Ancaman

8K 574 7
                                    

Bel istirahat kedua berbunyi, aku membuka bekal makan dari Kak Aksa tadi pagi. Mita sudah menyerbu kantin bersama teman lainnya. Di kelas hanya tersisa aku, parahnya terjebak dengan Mentari and the geng.

"Mentang-mentang cantik terus di belain.  Pinter banget ya ngehasut temen biar dibelain terus." Aku memilih diam memakan nasi goreng ini dengan lahap.

"Eh Bin, aku curiga, kamu pasti caper banget ya sama Kak Aksa."

"Aku peringatkan ya sama kamu. Jangan gatel sama Kak Aksa. Dia itu udah punya pacar." Aku akhirnya bicara

"Aku nggak pernah ya sekalipun ganggu kamu. Dan for your information aku nggak pernah gatel ataupun ngedeketin Kak Aksa. Dia duluan yang deketin, jadi nggak usah sok berkuasa. Selama ini aku diem ya, kamu ngehujat aku,selalu nyindir aku, mojokin aku di depan temen-temen." Aku sedikit mengambil nafas

"Coba deh kamu mikir sedikit, kalau kamu di posisiku. Aku tau kamu disini terkaya, bahkan mungkin keluarga mu bisa beli ini sekolah. Tapi nggak gini dong, ini sekolah. Roda muter terus, hati-hati kalau kamu pas di bawah. Nggak ada yang mau temenan sama kamu" aku langsung meninggalkan Mentari yang masih diam.

✨✨✨

Di gerbang aku melihat Kak Aksa bertukar kemudi, dari jauh perempuan itu memang terlihat cantik. Itu Beby Alea, aku sudah stalking Instagramnya dia sekolah di SMA BMD yang mahalnya selangit.

Saat melihat mereka, hati ini tersayat, ada pedih yang menjalar ke seluruh tubuh. Ini sudah keputusan mu Bin. Kamu sudah memutuskan untuk diam, jadi harus kamu tanggung sendiri resiko yang ada. Termasuk untuk sakit hati kapan saja.

Aku melajukan mobilku perlahan. Entah aku yang terlalu cepat atau aku yang terlalu pelan di traffic light mobil kami bersebelahan. Aku melirik ke arah mereka yang kacanya sedikit terbuka. Kulihat Beby sedang bersandar manja di bahu Kak Aksa. Kalian tahu kan gimana rasanya?

Sulit untuk ku diskripsikan bagaimana keadaan hatiku. Aku berhenti di salah satu restoran cepat saji. Entah karena sakit hati yang mendalam aku merasa sangat lapar.

Karena jam makan siang suasananya memang agak ramai. Aku mengambil tempat duduk di pinggir jendela. Di depanku ada dua ibu-ibu yang sedang asyik mengobrol.

Saat kuperhatikan dengan seksama aku seperti tidak asing dengan wanita yang satunya. Iya, dia Mama Kak Aksa, setelah menunggu beberapa menit. Ada dua sejoli yang masuk, kalian pasti bisa menebak siapa.

"Maaf ya Bun lama, Kak Aksa lama sih" si perempuan itu langsung duduk membelakangi ku.

Berarti ibu yang satunya ini adalah istri dari Papa. Aku menunduk, mencoba tegar. Nggak lucu dong kalau aku nangis di depan umum. Aku terus mencoba tenang, seorang pelayan datang membawa pesananku.

Aku sudah selesai dengan acara makan hati. Ya gimana nggak makan hati  coba. Kalian makan, dan di depan kalian ada orang yang kalian cinta baru makan juga sama pacarnya.

Sakit yang tak berdarah.

Aku berjalan menuju toilet, saat sedang mencuci muka. Kulirik Beby mendekati ku

"Kamu Sabina kan. Aku peringatkan sama kamu ya. Jangan pernah keganjenan untuk deketin Aksa. Dikira aku nggak tahu kalian selama ini sering jalan. Aku pastikan kalau kamu masih ngedeketin dia aku nggak segan-segan untuk celakain kamu. Dasar murahan."

Aku terdiam mencerna ucapan dia barusan. "Dan saya peringatkan lagi kamu ya. Jangan deketin anak saya lagi ya. Kamu tidak selevel sama kami. Kamu belum jelas asal usulnya. Dikira saya nggak tahu kamu dari keluarga broken. Anak yang nggak pernah tau papanya dimana, atau jangan-jangan kamu dari hasil terlarang Mama kamu ya" begitu menyayat ucapannya

"Tante boleh hina saya sesuka hati Tante. Tapi jangan hina Mama saya. Tante yang terhormat dan asal usulnya jelas, saya nggak pernah deketin anak Tante. Anak Tante yang deketin saya. Permisi"

Lebih baik aku pergi meninggalkan mereka. Enak saja mereka mencela Mama seperti itu, aku pergi meninggalkan restoran itu dengan air mata yang sebentar lagi akan lolos. Tidak perduli dengan tatapan orang. Yang jelas hari ini begitu menyakitkan

Tiga orang sekaligus melabrak ku karena Kak Aksa. Sedahsyat ini memang mencintai mu Kak. Aku butuh menenangkan diri.

Aku melaju ke arah selatan. Tujuanku kali ini untuk menenangkan diri. Aku duduk di atas bebatuan. Menatap senja yang sebentar lagi akan datang bersama dengan jingga.

Aku diam. Mencoba untuk menata hati ku lagi.

Apa mencintai kamu sesakit ini Kak?

Aku selalu bertanya kenapa hatiku harus jatuh ke hatimu

Kenapa bukan yang lain, yang bisa mencintai aku.

Sikap manis mu selama ini ternyata bukan balasan dari perasaan ku

Akan tetapi bentuk rasa kasihan mungkin.

Mencintai Aksa memang sesakit ini.

"Nih di lap dulu air matanya" aku menoleh

"Loh Ka? Ngapain di sini?" Tanyaku penasaran

"Rumahku di bawah. Setiap sore aku selalu kesini. Jangan nangis, kamu jelek kalau kaya gitu" jawab nya

"Apaan sih." Aku menerima tissue darinya.

Dia diam menatap lurus ke depan entah memikirkan apa.

"Mencintai sendiri itu emang nggak mudah Bin. Butuh hati yang ekstra kuat untuk menghadapi semua kenyataan yang ada." Aku menoleh

"Mau cerita?" Tawarku

"Nggak ah. Kamu lagi sedih kok aku malah curhat" jawab nya

"Pasti lagi suka nih sama orang" dia mengangguk

"Tapi nggak terbalas"

"Loh?"

"Dia sulit ditebak. Hidupnya penuh dengan teka-teki."

"Kamu nggak coba untuk jujur?" Dia menggeleng

"Jujur akan ngerusak semuanya. Pulang sana, ini udah mau Maghrib lho."

"Malah ngusir. Aku kesini bayar tau"

"Hmmm. Aku duluan"

"Eh dasar aneh."

Aku kembali menunggu senja datang. Bercerita pada senja, bahwa hari ini ada pelajaran dari mencintai dalam diam.

✨✨✨

Yakin ini Part GJ bgt. Absurd deh.

Tapi semoga kalian suka.

Jangan lupa vote dan coment yaa.

Happy weekend
With love
Manman 💕




Silent Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang