PART 11: KAMILA MUAL

4.1K 212 3
                                    

Hargai tulisan ini dengan vote dan komen

🌸Terima kasih🌸


Selesai makan malam Kamila jadi tidak berani masuk kamar. Semua barang-barangnya diangkut kembali dengan dibantu istri pak Anwar. Padahal tidak banyak. Cukup empat kali naik turun tangga saja.

Sejak pukul 09.00 malam Daffa sudah masuk ke dalam kamar. Tidak biasanya secepat itu. Kamila duduk merenung di depan tv yang menyala. Semenjak Daffa menegurnya, dia menjadi tidak berani memandang suaminya tepat di mata. Perkataan perempuan itu juga menjadi irit, tak berani banyak omong.

Biasanya ketika makan malam Kamila mengajak Daffa bicara soal tokoh-tokoh fiksi yang dia kagumi. Namun, malam itu terasa berbeda. Dia menjadi kaku dan terlihat sedikit gugup. Daffa sudah berusaha memancing topik apapun, tetapi Kamila justru ingin lenyap saja. Merasa aneh dan tidak enak dalam situasi seperti itu. Hanya dirinya yang merasa demikian, Daffa tampaknya biasa-biasa saja. Pria itu masih memasak makan malam yang enak dan memanggilnya untuk makan bersama.

Ditengah perasaan yang tak menentu Kamila merasa tubuhnya lebih hangat dari biasanya, mungkin karena cuaca di luar yang dingin. Sejak pagi Samarinda diguyur hujan lebat, beberapa lokasi banjir. Sepertinya besok Daffa tidak akan ke kafe.

Kamila mengeratkan pelukannya pada bantal sofa. Dia mengantuk, tetapi tidak berani masuk kamar. Daffa juga tidak mungkin turun ke bawah sekadar memanggilnya untuk tidur. Perempuan itu membuka ponselnya dan mengetik sesuatu di google.

Hukum pisah ranjang dengan suami dalam islam?

Kamila mendapati jawaban yang dia rasa tidak adil sebagai perempuan. Semua artikel yang dia dapat hanya mengangkat topik suami yang diperbolehkan meninggalkan istri tidur sendirian. Benak perempuan itu bertanya, apa tidak ada seorang istri yang meninggalkan suami tidur sendiri? Mengapa hanya suami yang seolah diperbolehkan.

Artikel-artikel itu mengatakan suami boleh meninggalkan istri tidur sendiri untuk memberi hukuman. Namun, tidak ada yang membahas jika posisi yang diberi hukuman adalah suami. Kamila mengoreksi dirinya yang tidak pernah sekurang ajar itu sampai Daffa harus memberinya hukuman. Benar kata Daffa mengapa mereka harus tidur terpisah jika hubungan mereka baik-baik saja.

Sebagus itukah ikatan mereka? Kamila sadar hubungan mereka tidak senormal itu sebagai pasangan yang halal. Hak dan kewajiban keduanya masih banyak yang tidak terpenuhi dan Daffa belum menyinggung itu. Persoalan belajar mencintai dan menerima yang diucapkan Daffa kala itu sebenarnya termasuk. Daffa berarti pernah menyinggung hal itu karena cinta yang mendasari hak dan kewajiban sebagai suami dan istri.

Lantas bagaimana posisi dirinya yang masih abu-abu ini? Tak jelas pondasi apa yang dibangun dilubuk hati Kamila. Kamila juga percaya Daffa tidak mencintainya, tidak mungkin secepat itukan? Mereka belum pernah berpacaran. Andaikan mereka melewati proses pacaran, ikatan ini tidak serumit itu karena sudah berlandaskan saling cinta.

Daffa mau memaklumi dirinya, Daffa mau belajar dan menerima. Lalu, Kamila terkesan begitu jahat tak dapat menyeimbangi. 

Bagaimana cara mencintai suami?

Kamila menggigit bibir bawahnya merasa malu mencari tahu tentang hal itu.

Kamila menemukan hadis dari artikel yang dia baca, Rasulullah SAW bersabda: "Tidaklah istri menyakiti suami di dunia kecuali ia bicara pada suami dengan mata yang berbinar, janganlah sakiti dia (suami), agar Allah tidak memusuhimu, jika suamimu terluka maka dia akan segera memisahkanmu kepada Kami (Allah dan Rasul)."  (HR Tirmidzi dari Muadz bin Jabal).

Hadis itu jelas menyebutkan larangan menyakiti suami. Zaman sekarang yang sering terdengar malah sebaliknya, banyak suami yang menyakiti istri. Kamila mencoba bercermin dari dirinya sendiri karena dia agaknya tidak pernah mendapati contoh kasus suami yang disakit oleh istri.

Niatnya untuk tidur terpisah dari Daffa, apa sudah menyakiti pria itu? Kamila tak sekalipun berniat buruk, tetapi dia sudah terlanjur berbuat demikian. Melukai ego Daffa.

1. Meluruskan Niat Pernikahan untuk Ibadah

Itu amunisi pertama yang disebutan dari artikel yang dia baca. Pernikahan mereka yang berangkat dari perjodohan membuat Kamila tak sadar bahwa pernikahan pun adalah ibadah. Banyak pahala yang dilimpahkan bagi pasangan yang terikat halal dan sebaliknya banyak yang dilimpahkan dosa bagi pasangan belum halal.

2. Mentaati Suami

Poin kedua langsung mengingatkan Kamila yang gemar diam-diam tidak menurut. Sekadar kembali menyalakan kipas angin setelah ditegur termasuk tidak mentaati. Kamila menjadi ciut memikirkan seberapa banyak dosanya karena tidak mentaati Daffa.

Jika mentaati suami adalah jalan untuk membuka hati, pantas saja Kamila belum dapat menerima Daffa karena kepatuhannya masih setengah-setengah.

Ponsel Kamila bergetar, matanya sedikit melebar mendapati panggilan masuk dari Daffa.

"Kenapa belum naik?"

"Iya se-sebentar."
"Masih ada tugas yang belum selesai?"

"Sudah semua, ini mau ke atas kok." Kamila berdiri dan melempar asal bantal tadi ke sofa.

"Tv jangan lupa dimatikan La." Suara serak Daffa mengalun masuk telinga, tak biasanya pria itu mengantuk di jam seperti ini.

"Iya kak."

***
Istri pak Anwar ikut bergabung membeli bubur ayam bersama tetangga yang berkumpul di dekat gerobak hijau itu.

"Kamilanya sudah baikan?" Ujar Elena yang baru datang dengan mangkuk kaca dan ikut mengantri bubur ayam.

"Masih muntah-muntah bu, ternyata sarapannya belum dimakan. Eh gak mau dimakan maksudnya, jadi saya beliin bubur ayam. Kayaknya istri Daffa sudah isi bu."

"Saya juga mikirnya gitu Risa, ini Daffa malah pergi ke kafe pagi-pagi. Emang gak tau ya dia kalau Kamila muntah-muntah? Nanti saya telpon aja deh biar dia cepat pulang. Kasian kehamilan pertama biasanya istrikan manja Ris, bisa rewel juga dan lemes." Raut cemas Elena membuat istri pak Anwar tersenyum maklum.

"Hari ini gak jualan Ris?"

"Hari ini libur bu, jadi saya nengok Kamila tadi. Kirain rumah kosong, ternyata dia ada di kamar mandi deket kolam muntah-muntah. Saya lihat sarapannya gak dimakan, mukanya juga pucat. Tapi saya gak sempat telpon pak Daffa."

"Ya udah nanti biar saya yang telpon Daffa, tolong kamu temenin Kamila dulu ya. Habis saya suapin bapak, saya nengok Kamila."

Istri pak Anwar pun membawa semangkuk bubur ayam itu ke depan tv, tempat Kamila baring meringkuk. Risa sudah meminta perempuan itu tidur di kamar tamu jika tidak kuat naik ke atas, tetapi Kamila memilih berbaring di sofa.

"Kamila, dimakan dulu buburnya." Risa menyentuh ceruk leher Kamila yang terasa begitu hangat.

Kamila dengan lemas bangkit duduk dan menerima mangkuk itu. Belum sampai suapan kedua, dia meletakkan sendok dan memaksakan diri untuk berjalan terburu-buru kembali ke kamar mandi.

Risa tergesa-gesa mengikuti perempuan muda itu masuk ke kamar mandi. Wajah Kamila merah padam, dia terduduk di lantai kamar mandi yang basah karena Risa tak sempat menahan tubuhnya. 

"Perut aku gak enak tante." Setengah merengek Kamila bangkit dibantu Risa.

"Loh test packnya mana A'?!" Risa dan Kamila menangkap suara Elena dari dalam kamar mandi yang ada di kamar tamu.

Kedua perempuan yang beda generasi itu keluar, Kamila mengernyit melihat kehadiran Daffa dan tante Elena.

"Kok-- test pack tante?"
"Istrimu mual-mual, masa kamu gak tau sih A'.  Kalian sudah dua bulan lebih menikah. Mungkin aja sudah positif hamil!" Jelas Elena setengah gusar pada ponakannya yang tidak peka itu.

"Hamil?" Ujar Kamila dan Daffa yang bingung. Kerutan didahi Daffa menandakan jika pria itu sama sekali tidak paham ucapan tantenya. Selama ini Daffa hanya mampu bersabar, tak sekalipun melakukan kontak fisik yang dapat membuat Kamila berbadan dua. 

BERSAMBUNG




DIDEKAP KALA ITU (TAMAT)Where stories live. Discover now