Pilu

10.6K 754 6
                                    

Author POV

Pagi ini Bina sudah bersiap untuk ke Ambarukmo Plaza hari ini waktunya quality time bersama Mama tercinta. Kebetulan hari ini Kanya sedang libur. Bina sudah siap dengan celana jeans dan kaos berwarna tosca. Ia menunggu Kanya di ruang tamu sambil bermain ponselnya.

Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh. Saatnya berangkat, kali ini Bina sudah duduk dibalik kemudi. Hanya butuh waktu lima menit untuk sampai di Ambarukmo Plaza. Setelah memarkirkan mobilnya Bina menuju Carrefour. Kanya begitu hanyut dalam lautan sayur dan buah sedangkan Bina asyik memilih sayuran. Saat akan mengambil Potato chips matanya menangkap sosok yang begitu ia rindukan. "Papa" gumamnya. Ia ingin mengejar laki-laki yang sangat ia rindukan. Air matanya sudah luruh, saat sudah dekat dengan Papa ia teringat pesan Kanya. "Kalau suatu saat Bina ketemu Papa. Bina cukup lihat. Jangan ganggu kebahagian Papa ya. Mama nggak mau Bina sakit hati" benar saja. Di belakang sang Papa ada wanita seumuran dengan Mama yang berdandan menor. Rupanya itu alasan Papa meninggalkan Mama. Bina kembali ke tempat Kanya.

"Loh nggak jadi ambil jajan Bin."

"Enggak Ma nggak ada yang pengen"

Setelah setengah jam berkeliling mereka antri untuk membayar belanjaan. "Bin mau beli baju nggak. H&M ada model baru tuh yuk Mama beliin."

Kanya memang selalu berusaha membahagiakan Bina. Tapi bukan kebahagiaan seperti ini yang Bina inginkan.

Kanya POV

Hari ini kebetulan aku sedang libur. Waktunya memanjakan diri dengan anakku tercinta. Hari ini hari pertama aku free setelah pindah ke Jogja. Kota yang indah dengan sejuta kenangan didalamnya. Tetapi juga kota dengan kepiluan ku. Kini aku harus menjadi single parent untuk Bina. Lima belas tahun sudah berlalu dan lima belas tahun juga aku sudah berpisah dengan Mas Arya suamiku. Rasa cinta yang dulu pernah ada entah pergi kemana. Aku harus berjuang sendiri antara hidup dan mati ketika melahirkan putri cantikku. Mas Arya pergi bersama kisah masa lalunya. Aku juga tidak begitu paham kenapa bisa seperti ini. Dulu cinta yang kami miliki begitu besar. Tapi dengan mudahnya masa lalu itu menghancurkan kami. Pernah sekali Mas Arya datang untuk menemuiku. Hanya itu meminta tanda tangan surat cerai. Bahkan ia tidak pernah menggendong Bina kecil sedikitpun. Aku tidak pernah membenci Mas Arya. Cintaku untuknya terlalu besar mengalahkan rasa benciku untuknya.

Aku sedang memilih sayur dan buah-buahan segar di rak pajangan. Si cantik Bina juga sedang memilih beberapa Snack. Bina memiliki paras yang cantik. Garis wajahnya mirip sang Papa. Hidung mancung mata teduh. Aku hanya kebagian bibirnya.

Saat aku akan menyusul Bina aku melihatnya sedang termenung diantara Rak susu. Saat akan ku dekati aku melihat Mas Arya dan Mbak Maya. Mereka terlihat begitu mesra dan bahagia. Dan aku tau Bina sedang memperhatikan mereka. Rasanya begitu sesak melihat orang yang begitu kita cintai bersama orang lain. Memang bahagia tidak selamanya harus memiliki. Ada kalanya kita gaung mengorbankan kebahagiaan kita untuk melihat orang yang kita sayang bahagia dan tersenyum. Ya walaupun bukan kita alasan mereka tersenyum.

Flashback On

"Saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan Anak kandung saya Kanyadira Putri Prasetyo binti Haryo Prasetyo dengan maskawin seperangkat alat sholat dan cincin emas seberat 5gram dibayar tunai."

"Saya terima nikahnya dan kawinnya Kanyadira Putri Prasetyo binti Haryo Prasetyo dengan maskawin tersebut dibayar tunai."

Sah. Satu kata uang membuat hatiku lega. Cinta dua insan yang kini sudah menjadi satu. Hari-hari kami begitu indah setelah melangsungkan pernikahan ini. Alhamdulillah sekarang kebahagiaan kami pun bertambah lagi. Sekecil diperut ku sudah memasuki bulan ke tiga. Mas Arya begitu perhatian. Tapi perhatian itu seketika hilang saat perempuan di masa lalunya kembali. Entah bisa sepengaruh itu kedatangannya. Kehidupanku berubah drastis, Mas Arya jarang sekali pulang ke rumah. Katanya ada banyak tugas yang harus di selesaikan di kantor hingga larut malam.

Hingga suatu saat Mas Arya pulang dengan wajah kesal. Saat itu anak kita delapan bulan dalam kandungan. "Aku mau kita cerai" air mataku meluncur bebas. "Setelah anak itu lahir aku akan mengurus cerai kantor."

Bahkan hingga Bina lahir kedunia ini aku berjuang antara hidup dan matiku sendirian. Jam satu malam perutku rasanya sudah mules tidak tertahankan. Dengan sekuat tenaga aku pergi ke rumah sakit dengan menyetir sendiri. Menahan rasa sakit saat Bina akan lahir. Aku tidak berani menelepon Ayah dan Bunda waktu itu. Bahkan Mama mertua ku juga tidak tahu. Semua ku jalani sendiri. Adzan subuh malaikat kecil ku lahir kedunia. Ada salah satu dokter Koas yang berjaga di malam itu. "Dik boleh saya minta tolong? Adzan kan anak saya" Lalu dokter koas yang ku ketahui namanya Reza itu mengadzankan putri kecilku.

"Bu anaknya cantik sekali, mirip seperti ibu." Jelasnya sambil menggendong Bina kecil. Aku membalas dengan senyum.

"Mau dikasih nama siapa Bu anaknya?"

"Savanya Sabina Dik. Dulu Papanya bilang kalau perempuan kasih nama itu."

"Maaf mbak sebelumnya, Papanya Emang Kemana?"

"Papanya sudah bahagia dengan keluarga barunya Dik."

Aku lihat Reza berkaca-kaca

"Mulai sekarang Bina jadi sayangnya Om ya. Bina harus tumbuh jadi orang." Reza mencium pipi gembul Bina kecil

"Mbak yang kuat ya. InsyaAllah mbak akan kuat. Dari awal saya lihat mbak, mbak orang yang kuat."

"Makasih ya Dik. Terimakasih."

"Sama-sama mbak. Saya anak tunggal jadi ngak bisa ngrasani jadi om atau pakde. Jadi boleh kan Mbak saya anggap kakak saya."

"Boleh Dik. Mbak malah seneng. Mbak  mau pulang Kemana?"

"Rencananya saya mau ke Bandung Dik melanjutkan hidup saya bersama Bina. Di sini terlalu banyak kenangan indah dengan Papanya."

"Yang sabar mbak. Mbak harus kuat untuk Bina."

"Besok saya akan sering main ke Bandung mbak. Untuk menengok mbak dan Bina."

Aku bersyukur bertemu Reza. Aku mengenal Reza saat kontrol terakhir tempo hari. Dia koas asli Jogja. Orangnya friendly dan asik.

Terimakasih Nak kamu hadir di dunia ini. Di balik hujan pasti ada pelangi yang indah. Dan kamu pelangi Mama Nak. Tumbuhlah menjadi anak yang sholihah, bantu Mama kelak untuk masuk surga. Temani Mama sampai Mama tua. Dan semoga kamu bisa menyatukan cinta Mama dan Papa lagi Nak. Mama bahagia teramat sangat  Nak. Savanya Sabina, mataharinya Mama. Mas anak kita sudah lahir, cantik, hidungnya mirip kamu, Cepatlah pulang, walaupun bukan untuk aku, setidaknya pulanglah untuk Bina. Dia membutuhkan mu mas.

Flashback Off



Akhirnya Part ini selesai. Terimakasih yang sudah mau baca . Dan untuk Oki yang membuat saya semangat menulis yang katanya nangis baca tulisan saya. Thankyou somuch.

Salam sayang dan cinta
Man

Silent Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang