EKSTRA PART 1: 'SEBUAH NASIHAT'

3.2K 146 21
                                    

*Semoga amanat/ nasihat dalam ekstra part ini bisa diambil sebagai pelajaran bersama*

Hargai tulisan ini dengan vote dan komen

🌸Terima kasih🌸

Kamila pikir dia sudah tidak akan merasakan 'ngidam' lagi saat kehamilannya masuk trimester tiga dan artinya kini kandungannya berusia delapan bulan. Sudah delapan bulan lamanya dia membawa ke mana-mana nyawa suci yang bersemayam di perutnya. Berat badan Kamila pun bertambah naik bahkan hampir semua pakaiannya sudah tidak muat. Dia beralih merampas pakaian sang suami dan Daffa tidak keberatan baju serta celananya digunakan Kamila. Asal bukan celana dalam, tidak apa-apa sih.

Pipi yang semakin mengembang dan badan yang semakin bulat membuat Kamila tidak percaya diri saat berdiri di depan cermin. Apalagi bagian lipatan di tubuhnya menggelap akibat hormonnya sebagai ibu hamil. Daffa kadang mendapati Kamila yang memandang lesuh ke cermin. Daffa bilang, dia bangga pada Kamila karena mau melewati masa-masa kehamilan yang tidak mudah ini. Pria itu juga mengatakan dia tidak akan melirik perempuan lain meskipun fisik Kamila sekarang berubah.

Hal yang biasa jika ada banyak wanita lebih cantik di luar sana, tetapi tidak ada yang bisa menggantikan Kamila yang bertaruh nyawa mengandung anaknya. Sekalipun Daffa tidak tega dan ingin menggantikan Kamila membawa perutnya yang berat, itu mustahil. Pengorbanan Kamila tidak dapat dibayar oleh apa pun.

Dorongan positif dalam bentuk ujaran itu disampaikan dengan penuh ketulusan oleh Daffa. Menurutnya sang istri punya pesona tersendiri ketika hamil dan perubahan fisik Kamila sama sekali tidak membuat Daffa berpaling. Toh, yang membuat Kamila seperti ini pada dasarnya adalah karena ulah Daffa kan? Ya, siapa lagi yang menanam saham di sana jika bukan dirinya?

Oh ya, balik lagi perkara ngidam di trimester ketiga. Sebenarnya sejak masuk trimester kedua, Kamila sudah jarang banget ingin makan ini itu dan tiap kali ngidam Kamila tidak pernah minta yang aneh-aneh. Tidak aneh-aneh, tetapi cukup menguji kesabaran Daffa. Bersyukurlah Kamila, suaminya bukan tipe yang punya kesabaran setipis tisu dibagi empat.

Masuk trimester kedua, benar kata orang-orang. Makan apa pun rasanya enak, tidak terganggu oleh rasa mual atau aroma yang dulunya dihindari. Beda sekali saat trimester satu. Alhasil nafsu makan Kamila kembali normal saat memasuki bulan keempat masa kehamilan.

Ngidam kali ini dia ingin sekali makan kroisan coklat buatan mama, tetapi repot harus melakukan perjalanan ke sana. Perlu waktu kurang lebih dua jam untuk sampai ke Bontang. Belum lagi ketika ada kemacetan tak terduga di tengah perjalanan, tentu akan tambah memakan waktu.

Setelah panggilan telepon mereka saat itu yang berakhir tidak baik, Kamila menjadi canggung dan menjaga jarak dengan mama. Bicara dengan mama hanya akan mengungkit kejadian yang lalu, lebih tepatnya mama yang mengungkit dan itu membuat Kamila tertekan.

Kamila tidak memohon pada Daffa agar dapat membawakan padanya kroisan coklat itu. Dia hanya sekadar mengutarakan keinginannya dan mempertimbangkan kalau tak perlu harus ke sana karena hubungannya dengan mama masih terasa canggung dan perjalanan ke sana memakan waktu.

Daffa tahu sesuatu yang disampaikan Kamila bukan hanya semata-mata keinginan. Netra sang istri berpendar gelisah dengan wajah lesuh saat bicara dengannya. Daffa paham Kamila berusaha memendam hasrat itu.

Jadi apa yang bisa dia lakukan? Tidak tega rasanya melihat Kamila memaksakan diri mengubur keinginannya yang ingin makan kroisan coklat buatan mama mertuanya.

***

"Aa' yang panggil mama ke sini ya?!" Tanya Kamila dengan penuh rasa penasaran. Daffa menoleh, lalu mengusap puncak kepala sang istri yang duduk menyelonjorkan kaki di sebelahnya. Kamila baru saja bangun dari tidur siang dan terkejut melihat keberadaan mamanya di ruang tengah.

DIDEKAP KALA ITU (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang