PART 38: NIAT BURUK

1.9K 94 2
                                    

Hargai tulisan ini dengan vote dan komen

🌸Terima kasih🌸

Dua bulan lalu

"Mas aku hamil." Tangan yang gemetar itu menyodorkan benda yang menunjukkan dua garis merah.

Tubuhnya yang berdiri itu setengah membungkuk karena lemas bolak-balik kamar kecil untuk muntah. Rasa mual dirasakan sejak minggu lalu terlalu mengusik hingga membuatnya lemas.

Perempuan yang pucat itu mendudukkan dirinya di pinggir ranjang, menilik pria yang melonggarkan dasi di depan meja rias. Mimik wajahnya yang tenang perlahan berubah setelah mendengar ucapan perempuan muda itu. Rasa geram memenuhi dada membuat kedua alis pria itu menukik tajam tak suka.

"Kamu- kamu bagaimana bisa.... kamu jangan bercanda Dina!" Kata lelaki yang jauh lebih dewasa itu tajam.

"A-aku gak bercanda mas, ini... buktinya." Dina meletakkan testpack itu di dekat pahanya.

"Itu resiko kamu! Selama ini saya bermain aman. Sebelum janin itu membesar, kamu bisa mengaborsinya segera mungkin. Kamu tau kan saya juga sudah punya anak, saya tidak mau punya anak diusia sekarang. Bahkan anak saya ada yang seusia kamu."

"Aku gak bisa mas." Dina meremas pahanya sendiri, terkejut dan rasa takut menjadi satu mendengar respon yang kasar itu.

"Janin ini tidak bersalah, aku tidak mau mengaborsinya. Aku tidak mau jadi seorang pembunuh, dia berhak untuk hidup. Ma-mas harus mau tanggung jawab." Ucap Dina lirih.

Dina sudah siap akan jawaban yang tak diharapkan itu meluncur dari bibir Aryo. Dia sempat mencari tahu tentang proses aborsi dan itu menyeramkan. Alat besi panjang yang disebut dilators dimasukkan ke dalam vagina untuk membuka bibir rahim. Sungguh Dina tak sanggup melakukan aborsi. Apalagi ke dukun pijat untuk menggugurkan janin, apa itu tidak sakit? Dia tidak mau. Benar-benar tidak mau.

"Dengarkan ini baik-baik pelacur kecil." Aryo mendekat dan menarik kencang rambut Dina. Sampai perempuan itu memekik dan mengeluarkan air mata.

"Saya tidak mungkin memiliki anak dari seorang pelacur seperti kamu. Saya tidak sudi! Kalau saya bilang kamu harus buang janin itu, maka itu yang harus kamu lakukan. Jika tidak, terserah kamu saja. Saya tidak ingin bertanggung jawab. Silakan menghidupi bayi itu dengan uangmu sendiri, saya tidak ada urusan dengan bayi kotor itu." Dina memejamkan mata merasakan kulit kepalanya terasa sakit akibat jambakan yang kencang. Dia meringis, lalu dengan gerakan pelan bersujud di kaki Aryo yang telah melepaskan surainya.

"Aku mohon mas, aku tidak mau membunuh janin ini, aku mohon-" Pinta Dina yang disertai tangisan sendunya.

"Saya bilang TIDAK, YA TIDAK!" Aryo menghempaskan Dina dengan sebelah kakinya, menendang perempuan itu menjauh.

"Tolong mas, cuma mas yang bisa membantu aku." Dina menyatukan kedua tangannya di depan dada, memohon dengan derai air mata yang tak berhenti.

Aryo menilik kesal ke arah perempuan yang bersimpuh di dekat kakinya. Dia tidak terima perempuan muda yang bodoh ini mengandung anaknya. Selama ini dia merasa dia sudah melakukan dengan aman. Namun, pria itu terkadang tidak sadar saat nafsu mencapai ubun-ubun. Hasrat yang tak dapat dikendalikan ketika bersama, membuat Aryo lupa pada beberapa momen panas yang menghapus akal sehat. Momen yang membawa petaka untuk kondisi mereka yang pada akhirnya memunculkan jabang bayi yang tak berdosa. Janin yang rupanya tak diharapkan kehadirannya oleh sang pria.

Aryo mendaratkan bokongnya pada kasur empuk itu. Tatapan tajamnya tak lepas dari kedua netra. Dia berusaha berpikir di tengah rasa ingin menghabisi perempuan tolol itu. Lelaki tua itu memijat pelan pelipisnya. Isi kepala Aryo bak benang kusut, janin itu menambah beban pikiran setelah urusan kantor yang belum diselesaikan.

DIDEKAP KALA ITU (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang