Chapter 23

262K 5.3K 730
                                    

The songs for this chapter:

Justin Timberlake - Future Sex / Love Sounds

Coldplay - Yellow

***

"Aku ingin melakukannya lagi." Bisik Harry seraya merobek paket foil dengan giginya dan membungkus ereksinya lagi. Jantungku berdegup kencang tidak karuan, jelas-jelas aku masih merasakan sisa-sisa dari sensasi orgasmeku barusan dan sekarang Harry akan melakukannya lagi?

Aku memejamkan mata ketika Harry bergerak mundur dan menempatkan wajahnya di antara kedua pahaku. Hembusan napasnya yang hangat menggelitikku tepat di bagian sana. "Aku ingin kau melihatnya. Buka matamu, Ken."

Aku menghentakkan napas, membuka kedua mataku untuk memandang langit-langit dan mulai merasakan bibir penuh Harry yang tiba-tiba saja mengecup klitorisku. Aku mendesah pelan. Aku melirik ke bawah ketika Harry menjulurkan lidahnya dan mulai menjilati bagian yang paling sensitif di tubuhku. Lidahnya bergerak-gerak, berputar-putar, dan menyiksaku dengan penuh kenikmatan. Aku mengerang dan kembali membawa tanganku untuk menarik rambutnya yang lebat.

"Buka matamu, Ken." Peringatnya, tidak sadar jika aku sudah memejamkan mataku lagi. Aku melirik ke bawah mendapati pinggulku bergoyang ke atas dan ke bawah, menekan ke arah mulutnya yang rakus dan ganas di klitorisku. Kedua kakiku merapat ke arahnya, tidak tahan dengan sensasinya yang lagi-lagi membuatku ingin meledak. Harry dengan segera melebarkan kakiku lagi dan kini matanya memandang ke arahku, menghipnotisku. Aku mendesah.

Aku sudah tidak tahu lagi apa yang tubuhku mampu lakukan, terutama ketika Harry menghisap seks-ku, meremas bokongku dengan kedua tangannya dan sekarang aku merasa seperti ia hendak menelanku bulat-bulat.

Mata hijaunya membakar dan menyipit, ekspresinya gelap dan rambutnya kusut akibat tanganku yang terus-terusan menariknya kuat. Kenikmatan di sekujur tubuhku semakin tidak terlukiskan, dan akhirnya aku orgasme untuk yang kedua kalinya.

"Ah!"

Harry menarik wajahnya dari pangkal pahaku begitu ia menelan cairan seks-ku dan kulihat sekitaran mulutnya yang basah. Oh, kupikir tidak ada pemandangan yang lebih eksotis ketimbang ini semua. "Kau begitu lezat." Bisiknya, sambil menyeringai dan bergerak untuk mencium rahangku. Aku terengah dan megap-megap, seakan oksigen di sekitarku menipis dan nyaris tak tersisa.

"Akan kuberi kau waktu untuk bernapas, sayang." Harry mengecup pipi dan keningku dengan lembut. Ia bertopang tubuh di sikunya tepat di sampingku sementara tangannya yang bebas mulai menangkupkan payudaraku lagi dan ibu jarinya bermain-main dengan putingku yang mengeras.

Aku meluruskan kedua kakiku yang terasa kebas, berharap staminaku bisa kembali pulih hanya untuk sekedar bisa merasakan dirinya lagi di dalamku. Oh, Tuhan. Aku tidak pernah menginginkan seseorang melebihi dirinya.

"Kau memiliki tubuh dan kulit yang indah, Ken."

Aku tersipu. Memandangi wajahnya yang masih gelap oleh napsu dan gairah. Tapi bagaimana mungkin ia berkata seperti itu? Tubuhku sama sekali tidak menarik. Maksudku, dadaku saja nyaris rata.

Selama beberapa saat kami terus berpandangan, sekali-sekali aku memejamkan mata untuk merasakan tangannya yang lebar meremas payudaraku secara bergantian. Aku mendesah dan melenguh. Harry menempelkan hidungnya di pipiku dan menggigit daun telingaku dengan lembut.

"Kau siap? Kau sudah terlalu banyak diam." Ia menyengir, bergerak ke atas tubuhku lagi dan mencium kedua payudaraku dari yang kanan kemudian ke yang kiri. Kupikir napasku yang sudah mulai teratur akan mampu menghadapi sensasi mengejutkan yang selanjutnya. Dan ya, aku sudah siap.

CHANGED (sudah DITERBITKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang