PART 31: TAK DIINGINKAN

2.8K 107 2
                                    

Hargai tulisan ini dengan vote dan komen

🌸Terima kasih🌸

Wanita tua yang seluruh rambutnya memutih itu mengelus pelan surai cucunya yang tengah bermain robot di dekat kursi yang ia duduki. Rasya merasa kesepian saat nini mengusir Daffa. Padahal sang kakak asik menemani dirinya bermain di dekat kolam. Namun, nini datang mengacaukan dan melarang Rasya bermain bersama Daffa.

Dari jauh pandangan teduh anak berusia 10 tahun itu terluka dan hanya bisa menyeka sudut matanya yang berair. Mengapa dia dilarang bermain bersama Rasya? Bukankah Rasya adalah adiknya?

Ini tidak sekali dua kali terjadi. Nini selalu memutus interaksi Daffa dan Rasya. Nini akan memperlakukan Rasya sangat istimewah dan melupakan Daffa.

"Belegug sia!* Indit!* Jangan dekati cucu saya, dengar tidak? Koplok sia!*" pekik Nini tiap mendapati Daffa duduk bersama Rasya.

*Belegug sia: Tidak tahu sopan santun.
*Indit: Pergi.
*Koplok sia: Bodoh kamu.

"Anak haram sia! Di bawa anak saya ke rumah ini, kamu tidak boleh dekat-dekat sama Rasya. Awas kamu kalau saya lihat main sama Rasya!" Bentak Nini.

Di sudut taman yang dekat dengan kolam renang, Daffa tersenyum kecut saat Rasya melambaikan tangannya sembunyi-sembunyi. Dia menyapa Daffa dari jauh yang hanya bisa berdiri dengan meremas mobil-mobilan di tangan.

"Daffa kenapa gak gabung sama Rasya?" Tanya seorang perempuan yang mengenakan celana kulot dan baju kaus berlengan panjang. Dia adalah perempuan yang bekerja mengurus nini di rumah. Perempuan itu seperti ibu angkatnya, sangat lembut. Namun, Daffa sedih kala tak sengaja mendapati perempuan itu dibentak kasar oleh nini hanya karena kesalahan kecil.

"Mau main di luar aja." Jawab Daffa lalu pergi dari sana.

Sejujurnya dia tidak meninggalkan rumah, tetapi diam-diam sering mengintip apa yang dilakukan Rasya di taman. Daffa akan naik ke lantai dua dan masuk kamar. Di sudut kamar dia duduk dan membuka sedikit jendela agar bisa melihat keadaan di bawah.

"Sayang ngapain di situ nak? Kenapa gak main di bawah sama Rasya?" Ya, ibu tidak tahu cacian pedas nini yang sering menusuk Daffa. Ibu sebatas tahu jika nini tak menyukai Daffa dan memilih cuek pada anak itu. Ibu tidak tahu jika nini bertindak kasar di balik sifat cueknya. Perempuan berparas ayu itu mendekati Daffa dan menarik Daffa untuk beranjak.

"Rasya lagi sama nini loh, kenapa gak main sama Rasya nak?" Pertanyaan lembut itu kembali terdengar.

"Mau bantu ibu, ibu mau masak makan siang?" Tanya Daffa. Daffa yang dibatasi untuk berada di sekitar Rasya saat menjelang siang hari, sering memilih untuk berada di sisi ibunya.

Indi yang tidak memperkerjakan pembantu rumah tangga hampir selalu memasak sendiri. Dia akan sibuk di dapur ditemani oleh anak angkatnya yang banyak bertanya. Dulu Indi khawatir jika anaknya akan bertingkah laku seperti perempuan atau dengan kata lain menjadi 'lembek' akibat suka sekali berada di sisi sang ibu saat memasak. Anak itu tidak hanya mengamati pekerjaannya di dapur, tetapi juga ikut membantu. Indi takut Daffa tumbuh tidak seperti para lelaki tulen. Namun, dia tetap membiarkan semasih Daffa tidak aneh-aneh dengan mencoba riasan wajah sang ibu atau memakai pakaian feminim, dan tidak berlenggak-lenggok seperti perempuan.

Mengamati sang ibu memasak perlahan menjadi kebiasaan Daffa yang menyenangkan karena ibu tidak membiarkan rasa penasaran Daffa melambung. Wanita itu dengan senang hati menjawab pertanyaan-pertanyaan Daffa yang penasaran dengan bumbu dapur yang mengusik mukosanya. Warna-warni bahan masakan membuat lidah Daffa gatal untuk bertanya.

DIDEKAP KALA ITU (TAMAT)Where stories live. Discover now