Chapter 17

197K 5.4K 394
                                    

Degup jantungku semakin tidak karuan ketika Harry membuka matanya, dadanya naik turun sebelum akhirnya ia membuka mulutnya yang menggoda itu. Dia menatapku dengan getir. Mulutnya mengatup sebentar kemudian terbuka lagi, "Aku harap kita bisa berteman."

Jantungku rasanya copot. Apa dia bilang? Gadis batinku tertawa dengan frustasi! "Berteman? Kau bercanda." Ujarku geli. Jelas-jelas Harry tidak mungkin serius dengan perkataannya.

"Tidak. Dengar, kupikir kita bisa mencobanya."

Keningku berkerut cepat, "mencobanya? Mengapa pula kau ingin berteman denganku? Harry, aku hanya ingin sekedar mengingatkanmu bahwa aku bukan tipe gadis yang senang dengan pesta dan adu balap liar, untuk apa kau berteman denganku?"

"Karena kau sudah bersama si pecundang itu!" Ujar Harry cepat seraya menggertakkan giginya. Sekali lagi ucapannya membuat jantungku nyaris copot. Apa maksud perkataannya itu?

"A-aku tidak mengerti." Demi Tuhan, aku benar-benar tidak tahu apa maksudnya. Apa ia baru saja berkata bahwa ia ingin berteman denganku karena aku sudah terlanjur bersama dengan Ezra? Keningku berkerut cepat.

Ia menekan bibirnya menjadi garis keras. Rahangnya menegang kemudian ia membuang muka dariku. "Lupakan." tuturnya dan ia pergi begitu saja melewatiku.

Sialan. "Hey!" Aku berbalik tapi Harry hanya mengangkat satu tangannya kemudian menghilang di ujung tangga. Apa-apaan itu?! Gadis batinku memberengut kesal, merasa dipermainkan. Tepat disaat aku hendak mengejarnya, seseorang membuka pintu dan memanggil namaku.

"Kenya, apa yang sedang kau lakukan di luar sini?" Ezra menoleh ke samping kiri untuk memastikan apa yang sedang aku lihat di ujung tangga sana. "Dimana orang itu?"

"Dia sudah pergi."

"Well, kalau begitu masuklah. Kau harus makan."

Aku mengangguk pasrah. Masuk ke dalam ruang apartemenku kemudian duduk di meja makan. Ezra langsung mengambil kursi kosong di sebelahku sementara Jules tidak terlihat dimana-mana. Mungkin ia sedang di kamarnya.

"Apa yang kalian bicarakan di luar tadi?"

Jari-jariku terhenti ketika hendak menyuapkan makanan cina ke dalam mulutku dengan sumpit. "Ia hanya datang untuk minta maaf. Sudah itu saja."

"Dan kau memaafkannya?"

Aku menggidikkan bahu, melanjutkan makan malamku disaat Ezra menyimpan segudang pertanyaan di kepalanya, aku tahu itu. Aku sudah bisa menebaknya. Mungkin ia memilih untuk menunggu hingga aku selesai dengan makananku. Oh, ternyata aku kelaparan. Aku menghabiskan makanan cina yang tidak kuketahui apa namanya ini dengan lahap.

Ezra mengendus terhibur, tangannya melayang untuk mengusap puncak kepalaku. "Sudah kubilang kau butuh makan."

Aku tersipu malu. Menatapnya dengan enggan kemudian berlalu menuju dapur untuk mencuci piring-piring kotor. Kulirik Ezra yang sekarang bangkit dari tempat duduknya di meja makan, ia beranjak ke dalam kamarku kemudian keluar dengan membawa handuk lalu masuk ke dalam kamar mandi. Aku melanjutkan cucian piringku sesegera mungkin.

"... Aku sudah memberimu kesempatan untuk berbicara dengannya! Sekarang kau yang dengarkan aku, Harry. Aku tahu apa rencanamu, aku sudah bisa menebaknya... Tidak! Aku tahu kau, dan kau menyuruhnya untuk menjauhi Liam hanya untuk sebuah kedok..." aku terkesiap ketika mendengar Jules berbicara dengan Harry di teleponnya. Posisi dapur yang bersebelahan dengan kamar Jules membuatku bisa mendengar ucapannya yang berkoar-koar dengan jelas.

Apa yang sedang mereka bicarakan? Dengan cepat aku mencuci tanganku sebelum berjalan keluar dapur kemudian mengintip ke dalam kamar Jules. Aku penasaran apakah yang sedang mereka bicarakan adalah aku atau orang lain?

CHANGED (sudah DITERBITKAN)Where stories live. Discover now