CHAPTER 56

5.1K 254 8
                                    

"Kau sudah besar rupanya sekarang, ya?"

Sontak aku menoleh dan wajahku saat itu juga berubah menjadi terkejut bukan main. Sosok yang telah ku benci, sosok yang tak ku harapkan kehadirannya, saat ini berdiri di depanku dengan tatapan datarnya.

Aku berdecak kesal dan memasukkan segelintir alat make up yang ku bawa, ke dalam tas selempangku.

"Permisi, Tuan. Saya harus kembali," ujarku sambil berjalan mendahului Leandro.

"Pintu itu sudah dikunci, Nona Moure.." ucap Leandro, "..atau lebih tepatnya, Nona Kaylie."

Deg.

Aku terdiam. Aku berbalik badan dan menatap Leandro dengan tajam. Sedikit perasaan rindu menggelitiki hatiku. Astaga, ada apa ini? Sejak kapan dan kenapa aku harus merindukannya? Dasar.

"Apa yang membuat Anda memasuki toilet wanita? Anda terlihat seseorang yang mesum!" bentak ku.

Alih-alih membalas sengit perkataanku, dia malah tersenyum padaku.

"Sudah lama aku mencari kau kemana-mana," ujar Leandro dengan sedikit senyum tipisnya. Gayanya masih terlihat cool seperti dulu. Pakaian semiformal dengan kedua tangan bersembunyi di balik saku celananya.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanyaku sengit.

Bukannya langsung menjawab, Leandro malah bergerak mendekatiku dan itu membuatku memundurkan langkahku. Dia terus-terusan membuatku mundur hingga punggungku menghantam dinding.

Satu tangan Leandro menyentuh daguku dan mengangkatnya keatas. Nafasnya yang hangat menyentuh kulit wajahku dengan lembut.

"Kontrak pernikahan kita belum dibatalkan, Kaylie," jelas Leandro dengan menyinggungkan senyumnya.

Dengan sedikit keberanian, aku menyingkirkan tangannya dan menatapnya tajam. "Memegang dagu seorang wanita tua tidaklah sopan, Tuan Leandro," ujarku dengan sengit.

"Haha, kau masih muda, Kaylie. Bodoh sekali kalau kau menyebut dirimu 'wanita tua'," timpal Leandro sambil terkekeh.

Astaga, aku terkejut. Baru kali ini, aku melihatnya terkekeh. Entah baru kali ini atau akunya saja yang lupa mungkin dia pernah terkekeh padaku dulu. Bayangin saja, sosok pria tampan yang selalu berwajah datar dan terkesan dingin ternyata bisa juga terkekeh atau tertawa kecil. Keajaiban dunia.

"Kau.. terkekeh..," gumamku tanpa sadar.

"Only for you," jawab Leandro sambil tersenyum.

Oh Tuhan! Ini adalah senyuman lebar dari Leandro yang pertama kali ku lihat. Astaga, apa aku harus mengabadikan momen ini? Tetapi.. aku masih merasa enggan dan kesal padanya.

Leandro bergerak mundur beberapa langkah dari hadapanku.

"Kaylie, pulanglah ke Boston. Bertemulah dengan keluargamu. Mereka sangat merindukanmu. Kemudian, lanjutkan acara pernikahan kita," pinta Leandro. Kali ini, wajahnya terlihat hangat dan suaranya... terkesan lembut dan memohon.

"Sa-" Ucapanku terpotong karena Leandro bersuara.

"Berbicaralah dengan sedikit santai," tegur Leandro yang sepertinya tak menyukai bahasa formalku padanya.

"Aku bisa saja pulang ke keluarga, tetapi, aku tak yakin bisa menjalankan pernikahan kita sesuai kontrak," kataku.

"Kenapa?" tanya Leandro.

"Aku tak bisa menikah dengan orang yang tak kucintai," jawabku dengan sedikit ragu.

"Suaramu terdengar seperti orang yang sedang melakukan pembohongan," timpal Leandro.

Aku memberanikan diri memandang Leandro. Aku ingin melihat ekspresinya di wajah tegas yang ku selalu melintas di pikiranku, walaupun aku berusaha sekuat tenaga mengabaikannya. Raut wajahnya terlihat datar, seperti biasa.

"Aku tak berbohong," jawabku. Akan tetapi, kenapa rasanya sedikit hati ketika mengucapkannya? Tidak mungkin aku menyukainya.

"Tak baik membohongi perasaan sendiri, nona kecilku," sindir Leandro.

"Aku bukan 'nona kecil'!" umpatku tak terima.

"Di mataku, kau tetap nona kecilku," kata Leandro.

"Dasar tua bangka!" teriakku kesal karena di sebut nona kecil oleh si Leandro. Aku membuang wajahku ke samping, berusaha tak memandang wajahnya.

Leandro tertawa. Di depanku. Oh, aku cukup tercengang ketika melihatnya tertawa dengan lebar. Astaga. Seperti ini rasanya ketika melihat sosok yang dingin tak berekspresi, tiba-tiba berubah menjadi sosok yang bisa tertawa.

Tak lama kemudian, tawanya pun mereda. Aku mendesah kecewa. Lalu melihat sorot matanya yang memandangku dengan hangat. Ah, sungguh pria yang pintar menggoda wanita.

"Tatapanmu membuatku merinding, Leandro," ujarku sambil tertawa.

Biarkanlah aku dan Leandro dalam posisi yang akrab seperti ini. Sebelum sisi membenciku mengelilingi diriku lagi. Entah kenapa rasanya sangat nyaman ketika bersama Leandro.

"Aku akan membuatmu mencintaiku jika kau menikah denganmu," janji Leandro.

Aku terkejut mendengar perkataannya yang tiba-tiba saja seperti sedang jatuh cinta. Apa yang terjadi padanya?

"Kau.. Ada apa denganmu?" tanyaku bingung.

"Aku tak 'kan pernah menyiksamu seperti yang kau saksikan dulu, sewaktu aku menyiksa perempuan itu," lanjut Leandro.

"Aku tak percaya," ucapku dengan jelas.

"Kau harus percaya," balas Leandro.

Aku terdiam memikirkan perkataannya Leandro. Entahlah, aku harus menjawab apa. Aku masih.. tak kuat untuk memunculkan diriku di hadapan keluargaku. Aku takut, mereka akan memarahiku.

"Kita akan bicarakan nanti, Tuan. Aku harus kembali," elak ku.

Leandro terdiam, kemudian tangannya bergerak mencari sesuatu dari dalam jas hitam yang ia kenakan. Sebuah kartu nama dia berikan padaku. Aku menerimanya dan ternyata itu adalah kartu namanya.

"Kau bisa menghubungiku jika kau ingin pulang atau membicarakan sesuatu," pesan Leandro. Kemudian, tangannya bergerak membuka kunci pintu toilet dan menarik toilet tersebut. Leandro pun bergegas keluar dengan santainya.

Aku terdiam. Jantungku berdetak hebat, lagi. Kurasa pipiku mulai merona sebab perlakuannya mendadak tadi.

"Apa yang telah terjadi?" tanyaku pada diriku sendiri. Aku menepuk-nepuk wajahku dan menghembuskan nafasku.

"Anggap saja aku telah bermimpi barusan," ujarku.

Aku pun berjalan keluar, meninggalkan toilet dan bergegas menuju kafetaria depan kantornya Arthur.

*****

To be continued.

Jangan lupa berikan vote dan tinggalkan jejak komentar. Oh ya, jangan lupa bagikan cerita ini ke teman-teman kalian!

Happy reading!

MINE IS TERRIBLE [ END ]Where stories live. Discover now