CHAPTER 10

8.9K 259 1
                                    

"Kaylie, tidur yang cukup. Besok aku akan menjemputmu!" pesan Leandro sebelum aku masuk kedalam rumah. Aku hanya mengangguk lemas karena badanku rasanya capek. Tanpa mempedulikan Leandro sudah pergi atau belum, aku masuk kedalam rumah dengan langkah gontai.

Mamaku masih ada di Prinlie Studio bersama Mama Sonya. Entah apa yang mereka lakukan disana. Sementara Papa mungkin lagi di kantornya. Dan Papa Alcander aku tidak tau dimana. Bukan urusanku.

"Shallom. Aku pulang!" ujarku sambil mendorong pintu rumah dan menghempaskan badan di sofa empuk ruang tamu. Aku masih memakai pakaian yang disiapkan oleh para maid nya Leandro. Sementara pakaianku yang kupakai untuk ke kampus, masih ada di mansion Leandro. Biarin sajalah. Lagipula, aku bakalan tinggal disana.

"Habis darimana?" tanya Jack. Aku memandang kearahnya yang duduk didepanku. Rambutnya basah dan dia hanya memakai boxer hitam favoritnya. Dia mengacak-acak rambutnya dengan handuk kecil putih.

"Foto pre-wedding," jawabku seadanya. "Aku ke kamar dulu ya!" pamitku sembari berjalan menuju kamarku yang terletak dilantai dua.

CEKLEK!

Aku mendorong pintu kamarku dan menghidupkan lampunya. Aku melepas heels yang kupakai dan melemparnya ke sembarang tempat. Sialan banget tuh heels. Nyusahin saja. Aku menghempaskan tubuhku yang berbalut dress diatas ranjang dengan gaya telentang. Kakiku rasanya mau patah saja.

Aku mengambil hp ku dan mencari nama Jack. Untuk menyuruhnya memijitku. Pijitan Jack kan lumayan enak dan nyaman. Ditambah dengan pijitan Jace, makin nyaman.

"Apa?" tanya Jack to the point. Aku terkekeh.

"Hehe.. Tolong datang kesini, Jack!" pintaku tanpa dosa.

"Kesini? Kemana?" tanyanya dengan bodoh.

"Kamarku."

"Ngapain?"

"Nyuci piring!" ucapku kesal. "Yaaaa, pijitin akulah! Cepat!" ralatku kesal sambil mengakhiri panggilan.

Ceklek!

Aku memandang kearah pintu dan mendapati Jack yang sedang bertelanjang dada, menatapku kesal. Aku hanya menyengir dan membetulkan posisiku menjadi duduk dipinggir jalan. Jack beranjak naik keranjangku dan duduk dibelakangku. Dia memijitiku dengan pelan.

"Jack, akhir bulan, keluarga kita sama keluarga Leandro akan mengadakan acara bakar-bakar!" kataku pada Jack yang sudah selesai memijitku. Dia berbaring tengkurap disebelahku sembari memainkan hp nya.

"Bakar-bakar?"

Aku mengangguk cepat.

"Siapa yang mau dibakar? Apa yang mau dibakar?" tanya Jack.

Aku mengernyitkan dahiku heran hingga terbentuknya garis-garis tak beraturan.

"Masa iya, kita bakar-bakar. Bakar rumah? Mo tinggal dimana nanti?" cecar Jack yang membuatku langsung memukulnya di pundak dengan keras.

"Bukan bakar rumah, bodoh. Barbequean maksudnya, bodoh!" umpatku kesal.

"Kau terlalu merasa pintar sampai-sampai mengatai orang bodoh. Cih!" desis Jack.

"Terserah kau!" finalku sambil membaringkan badan disebelah Jack dan membenamkan kepalaku di bantal yang empuk. Itu adalah bantal yang paling empuk. Meskipun sudah banyak air liurku yang ada disana. Kurasa, Jack hanya melirikku dan mengangkat bahunya saja. Dia tipe orang yang seperti itu.

Bahkan banyak gadis-gadis diluar sana, sampai capek untuk bertahan dengan Jack. Dia tipe orang yang santai dan tidak ribet. Kalau lagi ada yang ngambek—entah itu pacarnya atau bahkan aku yang saudaranya—dia tidak akan peduli. Apalagi kalau ngambeknya gara-gara dia sendiri. Emang saudara sialan.

Cukup lama aku membenamkan kepalaku di bantal, hingga akhirnya Jack tiba-tiba mencolek-colek lenganku. Aku mengangkat kepalaku dengan wajah penuh tanda tanya, lalu tiba-tiba dia memajukan kepalanya dan..

"Nonton bioskop yuk?" ajaknya.

Jangan berpikiran dia akan menciumku. Itu tidak akan terjadi. Jack paling benci mencium orang lain, kecuali Mama dan Papa. Itu pun memerlukan waktu yang sangat lama. Kira-kira lima menit. Hehe.

Aku langsung mengubah posisiku menghadap samping dan tersenyum lebar. Aku menggerakkan kedua alisku naik turun. Bermaksud dia yang membayarkan semuanya.

"Iya, aku bayarin. Siap-siap sana!" suruh Jack. Aku langsung bersorak senang seperti anak kecil dan berlari masuk ke kamar mandi. Kulihat sekilas, Jack tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Lalu dia keluar dari kamarku, menunggu diriku bersiap-siap.

Aku emang begitu orangnya. Meskipun Jack adikku, tapi aku bersikap seperti adik dia. Tidak perlu untuk heran. Tidak penting.

Selesai bersiap-siap, aku memakai setelan pakaian yang terlihat santai. Hanya celana jeans panjang dan t-shirt putih polos. Serta waistbag hologram. Ini pertama kalinya, aku dan Jack berjalan-jalan berdua. Biasanya sih bertiga—sama Jace.

TRING!

Layar hp ku nyala dan menunjukkan pesan dari grup. Aku segera mengambilnya dan membukanya.

Sir Hans : [send a file.]

Aku mengernyitkan kening dan membuka file tersebut.

"HAH!?!?!?" pekikku karena terkejut. Sir Hans mengirim tugas dalam bentuk file dengan sebuah pesan diakhir soal tugas.

"MESSAGE : PLEASE COLLECT TOMORROW MORNING, AT 8 AM IN THE MORNING. COLLECT IT IN THE FORM OF A FLASHDISK AND PUT IT ON MY DESK. THANK YOU!"

Itu adalah pesan dari Sir Hans. Seketika itu, mood ku berubah menjadi buruk.

***

Aku turun ke bawah dengan pakaian santai sambil mendorong sebuah trolly kecil—yang entah mama dapat darimana. Didalam trolly tersebut, ada tas laptop dan lima buku referensi tugas yang super duper tebal. Ini sih artinya aku akan bergadang.

Kupikir Boston Universitas tidak memiliki tugas yang banyak. Dan itu memang iya. Sesuai dengan pemikiranku, sebelum dosen yang lama diganti dengan Sir Hans. Semenjak dosen baru itu masuk, dia sering memberi tugas yang cukup menyiksa. Hiks..

"Kau tidak bersiap-siap?" tanya Jack dari arah ruang tamu, saat aku melewati ruang tamu. Aku berhenti sejenak dan menghembuskan nafas panjang. Aku meninggalkan trolly tersebut dan berjalan kearah Jack.

"Yeah, saat aku bersiap-siap, kemudian aku dapat pesan dari dosen. Dia mengirim sebuah file yang berupa tugas. Dan itu harus dikumpulkan besok pagi jam 8 pagi," jelasku sambil menyengir kecil. Ku dengar helaan nafas Jack yang kecewa.

Dari dulu, aku tidak pernah ke bioskop bersama Jack. Jika bersama Jace, aku sudah pernah dan kadang sering. Karena aku dan Jace selalu memiliki selera yang sama jika berjalan-jalan. Kami sama-sama menyukai genre comedy, romance, action atau drama. Kami juga menyukai buku, seperti novel maupun komik.

"Ya sudahlah, aku ke kamar dulu!" Jack pun pergi melewati diriku dan berjalan gontai menuju kamarnya. Aku tersenyum miris kearahnya.

Ini sudah keberapa kalinya, aku dan Jack gagal berjalan berdua. Setiap kalinya kami ingin berjalan berdua, pasti selalu saja ada halangannya. Entah itu karena aku, karena Jack atau karena Jace. Kadang juga karena mama dan papa.

Aku pun berjalan kearah trolly dan mendorongnya menuju dapur. Sesampainya didapur, aku mengeluarkan laptop dan lima buku referensi tebal dan menaruhnya di atas meja makan. Aku menghidupkan laptopku, kemudian beranjak pergi untuk membuat kopi. Setidaknya, kopi akan menjadi temanku di malam ini.

*****

TO BE CONTINUED.

SORRY, KALAU MINGGU KEMARIN GAK UPDATE. Jangan cuman baca dong! Kasi vote, komen lalu jangan lupa share!

IG : vnsaagr

(ganti username zheyeng)

MINE IS TERRIBLE [ END ]Where stories live. Discover now