PART 42: BELUM INGIN

2K 154 22
                                    

Hargai tulisan ini dengan vote dan komen

🌸Terima kasih🌸

Kamila tidak terima. Rasanya tidak ikhlas harus terpaksa mematuhi hal yang tidak diinginkan. Pencapaian di depan mata ditarik mundur jauh dari jangkauan. Marah? Ya dia marah dengan keputusan yang dia jalani sekarang.

Tangan kanan Kamila mengepal di atas paha dan pandangannya lurus membidik kaki yang selonjor di ranjang. Perubahan fisiknya kini tampak nyata dengan dada yang dia rasa kian membesar begitu pula dengan perutnya. Dia mudah lelah, terkadang merasa sesak, nyeri di dada dan punggung yang sering terasa sakit.

Di usia kandungan 17 minggu, terkadang masih saja perempuan itu lupa jika dia tengah berbadan dua. Waktu terasa bergulir dengan cepat hingga Kamila seolah tak sempat memahami keadaan. Dia mengelus pelan perutnya yang membesar. Dia tidak mengharapkan ini, bayi ini. Kehadiran janin dalam perutnya melenyapkan mimpi yang ingin dia capai. Ingin menonjolkan diri dalam macam-macam pentas seni, ingin mencoba berbagai karakter lakon dan ingin menyelesaikan studi dalam empat tahun. Namun, apa? Dia harus mengambil cuti. Ucapkan selamat tinggal pada semua keinginannya itu.

Kadang kala dia merasa ini mimpi sejak pertama kali dia mendengar Indi berujar 'Jangan sampai kelelahan ya nak, diperhatikan makanmu. Nanti ibu minta Aa' belikan kamu susu untuk ibu hamil, kalau bisa hari ini udah mulai rutin diminum.' Ya dia jelas ingat rentetan kalimat itu dan ingat bagaimana Indi mengelus perutnya dengan penuh kasih dan mata berbinar. Berbeda dengan Kamila yang saking terkejutnya tak dapat mengeluarkan suara apa pun selain air mata yang mengalir di sisi wajah. Padahal dia sendiri belum sempat menyusun kepingan puzzle untuk mengingat kejadian semalam. Dia terbangun di rumah sakit dengan rasa pusing di kepala, diminta untuk tes urin, dirinya yang diduga menjadi korban rape drug, dan sampai mengikuti visum. Itu adalah hari yang paling tidak masuk akal dalam hidupnya!

Daffa tidak begitu saja lega setelah hasil visum Kamila keluar yang menyatakan tidak ada tanda atau bukti Kamila mengalami pemerkosaan. Dia tidak bisa melepaskan Aryo dengan mudah, jangan harap! Dibantu oleh pengacara keluarga yang handal dan dibawah kendali Hasan yang murka mengetahui menantunya yang mengalami pelecehan, tak sampai tiga bulan kasus itu selesai. Daffa tidak mengelak saat ayahnya serta Rasya ikut turun tangan. Orang kecil seperti Aryo yang tak memiliki nama bukan urusan yang sulit bagi Hasan yang seorang konglomerat dan memiliki banyak kaki tangan. Aryo sudah salah dalam memilih lawan. Lelaki tua itu terjerat pasal berlapis dan tentunya Aryo akan menderita karena menghabiskan masa tua di balik jeruji besi.

Bagaimana dengan Dina? Wanita simpanan Aryo itu babak belur usai eksistensinya diketahui oleh istri sah Aryo. Kamila pun sudah tidak pernah bersua dengan perempuan itu. Kadang kala Kamila termenung dengan perasaan sakit mengetahui Dina begitu tega menjadikan dia umpan yang siap disantap oleh penjahat kelamin seperti Aryo.

Kamila merasa makin tersudut setelah mama tahu dan menjenguk dirinya. Saat itu Indi dan Daffa memberikan waktu agar ibu dan anak tersebut saling bicara. Bukannya merasa lebih tenang, Kamila malah seolah tertusuk-tusuk oleh lisan ibunya sendiri.

"Kamu mau jadi perempuan macam apa bergaul sama temanmu yang seperti itu? kamu mau jadi perempuan nakal kayak teman kamu itu?! sadar diri dong kamu itu sudah menikah! kamu tau mama malu! Malu tau kamu tertimpa kejadian kayak gini, kamu itu udah menikah harusnya bisa lebih jaga diri. Mama yakin Daffa sudah ngajarin kamu sebagai istri. Tapi kamu yang malah bebal kayak gini, kalau sampai kamu diperkosa bagaimana? Bukan Cuma mama yang malu! Tapi suami kamu! Mertuamu, keluarga suamimu."

Tiga bulan berlalu, tetapi tiap perkataan mama masih terputar jelas dalam kepala Kamila. Dia menjadi menyesal mengenal Dina karena mama seakan memandang dirinya sama kotornya dengan perempuan itu.

DIDEKAP KALA ITU (TAMAT)Where stories live. Discover now