CHAPTER 77

2.6K 145 0
                                    

"Habis darimana?"

Aku menoleh cepat kearah sumber suara. Mataku melotot heran. Sudah ku duga. Ternyata memang benar, Leandro-lah yang ada di rumah. Dia masih tetap mengenakan pakaian formalnya. Leandro duduk dengan kaki kanan yang ditaruh diatas paha kiri.

Aku menghembuskan nafas dan memandang datar kearahnya. "Apa urusannya denganmu, Lean?" tanyaku.

Dia bangkit dan menghampiriku. "Jelas ada. Aku adalah calon suamimu. Apapun yang kau lakukan, harus ku ketahui," ujarnya dengan nada penuh penekanan.

"Please. Don't like a children, Sir." Aku menatapnya jengah.

Argh.., kenapa pria ini berubah menjadi posesif? Kita belum menikah, Tuan Leandro. Kita baru saja 'merencanakan' dan itu belum tentu juga akan terjadi dengan lancar sentosa.

"I don't like a children, lady. Aku hanya bertingkah sebagaimana seorang pria yang tidak suka melihat atau mengetahui wanita yang ia sukai bersama pria lainnya," elak Leandro.

Aku mengernyitkan keningku. Tunggu sebentar. Apa katanya? Mengetahui wanita yang ia sukai bersama pria lainnya? Dia menyukaiku? Aku harus menanyakannya to the point.

"Ehm..! Apa.., kau sedang cemburu padaku?" tanyaku sambil memandangnya usil.

Rahang Leandro mengeras. Sepertinya dia gugup.

"Ku rasa aku cemburu padamu!"

Wow. Sebuah pengakuan yang mencengangkan. Walau sebenarnya aku sudah tahu, tetapi aku masih saja terkejut mendengarnya.

"Ouhh.. Leandroo..! You're so sweet! Bagaimana mungkin kau cemburu padaku?"

"Hey. Aku juga manusia, sialan. Aku mengatakan itu secara murni tanpa rekayasa!"

Aku terkikik mendengar penjelasannya. Astaga pria ini sangat menggemaskan ketika mengelak dariku. "Ohh.. Man. Your word a beautiful! Belajar dimana??" godaku sambil tersenyum.

Leandro memutar bola matanya. "Aku tidak mempelajarinya. Ini murni dari hatiku," ujarnya. Tangannya menunjuk kearah dada.

"Itu paru-paru," kataku memberitahu.

Dia memandang tangannya lalu menurunkan tangannya. "Maaf, aku tidak tahu dimana letak hatiku," akunya jujur.

Aku tertawa kecil. "Aku bisa memberitahumu," kataku dengan tersenyum jahil.

Leandro mengernyitkan keningnya. Dia bermaksud memintaku untuk memberitahunya, dimana letak hatinya yang sebenarnya? Kurasa percuma saja Leandro mengikuti jenjang sekolah dulu.

"Dimana?" tanyanya.

Aku tersenyum jahil.

"Mendekatlah padaku!" suruhku.

"Dasar pendek!" cibirnya sambil berdecak.

Aku memukul pelan lengannya. Saat ia sudah membungkukkan badannya agar bisa mendekati wajahku, aku langsung..

CUP.

Ya, mengecup bibirnya.

Seusai mengecup bibirnya, aku berlari meninggalkannya sambil tertawa terbahak-bahak. Aku memasuki kamar, kemudian berbaring telentang di atas ranjang tidurku. Entah kenapa aku merasa ngakak setelah mengecup bibirnya yang tipis itu.

Tetapi, aku juga merasa sedikit malu. Ah sudahlah.

Hei. Aku yakin, Leandro saat ini tengah berdiri diam. Pasti dia terkejut akan tingkahku yang tiba-tiba tadi. Hahaha, tidak apa. Biarkan dia merasakan bagaimana diriku jika menyambar dirinya duluan.

MINE IS TERRIBLE [ END ]Where stories live. Discover now