PART 37: GARA-GARA MANGGA!

2.9K 185 13
                                    

Hargai tulisan ini dengan vote dan komen

🌸Terima kasih🌸

"Daffa." Daffa menoleh kaget melihat Indi yang entah datang dari mana, tiba-tiba keluar dari salah satu ruangan di rumahnya.

"Ibu kok gak ngasih tau mau datang?" Daffa meraih punggung tangan sang ibu untuk dia kecup. Indi mengusap sayang rambut hitam lebat anak sulungnya. Tangan yang mulai keriput itu meraba punggung kokoh Daffa. Terkadang dia tak sadar jika waktu berlalu begitu cepat. Anak kecil, berkulit putih, mata mungil, dengan hidung bangir itu telah menjelma menjadi lelaki dewasa yang rupawan.

Daffa mengernyit bingung saat Indi mengusap wajahnya. Bola mata sang ibu tampak berkaca-kaca. Serindu itukah Indi pada anak angkatnya ini? Bahkan di dalam tubuh Daffa sama sekali tak ada darah keluarga Hasan, tetapi ibu angkatnya sangat mencintai dirinya. Satu hal yang sangat Daffa syukuri di dalam hidup ini meski kedua orang tuanya telah tiada, tetapi orang tua angkatnya mampu memberinya cinta yang luar biasa.

Indi meraba pelan alis tebal itu sembari tersenyum sendu. Dibalik cinta yang dia berikan pada anak angkatnya ini, rupanya terselip luka lebar yang ditanam oleh ibunya sendiri yang kini tinggal di rumah sakit jiwa. Daffa semakin tak mengerti saat melihat air mata itu menetes di pipi sang ibu.

"Ibu- ibu kenapa?" Daffa masih berdiri tegak di hadapan sang ibu.

"Kenapa kamu gak pernah cerita ke ibu sayang? Kenapa gak pernah cerita kalau kamu sakit hm..?" Kerutan di dahi Daffa semakin dalam, masih belum menangkap maksud ujaran itu.

"Maksud ibu apa?" Indi tersenyum sendu, lalu menarik Daffa untuk duduk di sofa.

"Ibu sudah dengar semua dari dokter Kartika dan Rasya." Tubuh Daffa mendadak tegang, dia mengencangkan rahangnya tak siap mendengar semua hal yang ingin diucapkan sang ibu.

"Ibu tau kamu sudah dewasa, tapi bukan berarti ketika kamu tumbuh dewasa, ibu meninggalkan kamu dan membiarkan kamu. Meski kamu sudah menikah sekalipun, ibu tetap ibumu. Ada untuk kamu. Kamu tidak seharusnya merahasiakan hal serius itu dari ibu, kamu tentu tau bagaimana perasaan ibu setelah tau semuanya. Ibu sakit... tau kamu selama ini pendam semuanya."

Tetes-tetes air mata itu terurai deras di sisi wajah sang ibu. Indi tercekat sembari meremas lembut punggung tangan Daffa.

Daffa menunduk, tak kuasa jika rahasia yang selama ini dia tutupi telah terbongkar. Matanya berkaca-kaca tak mampu menatap ibu.

"Rasanya ibu sudah gagal jadi orang tua yang baik sama kamu, harapan ibu saat mengadopsimu tentu agar kamu bisa hidup dengan lebih baik. Tapi ternyata itu salah."

"Bu, Daffa sudah sembuh." Kata Daffa. Indi menggelengkan kepala pelan.

"Kamu tidak perlu berusaha menutup apapun lagi nak, bahkan terapimu belum selesaikan?" Daffa memalingkan wajahnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kamu tidak perlu berusaha menutup apapun lagi nak, bahkan terapimu belum selesaikan?" Daffa memalingkan wajahnya. Jelas ibu sudah tahu segalanya setelah bertemu dokter Kartika. Dia tak dapat menutup apapun lagi.

DIDEKAP KALA ITU (TAMAT)Where stories live. Discover now