PART 21: TELEPON DARI SEORANG PEREMPUAN

2.4K 152 6
                                    

Hargai tulisan ini dengan vote dan komen

🌸Terima kasih🌸

"Kak Daffa mau marahkan? Kalau mau marah ya marah aja, biar muka kakak kendor dikit gak kayak mau makan aku gitu." Cicit Kamila yang sedari tadi mengamati raut Daffa yang keras. Meski begitu perlakuan Daffa tak kasar padanya. Sang suami dengan lembut mengompres kaki Kamila yang agak bengkak.

"Kamu masih mau diam-diam keluar tanpa izin? Beginikan jadinya? Kalau aku mau marah emang kamu bakal dengar La? Apa tidak keterlaluan pergi tanpa izin terus keluarnya lewat jendela lagi." mata Daffa menyipit, memandang serius wajah Kamila yang tertunduk. Daffa menggeleng-gelengkan kepala, dadanya masih disesaki oleh amarah.

"Kalau kamu dengarin apa kata aku, kakimu gak bakal kayak gini La. Andaikan ini bengkaknya parah sampe memar kamu mesti ke dokter, kakimu dibalut dan jalannya pake kruk. Sembuhnya bisa berbulan-bulan."

"Ih amit-amit ya Allah. Jangan ngomong gitu dong kak." Wajah Kamila memelas, dia mencengkeram bahu Daffa, amat takut dengan ucapan pria itu barusan.

Pria itu lanjut mengompres kaki Kamila dengan air dingin.

"Ini gak parah kan kak? Aku masih bisa berdiri kok, jalan ju-juga masih bisa." Ujar Kamila tak yakin.

"Ini keseleo ringan Kamila, tetap aja kamu gak boleh banyak gerak apalagi lompat kayak tadi. Pak Anwar sampe kaget lihat kamu lompatin undakan tangga."

"Iya, makasih ya kak." Tak ada balasan yang terdengar, Daffa malah memandang lekat Kamila. Sesaat Kamila terpanah melihat roman Daffa dari jarak yang dekat. Alis pria itu tebal dengan sepasang mata kecil dan bibir mungil. Rahangnya yang tegas membuat Kamila ciut tiap kali Daffa terlihat gusar.

"Tunggu di sini sebentar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Tunggu di sini sebentar." Daffa menghentikan sesi adu pandang itu, Kamila pun menurunkan pandangannya dengan pipi yang bersemu malu.

Kamila menggerak-gerakkan kakinya dan merasakan pergelangan kakinya masih agak nyeri.

Daffa kembali setelah mengembalikan handuk dan baskom kecil yang berisi air dingin tadi ke belakang. Dia kembali menggendong Kamila, membawa perempuan itu duduk di meja makan. Kamila duduk tenang mengamati hidangan di meja makan, pria itu sudah memasak nasi dan menggoreng kentang yang aromanya membuat perut Kamila meronta. Namun, Kamila mengernyit kening karena merasa asing melihat lauk kentang goreng dan sate ayam.

"Kak kok ada kentang goreng? Enak makan kentang goreng sama sate?"

"Kamu belum pernah coba? Coba aja dulu cocol kentang gorengnya pake bumbu kacang, aku sih suka. Dan ya enak kentang goreng dan sate dimakan barengan." Kata Daffa sembari tergelak kecil.

"Jilbabnya dibuka dulu La, nanti kena bumbu kacang." Kamila lekas membuka jilbabnya, lalu menyangkutkan di senderan kursi.

***

Daffa menumpuk dua bantal di ranjang. Sebelah kaki Kamila yang terkilir itu dia letakkan di bantal yang tersusun tinggi.

"Kenapa mesti begini kak?" Kamila bingung, tetapi tetap menurut.

"Supaya bengkaknya cepat sembuh La." Jelas Daffa. Posisi itu akan membantu mengalirkan cairan yang berlebih pada pergelengan kaki Kamila sehingga dapat membantu mengurangi bengkak.

Mereka berbaring dengan keheningan malam yang temaram. Daffa masih terjaga sembari memaku tatapannya pada langit-langit.

Sebelum mendapati watak keras kepala Kamila, jauh sebelum mereka menikah Daffa sudah pernah menghadapi perempuan seperti itu. Namun, ternyata Kamila lebih keras kepala dibanding wanita yang namanya pernah bertahta di hatinya. Gadis ini kekanakan, cenderung manja. Mungkin karena dibesarkan oleh seorang ibu tanpa ayah membuat Kamila tambah keras kepala.

Daffa tidak yakin kalau Kamila akan menurutinya untuk tidak berdekatan dengan Pandu. Dia membatasi pergaulan perempuan itu setelah mendapati lelaki asing masuk ke dalam rumahnya, tanpa seizin dirinya. Seharusnya gadis itu sadar akan statusnya yang telah bersuami. Ada perasaan Daffa yang harus dia jaga.

Ada rasa gelisah yang membuncah dan terlalu mengusik batin Daffa. Kegelisahan yang tak wajar akibat rasa percaya Daffa pada Kamila yang goyah. Daffa pernah terlempar dalam kubangan rasa gelisah yang membuatnya tak tenang karena seorang wanita.

Kilas balik yang kelam itu kembali menusuk memori Daffa, membangkitkan rasa tidak tenang dan rasa curiga. Cemas yang berasal dari dugaan-dugaan yang belum pasti kembali berakar di kepala Daffa. Pria itu takut Kamila mengecewakan dirinya yang terlanjur percaya. Kehadiran Pandu di dekat Kamila membuat Daffa ragu dan takut.

Dia tidak mungkin bisa 24 jam mengawasi semua kegiatan Kamila di luar rumah ini. Kamila tentu risih pada Daffa tiap pria itu banyak bicara dan bertanya. Bisa berujung berantem karena Kamila tak suka sisi Daffa yang membuatnya merasa ganjal. Pihak yang sering kalah dalam pertengkaran mereka adalah Daffa. Pria itu tahu saat-saat Kamila yang menghindar karena marah, gadisnya akan tak betah berbincang lama. Wajah tampan Daffa pun dia abaikan, tak peduli Daffa lagi harum-harumnya habis mandi. Kamila tak juga luluh dan memilih tak acuh.

Jurus Daffa hanyalah satu, dia pura-pura tidak peka jika sang istri sedang gusar. Malah terlihat biasa-biasa saja, seolah tak ada yang terjadi. Daffa akan mengikat Kamila dalam obrolan seperti biasa, meski jawaban Kamila terdengar tak ikhlas dan malas.

Daffa menoleh, melihat Kamila sudah memejamkan kedua mata. Daffa bangkit dari kasur hendak mengosongkan kantung kemihnya sebelum tidur.

Kamila yang setengah sadar menangkap bunyi getaran dari nakas. Kening Kamila mengerut merasa terganggu. Dia membuka mata dan mendapati sisi kiri ranjang kosong. Ponsel Daffa kembali bergetar. Kamila meraih ponsel Daffa dan langsung mengangkat panggilan itu tanpa peduli siapa yang menghubungi suaminya di jam istirahat seperti ini.

"Ha-"

"Halo Daffa, kamu udah tidur?" Kamila terkejut mendengar suara lembut dari seberang sana. Dia menjauhkan ponsel Daffa dari telinga dan membaca nama kontak itu tanpa suara.

Amanda Vega

"Daffa kalau kamu gak mau dengar Rasya, tolong dengarkan aku oke? Kalau kamu mau berhenti dari--"

"Siapa?" Daffa muncul dari kamar mandi dan langsung menoleh ke arah Kamila. Kamila langsung mengulurkan tangan, mengembalikan ponsel Daffa. Kamila terlihat panik dan tak lagi fokus mendengar suara perempuan yang bernama Vega itu.

"Amanda Ve-vega." Daffa mendengus sebal dan segera mengambil ponselnya. Dia meninggalkan Kamila begitu saja. Sekarang Kamila merasa seperti istri yang memergoki suaminya dihubungi oleh selingkuhan, ditinggalkan begitu saja tanpa penjelasan siapa wanita yang bernama Amanda Vega itu. Seketika Kamila merasa butuh penjelasan Daffa. Dia hendak mengikuti Daffa yang berjalan keluar kamar untuk menguping, tetapi pria itu sudah melarangnya agar jangan banyak bergerak.

Siapa wanita itu?

Amanda Vega, siapa kamu?

Bersambung


DIDEKAP KALA ITU (TAMAT)Where stories live. Discover now