Chapter 19

198K 5.2K 501
                                    

A/N: Big thanks to xyeahlarryx for the TRAILER on multimedia!! :) I also dedicated this chap to her!

***

Aku terbangun ketika mendengar alarm di jam wekerku berbunyi. Meraba meja di samping tempat tidurku, aku pun menemukan benda yang sangat mengganggu itu dan langsung mematikannya. Dengan langkah gontai aku berjalan menuju kamar mandi kemudian membuka bajuku, menaruhnya di dalam keranjang pakaian kotor sebelum masuk ke dalam bathtub dan menyalakan shower. Sedikit demi sedikit pikiranku kembali melayang pada kejadian semalam saat Harry mencium Tawni, kemudian ia memarahiku karena hendak membuka bajuku di hadapan teman-temannya, setelah itu kami bertengkar di kamarnya dan aku hampir saja mengatakan bahwa mungkin aku menyukainya. Kupikir aku gila karena telah berpikir demikian, tapi memang seperti itu lah kenyataannya. Rasa sakit itu ada, dan aku merasakannya ketika aku turun ke lantai bawah dan menemukan Harry yang sedang berbincang-bincang dengan Liam sambil memangku seorang gadis di pangkuannya.

Sialan! Aku langsung turun dari dalam bathtub setelah selesai membersihkan tubuhku, mematikan shower kemudian berjalan untuk mengambil handuk yang menggantung di balik pintu. Setelah melilitkannya di tubuhku, aku kembali ke kamarku dan meraih celana jeans dan kaus lengan panjang berbahan sweater berwarna soft. Dengan segera aku mengeringkan rambutku sambil bercermin, memandangi wajahku yang masih sembab akibat menangis semalaman. Ya Tuhan, apa yang telah ia perbuat hingga aku seperti ini? Aku mematikan hairdryer dan menaruhnya tergeletak di atas meja rias. Aku memakai sedikit eyeliner dan pelembab bibir, dan membiarkan rambutku tergerai seperti biasa. Toh, penampilanku dirombak seperti apa pun juga aku akan tetap terlihat jelek, tidak seperti gadis-gadis pirang yang selalu berada di sekelilingnya. Kecuali jika aku sedang bekerja di MCC. Ya, kuakui penampilanku bisa jadi sedikit menarik jika sedang menjual diri.

Aku langsung bergegas mengambil tasku dan berlalu keluar kamar, melihat Jules yang sedang terburu-buru mengenakan sepatu boots-nya di dekat pintu sambil menoleh ke arahku. "Hai, terburu-buru di pagi hari, hah?" ia menyengir dan aku membalasnya dengan senyuman singkat. "Kau tidak sarapan dulu?"

Aku menggeleng, "Aku bisa membeli sarapanku di luar. Kau pulang jam berapa semalam?"

"Umm, sekitar jam dua malam." Jules bangkit berdiri dan menyingsingkan tasnya di pundak, "Semalam kau kembali kemari dengan siapa?"

Oh, sial. Apa Jules akan marah jika aku menjawabnya dengan jujur? Tapi hey, aku tidak melakukan apa-apa dengannya, dan Jules juga tidak menaruh perasaan apapun terhadapnya, bukan? "Niall. Kami bertemu di jalan dan dia menawarkan diri untuk mengantarku."

Jules terdiam sejenak, membuatku membeku di tempat ketika ia memandangku dengan pandangan menilai sebelum bergumam pelan dan kembali fokus pada boots-nya, "Oh."

"Kau oke?"

"Ya, tentu. Itu lebih baik ketimbang kau pulang sendiri. Well, lain kali kau bisa bilang padaku jika ingin pulang lebih dulu, Kenya. Tyler bisa mengantarmu."

"Maafkan aku... aku—aku terburu-buru kemarin."

"Ya, aku tahu. Aku melihatmu turun dari tangga dan tiba-tiba saja kau pergi setelah melihat Harry memangku seorang gadis. Umm, aku sudah terlambat ke kampus, sampai jumpa lagi nanti." Jules tersenyum padaku sambil membuka pintu apartemen lebar-lebar. Tapi entah mengapa perasaanku sekarang jadi tidak enak terhadapnya, khawatir jika ia marah karena Niall mengantarku pulang.

"Ya, aku juga sudah terlambat. Sampai jumpa, Jules." Ia berbalik ke arahku dan tersenyum.

Setibanya di kampus aku langsung masuk ke dalam kelas yang sepertinya sudah dimulai sejak beberapa menit yang lalu. Alangkah terkejutnya ketika aku melihat Harry yang datang lebih awal dan sudah duduk di bangku paling depan. Kuulangi, bangku paling depan. Dan satu-satunya bangku kosong yang berada di bagian depan adalah bangku yang berada di sebelahnya. Sialan.

CHANGED (sudah DITERBITKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang