Chapter 28

181K 4.4K 309
                                    

Buku ini telah diterbitkan, untuk yang ingin tahu cerita lengkapnya dapatkan bukunya segera di Gramedia. Buku dibagi menjadi dua bagian: CHANGED dan CHANGED Side B (sequel)

The songs for this chapter:

Tata Young – El Nin Yo

Birtney Spears – Toxic

Justin Timberlake ft. Timbaland – Sexy Back

***

Aku memiringkan kepalaku ke satu sisi memandangi kalender yang kutandai dengan spidol merah. Lagi-lagi siklus datang bulanku tidak menentu. Bayangkan saja dalam satu bulan ini aku baru menstruasi lagi sekarang. Kemungkinan ini disebabkan karena aku sering bolak-balik berhenti mengonsumi pil KB dan kembali menggunakannya lagi. Setahuku pil KB memang membuat siklus datang bulan menjadi sedikit tidak jelas pada awal-awal penggunaan apalagi jika tiba-tiba berhenti menggunakannya.

Terkadang ini membuatku frustasi dan sedikit khawatir. Maka dari itu jika aku hendak berhubungan seks dengan pelangganku, aku selalu meminta mereka untuk tetap menggunakan kondom. Hanya sekedar untuk berjaga-jaga saja, meski tidak jarang ada di antara mereka yang menolak.

"Kenya!" bibiku berseru dari arah ruang tv. Hari ini rencananya aku harus mengantar bibi Debs ke bandara. Dia harus sudah pulang ke Wisconsin karena dia tidak bisa meninggalkan toko rotinya terlalu lama. Dia bilang dia khawatir para pelanggannya akan kabur karena sudah lima hari tokonya tutup.

Untuk beberapa alasan aku merasa lega karena bibi memutuskan untuk pulang hari ini juga, mengingat aku harus pergi kerja malam ini. Aku tidak tahu harus memberikan alasan apa nantinya jika aku pulang terlalu larut.

"Apa sudah tidak ada yang ketinggalan?"

"Tidak ada, sayang. Aku sudah memastikan semuanya berada di dalam koperku. Kau sudah menghubungi taksinya?"

"Ya, taksinya sudah di bawah."

"Baguslah, ayo. Aku tidak mau ketinggalan penerbanganku."

Dengan segera aku membantu bibi Debs membawa kopernya menuju lift yang sudah diperbaiki. Tapi sialan, ini berat juga meski hanya tinggal di dorong. Berbeda dengan waktu itu ketika Harry ada untuk membantu kami, ia bisa mengerjakan semuanya dengan mudah. Tidak, tidak. Aku menampar diriku ke dunia nyata. Aku sudah berhenti memikirkannya sejak tiga setengah jam yang lalu. Memang tidak mudah, tapi mengalihkan perhatianku pada hal lain sangatlah sulit.

***

Sesampainya di bandara aku langsung pamit pada bibi Debs dan memeluknya. Aku menyampaikan rasa terimakasihku padanya yang sudah mau membantuku menemani Will serta memasak di apartemen. Bibi Debs sudah membantu jauh lebih banyak dari apa yang aku kira.

Matanya merah dengan air mata yang tertahan ketika ia melepaskanku. Oh, aku paling benci dengan perpisahan, tapi ini bukan berarti bahwa aku tidak akan melihatnya lagi. Aku memeluk bibi Debs untuk yang kedua kali dan mencium pipinya, dan dia berbisik di telingaku, "Sampaikan salamku untuk Julia. Juga Harry."

Ah, Harry lagi. Aku menarik napas dalam-dalam seraya melepaskan pelukan bibi dan tersenyum. "Tentu akan kusampaikan."

"Jaga dirimu baik-baik, dan pastikan agar Will segera sembuh. Jika terjadi apa-apa, langsung beri tahu aku. Kau mengerti?"

"Aku mengerti, bi."

Setelah perpisahan kami yang cukup melankolis, aku memastikan bibi Debs melewati bagian keamanan terlebih dahulu sebelum berbalik dan berjalan keluar bandara. Aku menyegat taksi untuk membawaku pulang. Selama di perjalanan aku memikirkan perkataan Harry kemarin mengenai pekerjaanku yang termasuk dalam bagian hidupku. Kata-katanya terus terngiang, membuatku bergidik dan merasa jijik, tapi aku tahu aku tidak seburuk itu. Aku mencoba untuk tidak membiarkan kata-katanya merasuk ke dalam batin, kendati seperti itu tetap saja aku merasa kesal. Aku seolah ingin berteriak di hadapannya bahwa aku tidak seperti yang ia katakan.

CHANGED (sudah DITERBITKAN)Where stories live. Discover now