Chapter 26

80.1K 2.4K 345
                                    

The songs for this chapter:

John Mayer - Wildfire

Justin Timberlake - Like I Love You

***

Jules datang bersama dengan Niall tepat lima belas menit setelah Harry pergi. Sontak aku mendengus lega karena kami tidak jadi melanjutkan 'perhitungan'-nya tadi. Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan jika sewaktu-waktu Jules memergokiku sedang berhubungan seks dengan Harry! Mungkin ia akan mengadukanku pada Ezra dan bisa saja ia marah terhadapku mengingat ia selalu mengira bahwa aku adalah gadis polos.

"Aku membawa masakan thailand untuk makan malam. Apa Debbie sudah pulang?" Jules membongkar isi kantung belanjaannya di atas meja makan—tepat dimana Harry membuat perhitungan denganku barusan.

Aku menelan ludah sebelum menjawab, "Belum, aku baru akan menghubunginya. Umm, Jules, biar aku saja yang melakukannya." Dengan gelagat yang agak canggung aku buru-buru merebut kantung plastik Jules dan mengeluarkan beberapa kotak masakan thailand di dalamnya. Jules memandangku getir selama beberapa saat, rasanya malu jika mengingat adegan erotis yang baru saja terjadi di atas meja makan ini tadi!

"Oke." Jules memalingkan wajahnya ke arah Niall yang tengah duduk di sofa dan mengganti-ganti saluran tv. "Ni, apa kau ingin makan malam sekarang atau nanti? Aku berencana untuk menunggu bibinya Kenya, tapi aku belum tahu apa ia akan segera pulang atau tidak."

"Kalau begitu tunggu saja, lagi pula aku belum terlalu lapar."

Aku memutar kepalaku, memperhatikan Jules dan Niall berpelukan sambil menonton tv. Keduanya terlihat menikmati momen bersama sementara aku beranjak menuju dapur untuk mengambil beberapa piring, mangkuk, dan gelas. Disaat aku kembali menuju meja makan, aku kembali melirik ke arah mereka, Jules menyenderkan kepalanya di bahu Niall sementara pria itu sendiri memandangiku tanpa berkedip lalu tersenyum. Kontan bibirku berkedut membalas senyumannya dengan ragu-ragu. Rasanya aneh tersenyum pada kekasih orang.

Begitu selesai menata piring dan gelas di atas meja, aku meraih ponselku di atas bupet, menghubungi bibi Debs untuk menanyakan kapan ia pulang. Oh, panjang umur! Pintu apartemenku terbuka dan langsung memunculkan bibiku disaat nada sambung di ponselku berbunyi untuk yang ketiga kalinya. "Sepertinya kita kembali memiliki tamu malam ini."

Jules menarik diri dari Niall dengan senyum yang merekah, "Debbie, kenalkan ini kekasihku, Niall. Niall, ini Debbie, bibinya Kenya sekaligus tetanggaku saat masih di Wisconsin."

"Ah, aku suka warna rambutmu." Celoteh bibi seraya menyambut uluran tangan Niall kemudian melepasnya kembali. "Mirip seperti warna pakaian dalam tetanggaku, Gloria."

"Bi." Tegurku.

Sementara Jules justru terkekeh. Kurasa di antara kami semua yang menanggapi sindiran bibi sebagai hal yang lucu hanyalah Jules, dari dulu ia bahkan tidak pernah tersinggung jika bibiku menyindirnya.

***

Di rabu pagi giliranku yang menjaga Will di rumah sakit, sedangkan bibi Debs pergi berbelanja keperluan sehari-hari karena Jules akan pulang terlambat hari ini.

Namun, setibanya di rumah sakit hatiku mencelos saat memperhatikan wajah Will yang semakin hari semakin pucat, nyaris seperti tidak ada darah yang mengalir di wajah dan bahkan sekujur tubuhnya. Aku bersumpah jika sesuatu yang buruk terjadi padanya aku tidak tahu harus berbuat apa lagi. Hanya dia anggota keluargaku yang tersisa selain bibi.

"Bagaimana kabarmu?" suaraku terdengar parau. Tanganku mengusap wajahnya yang tirus dan bawah matanya yang menghitam.

"Baik."

CHANGED (sudah DITERBITKAN)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant