CHAPTER 2

14.3K 438 7
                                    

"Bye, Kaylie! Aku akan menghubungimu nanti!" pamit Sakura dari dalam taksi online. Aku mengangguk cepat sambil tersenyum lebar.

"See you!" pamit Sakura, lagi—sembari melambaikan tangan kearahku. Aku membalas lambaiannya dan menatap kepergian Sakura bersama taksi online. Kuharap ia tidak apa-apa di taksi tersebut.

Aku menghela nafas panjang dan memasuki halaman rumahku yang tertutup pagar besar. Saat aku memasukinya, mata ku terpaku pada.. mobil sedan hitam yang terparkir rapi di halaman rumahku. Itu adalah mobil sedan yang tadi ingin menjemputku di kampus. Mobil sedan milik Leandro.

Kenapa pria itu ada lagi dirumahku? Kupikir dia akan kembali ke kantornya dan mengurus masalah di kantornya.

Aku berjalan melewati mobil sedan tersebut dan terpaku di ambang pintu rumah. Leandro bersama kedua orang tuanya, duduk di sofa sebelah kiri. Sementara kedua orang tuaku, duduk di sofa sebelah kanan. Di atas meja, ada beberapa barang-barang yang ku katakan, mirip seserahan untuk perkawinan atau pernikahan.

"Shallom!" ucapku yang membuat semuanya menoleh kearahku. Leandro memandangku dengan datar, bahkan senyum sedikitpun tidak ada diwajah angkuhnya itu.

"Ini dia anak saya. Sini, honey!" panggil Mamaku. Aku mendekatinya dan duduk diantara Papa dan Mama. Aku merasa heran dengan situasi ini.

"Ada apa ini, Ma?" tanyaku yang tidak tau apa-apa tentang kondisi ini.

"Kamu akan mama nikahin dengan teman Mama, Aunty Sonya," jawab Mamaku dengan senyum hangat di wajahnya. Aku memasang wajah terkejut.

Ku pikir pengakuan Leandro tadi pagi, hanyalah bohongan saja. Aku menganggapnya gila atau sedang sakit. Ternyata, aku di kejutkan satu pengumuman lagi. Mama menyuruhku menikah dengan Leandro, pria yang mengaku calon suamiku.

"Mama ini demam ya? Kenapa Mama tiba-tiba menyuruhku menikah dengan.. ehm.. Tuan Leandro?" tanyaku kesal.

"Oh ayolah, honey! Umurmu sudah cukup untuk menikah. Lagipula keluarga Leandro sudah setuju, tinggal kamu saja," jawab Mamaku dengan nada membujuk. Papaku hanya diam tak bersuara karena ia sekarang sedang asik bermain catur dengan Papanya Leandro.

Aku mendengus kesal dan menarik tangan Mamaku menjauh dari ruang tamu. Aku mengajak Mamaku ke dapur. Disana aku menatap tajam kearah Mamaku. Dan Mamaku menatap tak kalah tajam.

"Nak, dengan kamu jadi istrinya Leandro, perusahaan Papa kamu akan melejit tinggi! Dengan ini, Mama bisa membayar uang sekolah adik-adikmu dan utang-utang Papamu!"

What the fuck!? Alasan yang mantap! Menawarkan anaknya untuk nikah demi kepentingan sendiri, tidak memikirkan kepentingan pribadi anaknya. Masih ada ya, perjodohan seperti itu. Kupikir itu sudah tidak berlaku lagi di jaman millenial ini.

"Mama menjualku!?" tanyaku dengan nada tinggi. Mamaku langsung melotot tajam dan mendorong keningku menggunakan telunjuknya.

"Kau pikir Mama ini tidak waras apa!? Mama masih berpikir! Mama menyuruhmu menikah, karena Mama takut kau akan menjadi perawan tua. Mama tidak mau punya anak yang perawan tua!" ujar Mamaku yang membuatku bungkam.

"Jadi.. Kau mau kan, memenuhi permintaan Mama?? Menikahlah dengan Leandro!" pinta Mamaku yang membuatku berpikir keras lalu aku mengangguk pelan. Mamaku bersorak kegirangan dan memelukku dengan riang. Aku hanya pasrah mendengar sorakannya. Demi keluarga, ya sudahlah.

Aku dan Mamaku pun kembali ke ruang tamu. Aku dengan wajah datar namun berusaha tersenyum manis, sementara Mamaku dengan wajah girang. Aku mengusap wajahku kasar lalu mulai mendengar percakapan antara Mamaku dan Mamanya Leandro.

MINE IS TERRIBLE [ END ]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon