CHAPTER 72

4.7K 186 10
                                    

"Hey, Kaylie."

Aku terkejut bukan main. Ku jauhkan ponselku dari telinga dan menatap layar ponsel tersebut. Nomor tak dikenal. Akan tetapi, kenapa suara itu terdengar familiar di telingaku, hm? Apakah dia yang menelponku? Tetapi, kenapa dia menelponku? Jika iya, tidak ada gunanya dia menelponku.

"Siapa kau?" tanyaku mengintimidasi.

Orang itu tertawa kecil yang kedengarannya sinis dan jahat. "Sangat menggelikan ketika kau melupakan siapa aku," katanya dengan nada rendah.

"Katakan padaku. Siapa kau!?" desakku.

Bukannya menjawab, orang itu malah semakin tertawa. Sialan. Siapa orang ini? Kenapa suaranya sangat familiar? Oh God!

"Apa aku harus memanggilmu 'Nunki' seperti dulu, barulah kau mengenaliku? Ah, kau sangat menggemaskan, Kaylie kecilku!" kata orang itu yang membuatku terkejut bukan main. Hanya ada satu orang yang memanggilku seperti itu.

Ya, 'Nunki' adalah nama kecilku yang diciptakan oleh satu orang. Dan orang itu pasti yang telah mengenalku sejak aku masih kecil. 'Nunki' hanya dikhususkan untukku dari orang itu.

"Ada apa kau menghubungiku?" Dengan waspada, aku melemparkan pertanyaan seperti itu kepadanya. Iya, kepada orang yang telah menyebut serta membuat nama kecilku.

Aku bangkit dari sofa dan berjalan keluar rumah. Berdiri di teras rumah dengan menyandarkan lenganku ke salah sebuah tiang rumah. Ponsel masih ku tempelkan ke telinga dan menunggu respon dari orang tersebut.

"Bisakah kau sedikit lebih lembut ketika menjawab telfon ku? Aku menyu-"

"Jangan membuang waktuku, Jidzik. Aku tidak punya waktu banyak untukmu."

Ya, orang itu bernama Jidzik. Dia adalah sepupuku yang tinggal di Mesir dan dia jugalah yang menciptakan nama 'Nunki' untuk diriku. Dia berkata pada waktu itu, nama 'Nunki' hanya diperuntukkan diriku dan hanya boleh dia yang menggunakan nama panggilan tersebut. Jika pikiran kalian mengarah ke Keluarga Akinwole yang pernah mengkhianati keluargaku, maka pikiran kalian masih bagus. Yang tidak ingat, ya sudahlah.

Jidzik Akinwole, sepupuku yang paling licik dan suka bertingkah seenak jidatnya. Ada satu fakta yang tak diketahui banyak orang. Jidzik adalah satu-satunya sepupuku yang bisa-bisanya jatuh cinta kepadaku. Hahaha, heran bukan? Aku juga. Aku tidak tahu bagaimana bisa dia mencintai saudara sepupunya sendiri. Kenapa aku bisa tahu? Aku diberitahukan oleh adiknya yang duduk di bangku sekolah dasar. Anak kecil tak akan pernah berbohong bukan? Lagipula, sikap Jidzik kepadaku sangat berbeda dengan sepupu lainnya. Hanya kepadaku saja dia bersikap baik dan lemah lembut. Tetapi pada saudara sepupuku yang lain, dia bersikap dingin.

"Okey, fine. Kurasa kau tidak menyukai obrolan basa-basai terlebih dahulu." Jidzik tertawa kecil dan itu kedengaran. "Apa kau akan menikah dengan pria tua yang bodoh itu?" tanya Jidzik.

"Kau lebih bodoh daripadanya, Jidzik!" kataku sinis. "Dan jawaban atas pertanyaanmu itu sudah pasti kau mengetahuinya. Ya, aku akan menikahinya," jawabku.

Dari seberang sana, aku mendengar Jidzik terkekeh. "Kenapa kau mau menikahinya tapi tidak menikahku? Kita bisa hidup bersama anak-anak kita," katanya yang mulai melantur kemana-mana.

"Hey, bruh. Kita ini saudara sepupu dan masih ada aliran darah yang sama. I do not want to marry you! We're the cousins, boy!" ujarku membalas perkataannya yang sudah melantur.

"Aku tidak peduli walau kita sepupuan, lady," kata Jidzik. "Yang ku pedulikan hanya dirimu dan masa depan kita."

Aku menghela nafas panjang. Berusaha sabar ketika berbicara padanya yang selalu mengungkit perasaan. Walau dia mencintaiku, aku tetap tidak bisa menerimanya. Kurasa Jidzik memang tidak waras.

MINE IS TERRIBLE [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang