Chapter 47

146K 3.8K 920
                                    

Buku ini telah diterbitkan, untuk yang ingin tahu cerita lengkapnya dapatkan bukunya segera di Gramedia. Buku dibagi menjadi dua bagian: CHANGED dan CHANGED Side B (sequel)

"Kau tidak mampir?" kataku sesaat setelah kami tiba di depan apartemen

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kau tidak mampir?" kataku sesaat setelah kami tiba di depan apartemen. Biasanya Harry akan langsung mematikan mesin mobilnya, tapi kali ini dia tidak.

"Aku masih ada urusan di luar. Nanti malam aku akan datang."

"Kau akan kemana memangnya? Mempersiapkan adu balap nanti malam?"

"Tidak, Tyler menundanya hingga minggu depan. Dia masih mengupayakan lokasinya karena sekarang polisi agak sulit diajak kerjasama. Mereka berkata 'ya' lalu beberapa hari kemudian mereka berkata 'tidak'. Sekarang aku harus kembali ke frat, Ken."

"Oke." Gumamku cemberut. Mencondongkan tubuhnya ke arahku, dia meraih wajahku dan mencium bibirku dalam-dalam selama beberapa saat. Dan selama itu aku merasa seperti melayang. Bibirnya bagaikan candu yang sangat sulit untuk kuhentikan. Sial, aku semakin tidak ingin dia pergi. "Janji nanti malam kau akan datang."

Dia mengecup bibirku lagi, "Tentu, sayang." Bisiknya. Dan sekarang rasanya aku mau mati. Ini pertama kalinya dia memanggilku 'sayang' saat bukan melakukan seks.

***

Aku tidak tahu bagaimana caranya berkata pada Jules soal rencanaku untuk pindah dengan Harry. Sejak awal kami tiba di New York, kami sudah berjanji untuk tinggal bersama sampai salah satu di antara kami lulus. Lagi pula meski apartemen ini terbilang jelek, biayanya tidaklah murah jika harus dibayar seorang diri. Ditambah lagi Jules tidak memiliki pekerjaan, dia masih hidup dengan uang yang diberikan oleh orang tuanya tiap bulan.

"Jules, ponselmu berdering."

"Biarkan saja." aku memperhatikannya memasukkan pakaian kotor ke dalam mesin cuci. Tapi ponselnya yang dia taruh di atas meja makan sudah berkali-kali bunyi dan dia terus mengabaikannya, jadi aku penasaran dan bangkit berdiri dari sofa untuk melihat siapa peneleponnya. Lalu dalam sesaat aku pun sadar mengapa Jules enggan menjawab.

"Apa kau masih berkomunikasi dengannya?"

"Siapa?"

"Niall."

Jules tertawa geli, memutar timer di mesin cuci kemudian berjalan ke arahku. "Tidak. Aku selalu menghindarinya dimana pun dia berada. Si brengsek itu memohon maaf padaku berkali-kali tapi aku tetap tidak bisa memaafkannya—entah kenapa—yang jelas aku masih belum bisa menerima perlakuannya terhadap setiap gadis yang di matanya menarik."

"Apa kau sudah tidak memiliki perasaan untuknya sama sekali?"

"Justru itu yang selama ini menggangguku, Ken. Jika aku memang sudah tidak memiliki perasaan apapun terhadapnya, seharusnya aku bisa memaafkannya dan melupakan kejadian di antara kau dan dia waktu itu." aku menelan ludah membayangkan ucapannya. Setiap kali teringat akan kejadian yang membuat perutku serasa ditendang itu, aku selalu merasa bersalah pada Jules. Seandainya saja ada cara untuk membuatku bisa melupakan kejadian-kejadian tolol semacam itu.

CHANGED (sudah DITERBITKAN)Where stories live. Discover now