Chapter 14 - Precious One (b)

Start from the beginning
                                    

"Aku sudah kenyang," kata Alicia, ingin cepat-cepat kembali ke kamarnya.

"Tidak, kau belum," sahut Lucius dan kembali menyuapi Alicia, sedangkan dirinya tidak sedikitpun menyentuh makanan itu. Dia terbiasa meminum anggur kapanpun dia mau, bahkan di pagi hari sekalipun.

Melihat jemari Lucius melingkar di kaki gelas anggurnya yang mewah, Alicia meneguk ludahnya pelan. Apakah mereka juga akan berbagi dari gelas yang sama? Alicia tentu tahu minuman itu, dan sejak awal dia benar-benar penasaran dengan rasanya karena hampir setiap hari Lucius meminumnya. Ibu jari pria itu, yang dilingkari oleh cincin hitam mengilap, mengusap permukaan gelasnya dengan pelan. Tangan Alicia tanpa sadar terangkat dan langsung memegang gelas anggur itu tepat di atas tangan Lucius.

Lucius terkejut oleh gerakan tiba-tiba itu, begitupun juga Alicia yang langsung menyadari kelakuannya dan menurunkan tangannya.

"Ma-maaf! Aku... itu... aku tidak sengaja!" ucap Alicia dengan panik. Dia sekali lagi mencoba untuk turun dari pangkuan Lucius.

Lucius menekan perutnya lagi sehingga punggung Alicia menempel pada dadanya. "Kau mau mencoba ini?" bisik Lucius, terdengar sangat dekat di telinga.

Alicia terdiam. Dia memang penasaran dan ingin mencoba, tapi mendengar Lucius mengatakannya, sekarang Alicia menjadi ragu-ragu.

"Tidak," jawab Alicia tegas. "Aku akan kembali ke kamar saja."

"Berbaliklah!" kata Lucius, tidak menghiraukan permintaan Alicia.

Dan Alicia pun tidak menghiraukan perintahnya. Mustahil rasanya berbalik dan menatap pria itu ketika yang ingin dilakukannya adalah pergi sejauh mungkin dari sana.

"Alicia." Suara Lucius terdengar penuh peringatan.

Alicia bergidik, namun tubuhnya tidak juga bergerak.

Lucius tersenyum, lelaki itu membungkuk, mengendus leher Alicia lagi. Kemudian tiba-tiba saja kepalan tangannya memukul meja dan menyapu piring-piring di atasnya yang langsung berjatuhan ke lantai dengan suara yang memekakkan telinga.

Alicia memekik ketakutan. Tubuhnya langsung bergetar hebat.

Lucius terkekeh di belakangnya. Dan entah kenapa, kekehannya itu seolah memiliki kesan yang berbahaya. Alicia tahu lebih baik untuk diam atau sang iblis akan melakukan yang lebih buruk. Alicia membayangkan api bermain-main di mata merah menyala itu, menatapnya dengan tajam. Jika saja tatapan dapat membunuh, Alicia mungkin sudah tidak lagi menjadi makhluk bernyawa sekarang.

Lucius menggeram kemudian membalik tubuh Alicia dengan kasar. Pekikan terkejut gadis itu tidak dihiraukannya.

"Sakit!" rintih Alicia pada tangannya yang dicengkeram Lucius dengan erat.

"Kau harus belajar untuk tidak membantah perkataan tuanmu!" desis Lucius.

Ketika Alicia mendongak menatapnya, dia tidak mendapatkan api bermain di sana. Merah itu tampak seperti bara yang redup. Alicia bingung. Dia sudah membayangkan yang terburuk, namun Lucius justru menatapnya dengan... lembut?

Alicia terkesiap. Dia sepenuhnya melupakan rasa takutnya. Dan ketika dia hendak membuka mulut untuk berbicara, Lucius telah lebih dulu membungkam bibirnya dalam ciuman yang dalam. Alicia menggeram untuk lepas dari cengkeraman lelaki itu, namun kemudian dia tersadar ketika ciuman itu terasa berbeda. Lucius menciumnya dengan sangat lembut, tidak tergesa-gesa dan intens. Lelaki itu menyecap bibirnya seolah baru pertama kali, seolah dia hendak mengenal setiap lekuk dan kelembutannya.

Tidak lama kemudian, Alicia mendapati dirinya tenggelam dalam ciuman yang memabukkan itu.

Ketika Lucius menjauh, napasnya terdengar terengah-engah dan begitu seksi di telinga Alicia. Alicia baru pertama kali mendapatinya seperti ini, atau bahkan baru pertama kali mendapati dirinya sendiri merasa seperti ini.

"Kau penyihir kecil, berhenti menguasai pikiranku seperti ini!"

Alicia terlalu tenggelam dalam sensasi yang dirasakannya sehingga perkataan Lucius hanya terdengar seperti gumaman tidak jelas di telinganya.

"Tu-tuan...?"

Lucius hanya terdiam. Tersadar oleh seberapa dekat mereka. Tubuh Alicia menempel sempurna pada tubuhnya. Dada gadis itu menekan dadanya. Dan bagian dari dirinya di bawah sana semakin mengeras oleh tatapan yang Alicia berikan.

Lucius sepenuhnya tersadar. Tatapan lembutnya berubah tajam. Dia mengangkat tubuh Alicia dan mendudukkannya di atas meja. Dan tanpa melihat gadis itu lagi, Lucius berlalu pergi.

~•●•~

Besok update lagi aaahhh hihihihi~

, Asia.
[03/03/20]

LIVING WITH THE DEVILWhere stories live. Discover now