PART 4: TENTANG DAFFA

11K 647 13
                                    

Hargai tulisan ini dengan vote dan komen

🌸Terima kasih🌸

Siapa bilang Kamila tidak canggung satu kamar bersama pria itu apalagi mendadak sok dekat dengan mengajak berbicara duluan. Namun, begitulah seorang Kamila dia bisa mencairkan situasi yang menurutnya dingin, meski tidak selalu. Caranya ketika dia merasa tidak bisa menyimpan cerita dalam benaknya sendiri, dia mau orang lain tahu. Maka dia tidak akan ragu bercerita, seperti tadi. Salah satu kisah wattpad yang menarik perhatian Kamila, Kamila suka cerita itu dan dia tidak bisa untuk diam saja. Dia akan meluapkan kisah yang dia suka hingga merasa lega. Ada rasa kepuasaan tersendiri baginya.

Kejadian yang tidak menyenangkan yang menyesakkan batin Kamila, dia tidak ragu pula untuk menceritakan pada orang lain, alih-alih kepada mama di rumah atau Kania. Pernah ketika dia menunggu mama menjemput di sekolah, teman-temannya sudah lebih dulu pulang karena membawa kendaraan sendiri, sedangkan Kamila tidak boleh karena tidak punya SIM. Saat itu mata pelajaran ekonomi dibubarkan karena guru tersebut sakit, jadi jam kosong dan pulang bisa lebih cepat dari kelas lainnya. Kamila meminjam ponsel pak satpam untuk menghubungi mama agar segera menjemput.

Kemudian, Kamila duduk di warung depan seorang diri menunggu mama. Dia sempat jajan roti bakar dan air mineral, merasa lapar sekali efek full day school yang menguras energinya. Ketika seorang pria datang mengenakan kaus putih polos lengan pendek dan celana jeans, melepaskan helm tetapi tidak dengan maskernya. Duduk di samping Kamila usai Kamila bergeser begitu saja tanpa diminta. Peka sekali, sampai pria itu berujar mengucapkan terima kasih. Kamila menebak, pasti pria ini punya saudara yang ingin di jemput, satu sekolah dengannya. Sayangnya pria itu keliru, masih perlu satu setengah jam menunggu kelas IPS 2 bubar. Dia sadar kekeliruannya usai bertanya pada Kamila, hendak balik. Lebih baik jangan, jarak Bontang Utara ke perumahan bukit sintuk butuh setengah jam lebih.

Mama juga tidak kunjung datang. Dia random mengajak ngobrol pria di sampingnya yang tadi penasaran tentang jam pulang kelas sebelah Kamila dan mata pelajaran terakhir kelas itu. Tanpa menoleh, Kamila cuma menatap ke jalan depan warung. Mulutnya tidak berhenti bergerak bercerita, pria itu sudi pula mendengar Kamila. Alis gadis itu kerap kali menukik kesal. Dia curhat tentang polemik full day school, mengharuskan pulang sore. Belajar dari pagi sampai sore di sekolah, yang katanya jika sistem itu dilakukan maka PR (pekerjaan rumah) ditiadakan. Huh! Bohong, guru matematika mereka masih memberi buah tangan yang merepotkan. Dia iri pada lelaki disebelahnya, andaikan seangkatan pasti tahu penderitaan yang dirasakan Kamila dan teman-temannya. Pulang sekolah lebih sering dengan perut yang bertalu-talu minta diisi. Tanpa harus ganti seragam, yang paling utama adalah membuka tudung makanan di meja dan segera menandaskan sisa makan siang yang di masak mama di rumah.

"Sampai-sampai, temanku membawa selimut dan bantal ke sekolah. Kalau istirahat siang banyak yang akan tidur. Sudah seperti siswa di Korea saja. Untung tidak ada yang sampai beneran stress. Kalau yang pura-pura kesurupan di koridor sih pernah ada, tapi guru kami tidak bisa dibohongi malah memberi kaus kaki temanku yang bau ke hidung siswa yang pura-pura kemasukan setan." Pria di samping Kamila tertawa di balik masker hitamnya.

Lihat, pria asing pun dengan mudah Kamila bawa ke topik pembicaraan apapun yang tengah singgah di otaknya. Entah itu yang membuat benaknya antusias karena senang, atau menggebu-gebu karena sebal. Ketika benak Kamila terasa sesak ingin bicara, situasinya pun cocok, dan tetap saja dia tidak asal bicara pada semua orang. Jika Kamila melihat seseorang tidak bertampang jutek dan angkuh. Lidah Kamila akan seringan kapas untuk bergerak-gerak seolah diterpa angin, terus berbicara. Bisa tanpa jeda, kecuali memberi waktu untuk dia meneguk air minum.

DIDEKAP KALA ITU (TAMAT)Where stories live. Discover now