CHAPTER 7

9.4K 320 2
                                    

Mobil sedan yang di kendarai oleh Leandro berhenti didepan sebuah gerbang besar. Leandro membunyikan klakson. Kemudian, keluarlah seorang satpam dengan tergesa-gesa. Dia membukakan pintu gerbang untuk kami. Leandro pun memacu mobilnya, melewati gerbang besar tersebut.

"Amazing.." pujiku dengan suara pelan. Ini pertama kalinya, aku melihat mansion dalam sedekat ini. Mansion ini sangat mewah dan luas. Memiliki halaman yang luas dan asri. Selain itu, ada beberapa gazebo di halaman.

Astaga.. Aku berada dirumah sultan sekarang. Aku tidak menyangka.

"Kaylie, ayo turun!" ujar Leandro, menyadarkan diriku yang tengah diselimuti kekaguman. Aku terkejut dan segera keluar dari dalam mobil. Aku berjalan memutari mobil depan, dengan kepala yang masih memandang ke sekitar.

"Ini akan menjadi rumah kita."

Aku langsung menoleh cepat kearah Leandro dengan tatapan tidak percaya. Dia hanya tersenyum tipis dan meraih pergelangan tanganku. Aku menatap tangannya yang menarik pergelangan tanganku dan kami pun berjalan memasuki mansion megah tersebut.

Beberapa maid menyambut kami sembari membungkukkan badan. Aku merasa tidak enak dan tidak sopan. Mungkin beberapa dari mereka, ada yang lebih tua daripada aku tapi mereka bersikap menghormati kepadaku.

"Aku akan mengantarmu ke kamar," kata Leandro yang hanya bisa ku anggukin. Beberapa maid mengikuti kami dari belakang. Sekitar lima atau enam maid. Entah apa gunanya mereka mengikuti kami.

"Lift disini lagi rusak. Kita lewat tangga saja," ujar Leandro yang hanya bisa ku tanggapi dengan anggukan. Aku juga tidak peduli mau itu liftnya rusak atau tidak. Selagi bukan aku yang membiayai kerusakannya, aku tidak peduli.

Beberapa menit kemudian, kami pun sampai didepan kamar berpintu putih polos dengan hiasan-hiasan yang berwarna biru tua. Mirip pintu kamar Elsa di film Frozen.

Leandro mendorong pintu kamar tersebut dan berjalan masuk sembari menghidupkan lampunya. Aku mengikutinya dengan tatapan kagum. Kamar ini sangat luas dan mewah. Didominasi dengan warna putih-emas yang terlihat sangat elegan. Begini kah kamarnya orang kaya? Bahkan ini sepertinya rapi dan tidak ada yang menempatinya.

"Hari ini kita akan foto pre-wedding. Para maid akan membantumu membersihkan diri. Aku tinggal dulu," kata Leandro. Aku memandangnya dengan terkejut.

"Foto.. pre.. wedding?" tanyaku dengan wajah terkejut. Dia mengangguk tanpa senyum. Huftt.. Aku hanya bisa mematuhinya. Aku memandang para maid dan Leandro secara bergantian lalu mengangguk patuh.

"Jika kau sudah selesai, temui aku di kamar sebelah. Itu kamarku!" tambahnya. Dia pun pergi. Menyisakan aku dan para maid disini.

"Mari nyonya. Kami bantu," ujar salah seorang maid yang menurutku wajahnya sudah tua.

"Jangan panggil aku 'nyonya'! Panggil saja aku 'adik' atau apalah. Kau pasti lebih tua dariku, aku tidak mau yang tua bersikap hormat pada yang tua!" tegurku yang membuat maid itu tersenyum manis dan mengangguk.

Kami pun memulai ritual membersihkan diri didalam kamarku. Sebenarnya aku malu saat dimandikan oleh para maid. Aku menolak saat mereka ingin memandikanku dan yah.. untungnya mereka menurut.

Aku pun masuk kedalam kamar mandi. Woah.. Aku kagum dengan kamar mandi ini. Sangat mewah dan besar. Pantasan saja kamarku besar, ternyata kamar mandinya juga besar. Aku menjelajahi ke seluruh sudut kamar mandi sambil berdecak kagum. Sekaya inikah orang kaya? Sangat amazing!

Aku berjalan menuju bathtub. Astaga.. Para maid telah menyiapkan air mandi di bathtub dan aku tinggal berendam. Astaga.

Oke, berapa kali sudah aku berdecak kagum dengan mengucapkan astaga? Tapi.. Bagaimana aku harus menghentikan decakan kagum ku ini? Ini benar-benar mewah dan sangat wow!

MINE IS TERRIBLE [ END ]Onde histórias criam vida. Descubra agora