aku punya firasat kena hari ini deh."

"Alah, santai aja. Toh, ditinggal juga nanti. Paling disuruh presentasi mandiri lagi."

"Moga aja gitu."

"Hey Kamila! Sabtu kemarin kenapa gak masuk?" Kamila menoleh ke belakang melihat sosok menjulang yang berjalan mendekat. Pandu menaikkan kedua alisnya menunggu jawaban Kamila sampai mereka berjalan sejajar.

"Sakit kak."

"Sakit apa?" suara berat itu kembali terdengar, Kamila menyenggol bahu Dina pelan. Minggu lalu dia sudah minta Dina menyampaikan kepada kakak tingkat mereka kalau dia tidak dapat bergabung karena sakit.

"Masuk angin kak."

"Kuatin fisik dan mentalmu, ini baru awal loh. Jangan sampai gak kuat terus gak betah. Kalau emang gak kuat kamu mending keluar diawal." Kamila tertohok karena ucapan lelaki di sebelahnya yang terdengar datar dan serius. Dina agak melongo memandang Pandu. Tak percaya Pandu akan mengatakan hal itu. Pandu menepuk bahu Kamila dan berlalu pergi.

DIDEKAP KALA ITU (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang