Chapter 14

217K 5.4K 309
                                    

Harry menyempitkan matanya padaku, masih bertopang tubuh di sikunya, ia memutar bola mata kemudian membaringkan kepalanya lagi di bantal, "Selamat malam." Ujarnya santai sambil memejamkan matanya.

Astaga! Si brengsek ini! "Harry, aku serius! Bangkit dari kasurku dan pergi dari sini sekarang juga!" aku menarik bantalnya secara paksa, membuat Harry mengangkat kepalanya lagi dan sekarang ia tergelak. Hey! Apanya yang lucu?!

Harry memiringkan kepalanya ke satu sisi, memperhatikan sesuatu di balik pundakku, otomatis aku menoleh ke belakang dan ternyata Jules sudah menyender di ambang pintu kamarku. "Harry, aku perlu berbicara denganmu."

"Kau bukan bosku." Harry mendengus geli.

"Bukan, tapi ini tempat tinggalku. Aku bos disini."

Oh!

Menjatuhkan bantal ke lantai, aku pun kembali memandangi si Harry-brengsek-Styles yang sedang mengusap wajahnya kemudian turun dari tempat tidur. Bagus. Gadis dalam batinku menari-nari dan menyanyikan lagu kebangsaan.

Harry meraih pakaiannya yang berserakan kemudian mengenakannya, sementara aku merapihkan tempat tidurku yang berantakan, sesekali aku teringat dengan kejadian semalam. Bagaimana jadinya jika kemarin kami meneruskan sampai selesai? Mungkin Jules tidak hanya akan memergoki kami sedang tidur bersama, tapi juga telanjang! Mati sudah jika hal itu sampai terjadi.

"Aku sudah memperingatkanmu!" Jules menahan teriakannya dari luar kamar, aku tidak sadar bahwa Harry ternyata sudah berada di luar kamarku. Aku berusaha untuk mendengarkan tapi suara Harry benar-benar tidak terdengar oleh telingaku.

"Aku tidak mau mendengar alasanmu lagi. Dia polos, Harry, dia polos!"

Aku menelan ludah, sedikit merasa bersalah karena aku telah menyembunyikan banyak hal dari Jules. Aku menggelengkan kepala, tidak mau lagi mendengar perdebatan mereka, lalu tiba-tiba saja aku teringat bahwa semalam aku berjanji akan menghubungi Spence. Ah, ya Tuhan! Ia pasti marah padaku sekarang!

Dengan segera aku meraih ponselku di dalam dompet, menghubungi Spence dan ia mengangkatnya pada nada sambung ketiga.

"Halo, Spence?" aku mendengar suara bising samar-samar di sebrang telepon, terdengar seperti ada bunyi klakson mobil dan beberapa orang yang berbicara di waktu yang bersamaan. Sepertinya Spencer tidak sedang sendirian.

"Kenny, mengapa kau baru menghubungiku sekarang?!"

Benar, bukan? Dia marah! Aku memijit keningku dan mondar-mandir di dalam kamar. "Maaf, aku kelupaan. Well, jadi bicara soal semalam, ada beberapa hal juga yang perlu kusampaikan padamu, Spence." Aku menjaga nada suaraku serendah mungkin kemudian masuk ke dalam kamar mandi, hanya sebuah antisipasi jika Jules dan Harry mungkin bisa mendengarku meski keduanya sedang beradu mulut.

"Maksudmu?" tiba-tiba suara bising itu hilang. Mungkin Spence sudah berpindah ke tempat yang lebih sepi.


"Aku... Aku ingin mengambil cuti."

Spencer tertawa di sebrang teleponnya, "Cuti, kau bilang? Kau pikir ini semacam pekerjaan yang kau lakukan di dalam kantor, Kenny? Beberapa pelangganmu mencarimu kemarin."

"Oh?"

"Kemarin aku sampai kewalahan karena salah satunya memaksa hanya ingin dilayani olehmu."


Wow. Aku cukup terkesima mengetahui ini. "Lalu apa yang kau lakukan?"

"Aku menawarinya gadis brunette yang lain."

CHANGED (sudah DITERBITKAN)Where stories live. Discover now