CHAPTER 81

2.6K 169 8
                                    

Aku dan Leandro pun keluar dari dalam mobil ketika kami sudah sampai di lapangan bandara pribadi Leandro. Beberapa pria berjas hitam berdiri tegak di sisi kiri kanan menuju pesawat.

Entah aku harus bingung atau takjub atau biasa saja, padahal aku tahu kehidupan Leandro memang seperti ini. Selalu ada para pengawal.

Leandro melingkarkan tangannya dipinggangku, namun segeraku tepis. Tanpa memperdulikan apa yang akan ia katakan nanti atau ekspresinya bagaimana, aku berjalan cepat memasuki pesawat dan duduk di kursi pesawat yang kosong.

Tak lama pun, Leandro masuk dan duduk di seberang.

Pesawat pun mulai lepas landas dan meninggalkan kota air penuh kenangan itu. Aku melemparkan pandangan keluar jendela daripada memandang kearahnya. Entah apa yang akan dirasakannya.

"Apa kau ingin tahu kenapa aku menjadi sosok yang kejam? Atau lebih tepatnya, kau menganggapku seorang psikopat?" Leandro berucap.

Aku menoleh kearahnya. "Kenapa?" tanyaku.

Helaan nafas Leandro terdengar jelas di telingaku. Untungnya hanya ada aku dan dirinya saja di dalam pesawat. Pengawalnya yang lain menggunakan pesawat lainnya.

"Ini semua karena ibu tiriku," katanya.

"Ibu tiri? Siapa?" tanyaku penasaran. Leandro mempunyai ibu tiri? Siapa dan yang mana orangnya? Ku pikir dia hanya mempunyai satu ibu saja, yaitu wanita yang pernah datang ke rumahku di Boston dulu. Ya, Mama Sonya aku memanggilnya.

"Wanita yang berada di rumahku, yang pernah mendatangi keluargamu dulu, yang mengaku sebagai ibuku. Dia adalah ibu tiriku. Dia bukan orang yang baik. Dia hanya bersikap baik ketika ada Papaku saja. Jika beliau tidak ada, maka wanita itu akan menjadi sosok yang kejam tanpa perasaan," ceritanya.

"Ibu kandungmu dimana?" tanyaku yang sangat terkejut.

"Telah meninggal saat aku berumur tujuh tahun. Belum genap sebulan ibuku meninggal, Papaku sudah menikahi wanita itu. Sejak saat itulah, kehidupan kelamku terjadi. Dia sering menyiksaku ketika Papaku tidak ada di rumah. Hidupku terlalu miris, ya?" Leandro terkekeh diakhir ceritanya.

Kuperhatikan wajahnya. Tampak mengeras dan berusaha menahan tangis. Mungkin.

Oh my gosh..! Aku merasa kasihan kepadanya. Aku juga terkejut bukan main ketika mengetahui kebenarannya.

Tak ku sangka, wanita yang mengaku sebagai ibunya Leandro itu ternyata ibu tirinya yang sering menyiksa dirinya dari kecil.

Aku beranjak dari kursiku dan menghampirinya. Aku berdiri di depannya, lalu memeluknya tanpa ragu. Aku mengelus kepalanya. Aku tidak tahu kenapa aku melakukan ini. Ini hanyalah refleks.

"Aku tahu bagaimana perasaanmu. Menangislah jika kau perlu, jika kau tidak tahan. Mulai sekarang aku yang akan mengurusmu dan memperlakukanmu layaknya seorang manusia yang ku cinta seumur hidup," bisikku.

Aku mengecup puncak kepalanya. Leandro melingkarkan tangan kekarnya di pinggangku.

Aku tak menyangka bahwa di balik wajah cantik ibu tirinya itu ternyata ada sifat iblis yang tertanam. Seharusnya aku telah mengetahuinya sejak awal.

Astaga, wanita macam apa aku ini. Tak mencari tahu seluk beluk orang lain terlebih dahulu.

"Hei. Aku sangat lelah berdiri. Apakah kita bisa pindah ke belakang saja?" tanyaku sebelum Leandro terlelap dalam pelukanku.

Leandro mendongakkan kepalanya, lalu mengangguk. Matanya tampak merah karena ia berhasil menumpahkan tangisannya ke dalam pelukanku.

Aku tersenyum, lalu membantunya berdiri. Kami pun berpindah ke belakang kursi yang ternyata sudah ada tempat untuk berbaring.

(Jika kalian tidak tahu gambarannya seperti apa, dapat di baca di chapter .. atau melihat adegan Massimo yang tertidur di balik tirai dalam film 365 days.)

Disana, aku duduk di ujung tempat berbaring, lalu Leandron berbaring dengan kepala yang berada di paha. Aku mengelus-elus wajah serta rambutnya.

Dia tersenyum memandangku, lalu merubah posisinya menghadap perutku. Dia tiba-tiba saja menenggelamkan wajahnya di perutku.

Astaga bayi jelmaan pria ini.

"Ouh.. hahaha, you like a baby, Sir..!" celetukku sambil terkekeh. Sejenak aku melupakan kekesalanku ketika dalam perjalanan menuju bandara tadi.

"Aku hanya akan menjadi bayi ketika berdua bersamamu saja," jawabnya dengan suara yang samar. Aku hanya terkekeh mendengarnya.

Aku memandangnya dengan senyuman manis menghiasi wajahku. Biarkanlah kami seperti ini terus sampai maut memisahkan. Jauhkanlah kami dari segala rintangan agar hidup kami aman tentram.

*

Di sisi lain.

"Kaylie.. Kaylie.. Setelah kamu sampai di Boston, saat hari pernikahanmu dengan pria psikopat itu, aku akan datang dan membawakan hadiah paling istimewa yang tak akan pernah kau lupakan seumur hidupmu," ujar pria berkemeja biru dongker itu yang tengah duduk di sebuah kursi sembari meminum segelas wine.

Kemudian pria berkemeja itu menekan sebuah bel, lalu masuklah seorang wanita bertubuh tinggi yang berperawakan layaknya seorang wanita Yunani. Paras wanita itu bak seorang dewi. Mungkin dewi Athena.

"Siapkan hadiah yang sudah ku instruksikan kepadamu beberapa hari lalu. Saat pernikahan dia, kita akan datang dan memberikan hadiah itu. Setelah itu, semuanya tetap berjalan sesuai rencana," perintah pria berkemeja itu.

"Baik, Tuan. Akan saya laksanakan!" Wanita itu pun pergi meninggalkan ruangan, sedangkan sang pria terus menyunggingkan senyumannya. Ia tampak tidak sabar menunggu hari tersebut.

*****

TO BE CONTINUED.

Belasan part lagi menuju ending.

Tenang, happy ending kok! Jadi jangan takut, hehe. 

Oh iya.. Rencananya kalo cerita ini udah tamat, aku mau buat cerita remaja tapi bukan di akun ini. Di akun ku yang satunya.

BARU RENCANA YA, berarti belum tentu.

HAPPY READING!

MINE IS TERRIBLE [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang