Chapter 25

91.1K 2.6K 655
                                    

Well, it's a long chap! Please enjoy :) Jangan lupa CHECK THE MULTIMEDIA <3 haha.

***


Aku nyaris tidak mengenali siapa pria yang sedang bersamaku ini. Bisa kau bayangkan? Seorang Harry-bajingan-Styles menolong bibi Debs memasukkan koper-kopernya ke dalam mobil tanpa dimintai tolong. Ia memiliki inisiatifnya sendiri. Sempat aku tercengang selama beberapa saat hingga bibi Debs yang tidak tahu menahu soal Harry memanggil namaku dan kami segera berlalu masuk ke dalam mobilnya. Bahkan disaat bibi Debs mulai berkicau soal penerbangannya yang terlambat pun Harry tetap diam dan tidak berkomentar. Mungkin suasana hatinya kembali bagus.

"Bagaimana keadaan Will? Aku sangat merindukan anak itu."

"Dia baik. Besok aku akan mengantarmu ke rumah sakit."

"Ah, tidak usah, Kenya. Aku bisa pergi sendiri, kau pikir aku wanita tua yang mudah tersesat di New York? Lagi pula bukan kah kau besok ada kuliah?"

"Aku bisa membolos di jam kedua." Jawabku sembari melirik ke arah kaca spion untuk melihat bibi Debs di kursi belakang.

"Tidak, tidak. Aku akan ke rumah sakit besok seorang diri. Oh ya, anak muda. Siapa tadi namamu?"

"Harry, bi." Ujarku gemas. Ini sudah yang ketiga kalinya aku mengingatkan bibi Debs.

"Aku bertanya padanya, Kenya." Ia menaikkan sebelah alisnya padaku. "Well, Harry, terimakasih sudah mau menjemputku di bandara. Kenya pasti senang memiliki teman sepertimu. Dulu saat ia masih di Wisconsin hanya Ezra yang mau berbaik hati seperti ini padanya."

Oh, astaga. "Bibi." Suaraku naik setengah oktav. Menurutku membicarakan soal Ezra di hadapan Harry bukan lah ide yang bagus. "Apa kau ingin memasak untuk makan malam? Jika, ya, maka kita harus pergi berbelanja dulu."

"Ah, ya ampun kau ini bagaimana? Kau tinggal di apartemen dan tidak memiliki persediaan untuk makan sehari-hari? Pantas tubuhmu kurus seperti itu. Kau tenang saja aku membawa sesuatu dari Wisconsin."

"Sesuatu?"

"Ya, Paman Finn baru saja panen kemarin."

Oh, kebiasaan. Setiap kali bibi Debs datang ke New York, ia pasti selalu membawakan sayur-sayuran hijau serta lobak dan wortel atau hasil ternak. Seperti tahun lalu misalnya, bibi Debs membawakan aku dan Jules seekor ayam ternak—bisa kau bayangkan betapa malunya kami saat menjemputnya di bandara? Wisconsin memang terkenal daerah pedesaannya, dan rata-rata keluarga disana memiliki ladang berkebun atau peternakan mereka sendiri. Paman Finn adalah salah satu kerabat dekat bibiku. Ia sering datang berkunjung dan membagikan hasil kebunnya pada kami.

"Bagaimana kabar Julia? Mengapa ia tidak datang bersamamu?"

"Ia sedang tidak di rumah, sore ini ia baru akan pulang."

"Apa sekarang ia sudah memiliki kekasih?"

"Umm, ya, begitu lah."

"Pantas saja." gumamnya pelan. "Kemarin Gloria bercerita bahwa sekarang anaknya yang tinggal di LA sudah hidup bersama dengan kekasihnya. Kau ingat Miranda? Temanmu saat masih di SMA?"

"Ya, aku ingat." Ujarku tidak tertarik. Sesekali aku melirik ke arah Harry yang masih tenang di kursi kemudinya hingga detik ini. Jujur, aku khawatir jika Harry akan kehilangan kesabarannya mendengar ocehan bibi Debs yang tidak ada hentinya, ia senang membicarakan banyak hal—maksudku, semua hal. Seperti sekarang, ia menceritakan soal anak tetangga kami yang sekarang sudah hamil di luar nikah.

Sesampainya di depan apartemenku, Harry langsung turun dari mobilnya dan menurunkan koper-koper serta beberapa paper bag milik bibi dari dalam bagasi. Dan lagi-lagi, tidak ada yang menyuruhnya. Harry masih bungkam dan tidak menampakan ekspresi apapun, paling sekali-sekali ia memutar mulutnya karena keberatan membawa koper besar milik bibiku yang entah apa isinya.

CHANGED (sudah DITERBITKAN)Where stories live. Discover now