PART 41: RASA KALUT

1.9K 144 15
                                    

Hargai tulisan ini dengan vote dan komen

🌸Terima kasih🌸

Daffa membuka mulut, tetapi didahului oleh gadis di sebelahnya.

Daffa membuka mulut, tetapi didahului oleh gadis di sebelahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Anggap gak lagi nelponan ya wkwkwk)

"Bu, Dinanya ada?" Tanya Sherlia.

"Ada mbak." Jawab wanita itu ragu-ragu.

"Permisi, saya mau jemput istri saya, dia di dalam." Kedua alis perempuan tua itu menukik ke bawah, seolah tak mengerti.

"Maaf gak ada mas, di dalam cuma ada majikan saya." Mata Daffa menyipit tak percaya.

"Pak Anwar, bapak gak salah ngikutin mobil tadi?" Ujar Daffa.

"Serius pak, saya ikutin pajero tadi. Tuh yang diparkir di dalam." Pak Anwar menunjuk mobil itu.

"Bu, ibu gak lihat kali tadi Dina bareng teman saya juga. Ngikut naik mobil om Aryo, saya lihat pas berangkat." Gurat wajah wanita itu menegang dan menggelengkan kepala. Perempuan tua itu hendak kembali menutup pagar, membuat Sherlia bingung atas respon kurang ramahnya karena perempuan itu biasanya menyambut ramah Sherlia setiap datang bersama Dina. Daffa lekas maju menahan pagar itu dan mendorong ke dalam agak kasar.

"Heh mas! yang sopan! Keluar!" Teriak perempuan itu dan semakin panik saat Daffa terus berjalan menuju teras.

Dada pria itu terasa membuncah, rentetan kalimat yang Daffa dengar dari Sherlia dan pak Anwar dirasa searah. Semakin mendorong Daffa pada prasangka buruk yang coba ditutupi wanita yang masih meremas lengannya.

Perempuan itu menarik lengan Daffa agar mundur, tetapi percuma. Fisik keras lelaki itu tak sebanding dengan lemahnya wanita berumur itu.

Sherlia yang tak paham dan bingung akan kondisi ini, membuatnya diam dan mengikuti langkah Daffa dengan kening yang berkerut melihat perempuan yang sia-sia menahan badan besar Daffa.

"Mas dan bapak ini dengar tidak?! Kurang ajar sekali sembarangan masuk, tidak ada izin, keluar sekarang sebelum majikan saya tau! Keluar!" Tekan perempuan itu marah di depan Daffa dan pak Anwar yang kini memasuki ruang tamu.

"INI KENAPA SIH BERISIK SEKA-" Aryo berteriak dari depan kamar. Membuat semua orang yang berdiri di ruang tamu menangkap eksistensinya karena ruang tengah dan ruang tamu hanya dibatasi oleh rak kabinet minimalis yang pendek. Aryo datang dengan wajah memerah marah sekaligus terkejut melihat tubuh lelaki dewasa yang menjulang itu.

Lelaki tua itu terusik oleh suara gaduh yang bersumber dari luar kamar. Padahal dia baru saja mengangkut tubuh Kamila dari sofa dan membaringkan perempuan cantik itu di kasur. Suara berisik itu menghentikan aksi mata Aryo yang menikmati paras Kamila yang tertidur. Lantas dia keluar dari kamar dengan amarah yang meletup.

DIDEKAP KALA ITU (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang