CHAPTER 63

5.1K 193 12
                                    

"Itu pakaian-mu. Aku sudah menyuruh pelayan hotel membelikannya untukmu tadi," kata Leandro memberitahu, ketika melihatku muncul dengan menggunakan kimono mandi berwarna putih, yang serupa dengannya.

Jika kalian menyangka bahwa dia sudah memakai pakaian yang rapi, maka kalian salah besar. Nyatanya, dia masih memakai kimono mandi dan sedang bermain ponsel diatas kasur dengan santai.

"Terima kasih," ucapku lalu mengambil pakaian tersebut dan membawanya menuju kamar mandi.

Selesai memakainya, aku pun keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih basah. Handuk kecil ku gunakan sebagai pengering rambut. Hanya saja, yang ini versi manualnya.

"Apa kau masih marah?" tanya Leandro tanpa dosa.

Aku meliriknya tajam dan berkata, "Menurutmu?"

"Entahlah," jawabnya.

Tanpa memperdulikan Leandro lagi, aku melewatinya dan duduk di sisi kiri tempat tidur. Sementara dia berada di sisi kanan tempat tidur.

"Apa kau ingin hairdryer?" tanya Leandro menawarkan kepadaku.

Aku meliriknya sekilas, lalu berkata, "Aku tak memerlukannya."

"Rambutmu akan kering lebih lama, Kaylie," ujar Leandro.

Aku menghempaskan handukku dan menatapnya tajam.

"Apa pedulimu!?" tanyaku marah.

Leandro memasang wajah datar, meski aku melihat masih ada raut terkejut di wajah tampannya. Dia meletakkan ponselnya dan menatapku lekat-lekat.

"Urus saja urusan mu sendiri! Jangan urus diriku!" bentakku.

Aku menghempaskan handuk diatas kasur dan berjalan mengambil tas selempang yang ku bawa semalam.

Tiba-tiba, mataku menangkap keberadaan dress hitamku yang tergeletak begitu saja di lantai dengan keadaan yang sudah robek bagian bawahnya.

"Holy Moly.."

Raut wajahku berubah menjadi terkejut bukan main. Astaga.., itu adalah pakaian yang mahal.

"What the fuck?" gumamku dan berjongkok mendekati gaun hitamku.

Leandro yang mendengar gumaman ku langsung menyeletuk sembarangan untuk diriku, "Ada apa?"

Aku mendengus, lalu memungutnya dan melipatnya agar rapi. Aku akan meminta seseorang untuk membuat ulang bentuk bajuku. Atau, akan ku buang ke tong sampah dan membiarkan seseorang mengambilnya. Tentu saja seorang pengemis jalanan.

"Sosok monster tak akan pernah mempunyai hati. Sebab itu mereka dianggap jahat. Mereka hanya tahu menyakiti orang hingga menjemput ajal," ucapku sambil memasukkan lipatan dress hitamku ke tas selempangku.

"What?" Tampak pria seram itu, Leandro, mengerutkan keningnya.

"Kau adalah monster. Kau tak punya hati!" bentak ku dengan kesal.

Leandro terkejut mendengar bentakan ku untuk yang kesekian kalinya. Aku hanya menatapnya dengan penuh kebencian. Aku benci di saat yang seperti ini. Aku benci sosoknya yang menjadi monster. Tanpa sadar, air mataku kembali jatuh dan membasahi pipiku dengan hangat. Sialan.

"Terima kasih," ucapku dengan suara bergetar. Aku menenteng high heels-ku dan berjalan cepat keluar dari kamar.

"Kaylie! Tunggu!" teriak Leandro yang berusaha mengejarku.

Aku segera menekan tombol lift dan memasukinya. Berharap pintu lift akan tertutup dengan cepat, agar Leandro tak memasuki lift yang sama denganku.

Yes. Lift nya tertutup tepat saat dia sudah mendekati lift. Aku tersenyum sangat tipis, sebelum pintu lift tertutup sempurna.

MINE IS TERRIBLE [ END ]Where stories live. Discover now