PART 52: PETUAH AYAH

2K 145 13
                                    


Hargai tulisan ini dengan vote dan komen

🌸Terima kasih🌸

Demi Tuhan Daffa tidak mampu. Terpisah oleh jarak dengan Kamila, itu membuat batinnya tersiksa. Perempuan itu benar-benar menghukum Daffa. Isi kepala Daffa bak benang kusut, Daffa butuh bertemu Kamila dan menjelaskan semuanya. Kamila tidak boleh gegabah memohon sebuah perpisahan. Daffa tidak dapat menerima permohonan itu sekali pun Kamila bersujud di kakinya.

Sehari setelah kepergian Kamila, Daffa menemukan selembar foto lama di nakas. Potret dirinya dan Keisya ketika berlibur bersama di Tenggarong. Dia yakin foto ini tidak pernah dia letakkan sembarangan. Foto itu seharusnya tersisip rapi di lembaran novel Keisya yang dia letakkan dalam kotak kardus di gudang.

Siapa yang menemukan dan menaruh foto itu di nakas? Daffa tak sulit menduga jika yang mendapati foto itu pasti Kamila. Sekadar foto saja tidak mungkin membuat Kamila lari dari jangkauannya. Namun, tulisan singkat di balik foto itu. Daffa menyesal pernah menggoreskan pena di sana.

Tulisan itu cukup menggambarkan dengan jelas seperti apa hubungannya dan Keisya. Tanpa pria itu bertanya, dia tahu kepada siapa sang istri mengais informasi. Ya, sudah pasti perempuan itu mendatangi Eca. Kamila tahu semasa kuliah sang kakak tinggal satu atap dengan Eca. Namun, Daffa yakin Eca bukan sejenis perempuan yang mau memprovokasi sepupuhnya sendiri dan Daffa pikir Kamila kemungkinan besar telah mengetahui kisah di balik meninggalnya sang kakak.

Semua barang milik Keisya yang pernah tertinggal dan dia simpan dengan baik di gudang sudah dibakar habis. Tidak ada lagi yang bersisa. Serta surat Kamila yang meminta berpisah ikut dimakan api.

Daffa berusaha menganalisa dan menduga Kamila telah berasumsi jauh dan membuat perkiraan yang buruk berdasarkan masa lalu. Perempuan itu menyimpulkan sendiri dan salah satu dari kesimpulan yang tertanam di kepala Kamila adalah 'Daffa tidak mencintainya, pria itu mencintai kakaknya'. Kamila sekadar objek pelampiasan dari wanita yang tak dapat dimiliki Daffa.

Di bagian mana perempuan itu merasa tidak dicintai? selama ini Daffa berjuang memenangkan hati Kamila. Meskipun ada sekelebat wajah Keisya yang bertandang berulang kali saat dia memandang Kamila, tetapi bayangan itu bukan karena Daffa merindu. Bayangan Keisya yang muncul hanya menimbulkan gejolak rasa cemas dan takut dalam diri Daffa.

Seminggu terlewati tanpa rasa lelah bagi Daffa. Pria itu bertekad menemui Kamila walaupun ibu dan Rasya benar-benar bersekutu menutup akses baginya untuk menghubungi sang istri. Setelah tiga hari berada di Jakarta, Daffa tak mendapatkan sedikit pun bocoran informasi di mana posisi ibunya sekarang. Hasan tunduk pada mulut istrinya meski tak tega melihat Daffa yang datang jauh-jauh dari Samarinda mencari Kamila. Hasan telah mendengar permasalahan rumah tangga anak sulungnya dari mulut Indi. Dia tak bisa banyak mencampuri masalah itu, bahkan Hasan sempat menegur keras Indi untuk membiarkan Daffa bertemu dengan menantunya. Sayang sekali, Kamila sendiri yang memutuskan untuk membentangkan jarak itu. Sementara waktu tak mau bersua dengan sang suami.

Hasan merangkul bahu Daffa yang tampak lunglai. Bahu itu keras, tetapi seolah tak bertulang karena menahan letih. Ayah dan anak itu duduk berdua di sofa. Siaran tv tak lagi menarik karena Hasan mengecilkan volumenya. Lelaki tua itu berniat memberikan kuliah singkat pada Daffa yang tengah terbelit masalah rumah tangga.

"Nak, lelaki itu cenderung merasa perempuan berpikir seperti kaum kita para lelaki." Daffa menelengkan kepala, melihat ayahnya kini menyandarkan punggung ke sofa.

"Ibarat lelaki itu punya sembilan logika dan satu perasaan, berbeda dengan perempuan. Mereka punya sembilan perasaan dan satu logika. Kita sering tidak sadar telah menyinggung perasaan perempuan. Sama seperti sesuatu yang kamu sembunyikan nak. Jika dipikir, itu hanyalah hal sepele toh kamu tidak lagi mencintai perempuan yang ada di masa lalu." Kening Daffa mengerut dalam mencerna tiap kata sang ayah. Daffa tertunduk, ibu pasti sudah banyak bercerita pada ayahnya.

DIDEKAP KALA ITU (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang