PART 47: MAKAM

1.9K 145 30
                                    

Hargai tulisan ini dengan vote dan komen

🌸Terima kasih🌸

"Ibu kenapa tiap ke Samarinda aku terus yang nemenin?"

"Masa ayah kamu? ayah kamu aja dinas lagi di luar. Tapi ibu udah maksa bulan depan ayah harus bareng ibu ke Samarinda." Rasya mengangkat kedua bahunya singkat, tidak terlalu peduli jawaban sang ibu.

"Pasti *beuteungna Kamila *geus besar ya? gak sabar banget ketemu dia." mata Indi berbinar antusias ingin bertemu menantunya, Hasan sebenarnya ingin menemani sang istri yang beberapa kali merengek minta ditemani mengunjungi menantunya yang tengah berbadan dua. Namun, Hasan belum menemukan hari yang tepat karena bentrok dengan jadwal pekerjaannya di kantor. Sekarang saja pria itu tengah berada di Malaysia dalam urusan bisnis.
*beuteungna: perutnya
*geus: sudah

"Telpon suaminya lah bu, mana aku tau perutnya udah gede apa belum."

"Kamu tuh cepat susul Aa' kamu!" Indi menepuk keras lengan Rasya, gemas pada anak bujangnya yang belum ada tanda-tanda membawa perempuan untuk diperkenalkan ke keluarga.

"Susul punya anak?" ujar Rasya asal sembari menarik kedua sudut bibirnya, tersenyum iseng.

"Susul nikah! kok punya anak sih?! berani kamu gitu, ibu tendang kamu dari kartu keluarga!" Rasya mengangguk pasrah, terserah ibunya saja. Soal tipe dia tidak muluk-muluk, yang penting enak dipandang, jujur, dan rapi. Oh ya, yang pasti cewek tulen bukan manusia berbatang.

"Kita di Balikpapan nginap dua hari nih bu?" Tanya Rasya. Pria itu menggeser koper miliknya dan sang ibu ke supir yang telah membuka bagasi mobil.

"Ibu pengennya hari ini langsung ke Samarinda."

"Tapi aku udah reservasi hotel untuk dua malam bu." Dia juga sudah rental mobil Pajero hitam itu beserta supirnya pula. Tidak mungkin dibatalkan bukan?

"Lah, terus ngapain tanya ibu sih." Rasya menggaruk pelipisnya yang tak gatal. Maksudnya reservasi dua harikan supaya ada waktu jalan-jalan sejenak di kota ini. Boleh jadi dia bertemu jodoh di sini? karena wanita-wanita di Jakarta agaknya sulit diloloskan menjadi menantu di keluarganya. Ya, Rasya pikir seperti itu. Ibunya sering protes saat media sosial Rasya menampilkan wajah anaknya bersama wanita zaman sekarang yang gemar pamer pusar ke mana mana!

***

Angin bertiup agak kencang usai hujan yang membuat tanah menjadi basah dan lengket saat dipijak. Seorang perempuan datang seorang diri, mungkin hanya dia yang berada di sana sore itu. Semilir angin terdengar diikuti daun-daun pisang yang melambai saling bergesekan. Udara berembus terasa dingin menyentuh kulit. Perempuan itu menoleh ke sisi kanan makam yang bersisian dengan semak-semak. Hanya pagar tua yang berkarat yang membatasi antara area makam dan semak-semak itu. Sesuai arahan dari pesan yang dia dapat, makam saudaranya tepat di pinggir pagar tua itu. Namun, dia melihat ada banyak makam yang berderet di pinggir sana. Perempuan itu mengembuskan napas ragu, dia menunduk menatap kedua kakinya yang sudah tampak kotor karena jalan setapak yang becek.

"Harusnya tadi aku minta kak Eca temanin ke sini." Kamila berdecak.

"Tapi kalau Kak Eca temanin ke sini, dia bisa tau kalau Aa' gak ikut ke sini." Gumamnya sembari menggigit ujung bibirnya. Kamila kembali melanjutkan langkah kakinya.

Dia ke sini tanpa Daffa tahu dan waktu yang tepat keluar rumah adalah ketika Daffa tak sedang ada di rumah. Tak seperti di awal kehamilannya Daffa hanya berdiam diri di rumah dan memantau dari rumah kafe miliknya. Sekarang pria itu sering keluar menjelang sore hari dan pulang ketika magrib.

Kamila menarik sedikit roknya ke atas agar tidak menyentuh tanah dan makam yang ia lewati. Sebelah tangannya membawa kantung plastik yang berisi bunga kamboja dan potongan daun-daun pandan yang dia beli di dekat pintu masuk makam tadi.

DIDEKAP KALA ITU (TAMAT)Where stories live. Discover now