PART 12: SAKIT

3.8K 206 5
                                    

Hargai tulisan ini dengan vote dan komen

🌸Terima kasih🌸

Usapan-usapan  ringan dipucuk kepala Kamila membuat perempuan itu terpejam dengan tenang. Ini kedua kalinya Daffa melihat Kamila sakit. Gadis itu jarang sekali sakit. Sebulan lalu Kamila sempat demam tiga hari dan menurut Daffa ini yang agak parah. Kepalanya terasa berat dan meriang. Dia tidak punya banyak kekuatan  menolak Daffa saat pria itu mengganti piayamanya. Kamila terdiam sesaat karena dia tidak ingin Daffa menggantikan pakaiannya. Jelas dia malu. Namun, dia akhirnya tunduk saja karena pria itu memandangnya dengan tajam jika tidak menurut. Kamila memejamkan matanya saat Daffa menanggalkan pakaiannya, dia tidak ingin melihat raut lelaki itu.

Daffa menyentuh kulit lembut Kamila yang terasa begitu hangat karena suhu tubuhnya naik. Ada yang terpancing dari dalam dirinya ketika menyentuh dan melihat Kamila. Ingat, dia adalah lelaki dewasa yang sudah beristri, betapa kesabaran Daffa sangat diuji diwaktu yang tidak tepat seperti ini. Untung saja Kamila memejamkan mata karena wajah Daffa kian memerah. Ini pertama kalinya dia melihat secara jelas apapun di balik kain itu, hanya lekuknya. Meski dia penasaran setengah matipun tidak akan dia lakukan hal tidak senonoh pada tubuh istrinya dikondisi ini.


Sejak ditinggalkan berdua saja oleh tante Elena dan Risa, Daffa tidak banyak berbicara. Pria itu telaten merawat Kamila yang suhu tubuhnya sedang naik, mimik khawatir pun tak terlepas dari wajah Daffa. Malam yang hening ini terasa begitu tenang, Daffa merapatkan tubuh besarnya ke tubuh feminim istrinya.


Kamila  sempat gelisah karena merasa tidak nyaman dengan tubuhnya. Perempuan itu baru bisa tidur nyenyak setelah pukul 12 malam. Beberapa kali dia terdengar merengek sehingga Daffa segera menyelesaikan bacaan Al-qur'annya. Pria itu bergabung di atas ranjang dan mengusap pelan puncak kepala Kamila sembari berbisik membaca doa.

Bismillahi yubrika wa min kulli dain yasyfika wa min syarri khasidin idza khasada wa syarri kulli dzi 'ainin.

Artinya:

"Dengan nama Allah, Dia menyembuhkanmu, dan dari setiap penyakit Dia menyembuhkanmu, dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia mendengki, serta dari kejahatan semua pemilik mata."

Doa tersebut adalah hadis riwayat Imam Muslim dari Aisyah Radliyallahu 'Anha. Daffa berharap sakit yang dirasakan Kamila ialah penggugur dosa. Daffa tidak sekalipun terbebani pada apa yang dialami Kamila sebab Rasulullah SAW mengajarkan hambanya agar tidak memaki demam. Penyakit apapun itu insha Allah sebagai penggugur dosa ditengah badai ujian. Sesulit apapun ujian yang diberi sang penguasa semesta, ada keuntungan besar jika para umat jalani dengan penuh kesabaran.

Daffa mengecup pelipis Kamila yang terasa hangat, berikut pipi pucat gadis itu. Semoga esok keadaan gadisnya membaik.

***
"Kakak kok gak ke kafe?"

"Kamu sakit. Aku gak mau, kamu sendirian di rumah La." Daffa mengaduk bubur ayam di pangkuannya.

"Padahal aku udah gak papah."

"Gak papah gimana? Masih duduk di kasur gini. Sekarang buka mulutnya." Mulut Daffa terbuka, mengisyaratkan agar Kamila melahap bubur yang masih hangat itu.

"Tapikan, ada tante Risa dan tante Elena." Balas Kamila disela mulutnya yang mengunyah.

"Bu Risa biasa jualan di depan perumahan sini, gak bisa nengokin kamu. Tante Elena harus ngurus suaminya." Daffa kembali menyendok bubur.

"Kemarin kamu bolos?"

"Loh, kan emang gak ada kelas hari sabtu. Yang ada aku bolos teater tau!" Alis Daffa terangkat melihat Kamila mendadak dongkol. Perempuan itu punya tekat kuat diorganisasi itu. Kamila tertarik mengikuti jejak seniornya di kampus yang bisa pentas melakoni macam-macam tokoh di atas panggung. Dia ingin mengambil peran, tetapi tidak untuk pekerjaan di belakang panggung meski dia tahu posisi bisa saja berputar.

Awal masuk organisasi teater di kampus, saking antusiasnya mendengar materi dari para senior. Kamila cuek saja pada bisik-bisikan para maba yang terpesona pada salah satu kating.

Tidak hanya jiwa antusiasnya saja, tetapi wajah Kamila tak sabar untuk dicoret-coret riasan unik. Dia tidak mengerti mengapa riasan itu terlihat tidak lazim seperti para beauty vlogger.  Aneh, tetapi menarik. Dia ingin mencoba.

"Organisasinya libur dulu La, nanti kalau sembuh kamu baru boleh aktif lagi." Daffa menyingkirkan anak rambut Kamila ke belakang telinga perempuan itu. Kamila terkesiap sesaat, masih tidak terbiasa dengan perlakuan Daffa.

"Sakit gini doang Kak, besok sudah bisalah. Besok aku mau masuk." Kamila memohon. Daffa menghela napas pelan, menilik wajah perempuan muda di hadapannya. Wajah Kamila tidak sepucat semalam, nafsu makan Kamila juga sudah kembali normal. Walau begitu dia belum pulih sepenuhnya, kepala Kamila masih terasa agak berat dan pusing. Dia  tidak bisa berdiri lama.

Baru sekali tidak hadir kegiatan organisasi, Kamila merasa melewatkan hal yang berharga. Dia menodong Dina di whatsApp, bertanya banyak apa saja materi yang disampaikan senior mereka. Sampai pagi tadi Kamila memancing amarah Daffa karena perempuan yang belum benar-benar sembuh itu sudah berkutat serius dengan ponsel. Daffa masih mengantongi ponsel Kamila, Kamila sendiri tidak berani merogoh saku Daffa.

Akhirnya semangkuk bubur itu tandas juga. Daffa memberikan segelas air putih pada Kamila. Sembari meneguk air itu, Kamila melirik keadaan kamar yang agak berantakan. Dari kemarin Daffa tak memiliki kesempatan, kecuali menemani dan merawat Kamila. Sajadah dan sarung pria itu masih tergeletak di lantai. Di ujung ranjang ada peci Daffa yang tidak digantung, letak al-qur'an yang seharusnya ada di dalam laci malah diletakkan sembarangan di depan tv.

Tepatnya beberapa minggu setelah menjadi seorang istri. Mama rutin menelpon Kamila, mengajarkan agar anak perempuannya peka terhadap pekerjaan rumah tangga dan mengurus suami. Awalnya Kamila cuek terhadap benda-benda yang tidak di tempatkan pada tempatnya karena menurutnya tidak terlalu berantakan. Kelihatan normal saja. Jika kamar mereka terlalu rapi, Kamila malah takut menyentuh dan menggeser apapun.

Daffa juga tidak pernah meminta Kamila memungut ini itu dan meletakkan pada tempat semula.

Mama yang tetap curiga akan kelakuan tak benar Kamila sebagai seorang istri sampai menghubungi Kamila dengan panggilan video. Jelas ketika di dalam rumah hanya Kamila sendiri. Lewat panggilan video itu, Kamila harus menyabarkan diri dan menahan agar tidak reflek menutup telinga karena ocehan sang mama. Mama mengomel melihat Kamila yang waktu itu hanya berbaring di kasur, tepatnya Kamila berbaring bersama laptopnya. Dia tengah mengerjakan makalah kelompok.

Mama mengomel melihat kamar pengantin baru itu yang berantakan. Mama perintahkan Kamila agar lain kali setelah subuh, usai dirinya dan Daffa beribadah untuk melipat kembali sajadah dan meletakkan di tempat semula. Mama juga perintahkan Kamila memungut peci Daffa yang terjatuh di bawah ranjang.

Mata mama memang setajam silet! Sangat merepotkan!
Kamila jengah mendengar mama memerintahkan dirinya banyak hal sampai harus terhubung panggilan video.

"Perhatikan pakaian suamimu, biasanya laki-laki lupa kalau pakaiannya sudah dipake berhari-hari masih aja digantung di belakang pintu. Kamu yang peka nak, kalau lihat pakaian itu sudah berhari-hari ambil dan taruh di mesin cuci."

"Iya ma, ini semua pakaian kak Daffa baru sekali dipake kok." Kamila mengarahkan kamera ke arah gantungan di belakang pintu kamar. Ada kemeja berwarna biru, putih dan celana kain yang tergantung.

Meski mama sudah tidak rutin menelpon karena sibuk di toko roti, Kamila tetap ingat semua teguran mama. Dia jadi lebih peduli dengan semua tata letak benda yang ada di kamar mereka.

Daffa mengambil gelas kaca dari tangan Kamila usai perempuan itu minum. Ponsel Daffa berdering, tak menunggu lama dia langsung mengangkat panggilan itu.

"Fa! Kenapa berhenti? Jangan berhenti gitulah, Vega dan tante Anin bingung kenapa kamu berhenti gitu aja. Ini juga demi ka-" Daffa lantas berdiri dan menjauh dari Kamila.

"Sebentar." Kamila menganggukkan kepalanya dan berlalu masuk ke kamar mandi. Kamila tahu itu suara Rasya adik Daffa, mengapa suaranya terdengar ngegas seperti itu? Tanpa salam dan basa-basi langsung menyambar Daffa dengan ucapan yang tidak Kamila pahami.

"La-" pintu kamar mandi terbuka agak lebar memunculkan kepala Daffa.

"Akh!!" Kamila terkejut, matanya melebar. Dia lupa mengunci pintu dan Daffa seenaknya saja langsung membuka.  Kedua mata Daffa juga ikut melebar dan langsung menarik pintu agar tertutup rapat.

Bam!!

Bunyi nyaring dari pintu yang tertutup keras itu membuat jantung Kamila rasanya merosot hingga perut. Wajahnya memerah, sedangkan Daffa terdiam di depan pintu. 

BERSAMBUNG


Aduh A' Daffa reflek buka pintu 😭😭😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aduh A' Daffa reflek buka pintu 😭😭😭

DIDEKAP KALA ITU (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang