Khawatir

9.5K 656 2
                                    

Aksa memasuki area sekolah yang masih sepi. Hari ini datang lebih awal karena di antar sang Papa. Ia melangkah dengan ceria karena hari ini dia akan bertemu gadis manisnya.

Seharian ini Aksa belum melihat gadis manisnya. Saat jam istirahat ia melewati kelas Bina. Di luar kelas ada seorang laki-laki yang memakai jas putih sedang berbicara dengan Mita. Sayup-sayup dengar dia menyebutkan nama Bina. Aksa sedikit berlari untuk mengejar Mita. "Mit tunggu" yang namanya dipanggil menoleh. "Iya Kak ? Ada apa manggil saya ?" Aksa menetralkan nafasnya setelah berlari mengejar Mita.

"Itu aku kok nggak liat Bina ya. Apa dia nggak masuk."

"Oh Bina hari ini izin sakit. Barusan dokternya kesini ngabarin dan Bawain surat izin. Makanya aku mau bawa ke ruang piket."

"Oh gitu oke makasih ya Mit."

Aksa pun berjalan menuju kelas nya. Di pikirannya pun hanya ada nama Bina. Ada apa dengan gadisnya. Ia semakin merasa bersalah Karna semalam ia meninggalkan Bina sendiri. Apakah Bina sakit Karna Aksa. Ia mengetikan sesuatu di ponselnya berharap dibalas oleh Bina.

Angkasa Yudha
Cepet sembuh ya gadis manis🙂

Satu menit

Dua menit

Tiga menit

Tiga puluh menit

Tidak kunjung ada jawaban. Aksa memasukan ponselnya ke saku bergegas menuju kantin untuk mengisi perut nya.

✨✨✨

Hari ini Aksa benar-benar tidak konsentrasi pada pelajaran. Pikirannya hanya di penuhi dengan gadis manis yang mungkin kini sedang terbaring di ranjang persakitan. Setiap lima menit sekali ia mengecek jam di pergelangan tangannya. Sepuluh menit lagi jam pulang sekolah. Ia berniat menjenguk gadis manis pujaannya. Pikirannya terbang apa ia penyebab dari sakit sang gadis.

Kling...

Aksa segera membuka pesan yang ia pikir dari Bina ternyata dari Beby.

Beby Alea
Sayang aku udah di depan sekolah kamu. Aku tunggu ya

Angkasa Yudha
Y

A

ksa POV

Sepertinya rencana hari ini gagal. Bel berbunyi aku sengaja menunda keluar kelas. Aku malas jika harus bertemu Beby. Gadis manja itu lama-lama melunjak. Ini semua karena Mama. Papa dan Om Arya memang sudah mengenal sejak di SMA. Dan kembali bersama saat pendidikan di Akpol Semarang. Nah kedekatan mereka membuat Mama dan Tante Sukma bersahabat maka dari itu mereka berencana menjodohkan ku. Hmm enak saja. Aku tidak ingin menjadikan nya rekanita ku. Aku sudah sampai gerbang dan langsung masuk ke mobilnya.

"Kamu yang nyetir. Aku nggak enak badan."

"Ya ampun tapi nggak papa kan? Atau kita ke dokter?"

"Nggak perlu. Aku cuman butuh kasur dan istirahat."

Selama di perjalanan Beby terus mengajak ku mengobrol. Rasanya aku ingin segera sampai di rumah. Aku kembali mengecek ponselku. Masih sama. Tidak ada balasan dari Bina. Mungkin dia istirahat. Aku kembali fokus ke depan.

"Sayang. Besok temenin aku dong. Ada film bagus. Aku pengen nonton."

"Hm atur aja. Aku sibuk latihan."

Silent Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang