Chapter 46

134K 3.6K 470
                                    

Buku ini telah diterbitkan, untuk yang ingin tahu cerita lengkapnya dapatkan bukunya segera di Gramedia. Buku dibagi menjadi dua bagian: CHANGED dan CHANGED Side B (sequel)

 Buku dibagi menjadi dua bagian: CHANGED dan CHANGED Side B (sequel)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aku akan mengantarmu pulang, kau tenang saja. Anak itu memang keterlaluan."

"Tidak, Christian, aku bisa naik taksi. Aku tidak mau merepotkanmu." Kataku pelan, dan tiba-tiba aku merasa bodoh. Bodoh karena aku pikir aku bisa membuat Harry mengerti.

"Kau yakin?"

Aku mengangguk meyakinkannya.

"Kalau begitu akan ku teleponkan taksi untukmu." Sejurus kemudian Christian melesat ke ujung ruangan meraih telepon rumah. Sementara itu Sarah justru terlihat santai di kursinya dengan kedua tangan terlipat di dada. Wajahnya tanpa ekspresi memandangiku.

"Aku minta maaf soal Harry."

"Well, kurasa aku salah mengenai ucapanku tempo lalu. Harry tidak mau mendengarkan siapapun, termasuk dirimu."

Oh, itu sedikit menamparku. Atau mungkin dia sengaja melakukannya untuk membuatku menyerah akan putranya. "Atau mungkin kau saja yang sudah keterlaluan dalam memancing emosinya."

Sarah membelalakkan matanya kali ini. Mungkin karena ucapanku itu terkesan seperti sebuah muntahan—keluar begitu saja dari mulutku.

"Usaha yang baik, nona Sharp, aku menghargai itu. Tapi Harry adalah Harry. Dia anak yang keras kepala, tidak ada yang bisa menolongnya."

Belum sempat aku berbicara, Christian tiba-tiba sudah berada di dekatku. "Lima menit lagi taksinya akan datang."

"Terimakasih."

"Maaf, lagi-lagi makan malam ini berjalan dengan kacau."

"Bukan salahmu, kau tidak perlu meminta maaf, Christian. Mungkin lain kali seharusnya aku tidak perlu bergabung dalam makan malam kalian."

"Ini juga bukan salahmu, Kenya. Keadaan seperti ini memang selalu sulit bagi kami—terutama Harry. Berada di satu ruangan yang sama dengan orang tuanya bukanlah hal yang mudah baginya. Bahkan sebelumnya dia selalu menolak jika kami mengajaknya makan bersama. Selama ini dia menerima karena kau yang membujuknya."

Oh. Aku tidak tahu harus menjawab apa, jadi aku memilih untuk diam dan tersenyum pada Christian. Dalam hati aku merasa lega tapi sekaligus aku juga merasa sangat payah. Tidak bisakah aku menciptakan suasana yang positif setiap kali Harry berada di dekat kedua orang tuanya? Aku merasa gagal. Meski ini bukan kewajibanku untuk memperbaiki hubungan mereka, namun aku peduli akan masa depannya. Harry terlalu menyimpan banyak kebencian terutama pada Sarah, yang mana aku takut dan tidak siap jika suatu hari nanti mereka semua justru pergi meninggalkannya.

Selang beberapa menit kemudian taksiku datang menjemput. Aku pamit pada Christian dan Sarah sekaligus meminta maaf sekali lagi. Dan begitu aku tiba di apartemen, aku segera menghubungi Harry meski pada awalnya dia dua kali menolak untuk mengangkatnya.

CHANGED (sudah DITERBITKAN)Where stories live. Discover now