Secercah Harapan

9K 680 2
                                    

Kanya POV

Hari ini banyak pasien yang banyak berdatangan, maklum masih hari Selasa. Aku berjalan di koridor kampis, banyak mahasiswa yang lalu lalang dengan buku tebal di genggaman mereka. Ada juga mereka yang sedang serius diskusi kelompok, ada pula mereka yang sedang pacaran. Tak sedikit mahasiswa yang menyapa ku. Meski aku termasuk dalam golongan dosen baru mereka yang pernah ikut dalam kelas ku pasti akan menyapa. Walau ku akui tidak semua ku kenali, tetapi sikap mereka ku acungi jempol.

Sekarang sudah pukul empat, sengaja tadi pagi aku memajukan kelas ku karena badan ini rasanya begitu remuk. Nanti malam rencananya aku akan meminta Bina untuk memijit kaki ku yang pegal, bahkan menurutku lebih dari pegal sih.

Aku berjalan menuju tempat parkir khusus dosen, berniat mampir untuk membeli beberapa kebutuhan dapur yang habis.

"Buk tunggu sebentar" kulihat ada mahasiswa datang dengan lari.

"Ini ketinggalan Bu, sepertinya penting." menyerahkan album polaroid ku

"A iya terima kasih ya. Nama kamu siapa?"

"Saya Andika Priamas buk. Semester enam."

"Terimakasih ya. Mari saya duluan"

"Iya buk. Hati-hati" anak itu tersenyum dan menunduk tanda hormat.

Aku keluar dari area kampus menuju salah satu super market di dekat rumah. Lebih baik beli di sana.

✨✨✨

Aku memasuki gerbang rumahku, nampaknya Bina sudah pulang. Hari ini ia memang meminta izin untuk pergi keluar mencari kado. Katanya sih untuk orang sprecial, aku mengunci gerbang mengambil belanjaan dan langsung masuk ke dalam rumah.

"Assalamualaikum, Bin Mama pulang" aku menutup pintu kembali.

"Waalaikumsalam" terdengar jawaban dari ruang tengah. Tapi tunggu itu bukan suara Bina. Saat masuk ke rumah, aku mematung. Kulihat perempuan yang sudah mulai menua tapi masih terlihat cantik berjalan mendekati ku.

"Mama?" Aku menjatuhkan belanjaan ku, menghambur ke pelukannya.

"Maafin Kanya Ma, maafin Kanya" aku masih terus menangis sesenggukan

"Kamu nggak salah nak, maafin Mama juga" ia menepuk-nepuk punggung ku memberikan kekuatan

"Duduk Ma, aku beresin ini dulu ya. Saking senengnya ketemu Mama aku lupa, main jatuhin aja" aku memungut kantong belanjaan yang berserakan ada jas dokterku juga

"Iya sini Mama bantu" Mama ikut mengambil sneli miliku

"Nggak usah Ma, Mama duduk aja. Bina kemana?" Aku berjalan menuju meja makan

"Keluar sebentar tadi sama Vine cari pembalut" Mama meletakkan sneli di kursi

"Mama sama Mbak Vine?" Aku menoleh kearah Mama

"Iya,sama Papa mu nggak dibolehkan keluar sendiri." Mama mengangguk

"Papa gimana? Sehat kan Ma" ia mengangguk lagi

"Alhamdulillah. Nya duduk yuk, Mama mau tanya sama kamu." Sambil menuntun ku duduk di meja makan

"Iya Ma." Aku duduk berhadapan dengan Mama.

Silent Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang