Berbagi Cerita

12.8K 804 6
                                    

Cahaya matahari sudah mulai terlihat dari timur pertanda hiruk pikuknya kota akan segera di mulai. Begitu juga dengan kedua perempuan beda generasi itu. Meraka terlihat sibuk saling menyiapkan keperluan masing-masing. Jam dinding sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Sudah sangat terlambat untuk seorang Sabina jika berangkat hari ini. Pasti jalanan Sudirman macet hari ini. Gadis berhidung mancung segera masuk kedalam mobil berwarna putih dan melaju sedang di dalam perumahan Ambarukmo. Setelah berhasil melewati jalan besar empunya mobil melakukan dengan kecepatan diatas rata-rata. Kemacetan di jalan Sudirman pun tak terhindari. Jalan utama menuju sekolah Bina memang selalu macet. Maklumlah ada perempatan lampu merah Susana dan disitu juga akses untuk menuju universitas banyak sekali mahasiswa yang mengejar waktu di jam pertama. Setelah terbebas dari Jalan Sudirman Kanaya begitu lega. Masih ada lima menit untuk Bina lari dari gerbang ke kelas. Setelah berhenti dan berpamitan kepada sang Mama, Bina keluar dan langsung berlari menuju kelas. Namun saat di lapangan tengah Bina menabrak punggung seseorang yang berhenti secara mendadak.

"Aduh" keluhnya

"Kamu gapapa dik ? Maaf Aku berhenti mendadak"

"Gapapa kak maaf buru-buru"

Bina sampai di kelas tepat saat bel masuk berbunyi. Masih dengan nafas tersengal dia segera mengeluarkan buku pelajaran pertama. Mita datang dari arah pintu. Dan dari belakangnya guru matematika itu juga masuk. Apakah hari ini memang hari terlambat berjamaah? Saat duduk di kursi samping Bina, Mita hanya nyengir kuda. "Aku kesiangan semalem nonton drama sampai pagi. Bundaku ngomel terus dari rumah sampai gerbang. Edan aku Bin" (gila aku Bin). Bina menanggapi dengan tawa yang tertahan.

Aksa POV

Brukkkkkk

Kurasakan ada sesuatu yang menabrak punggung ku. Setelah kutengok ternyata gadis manis yang menyita perhatian ku beberapa hari ini.

Aduh" keluhnya

"Kamu gapapa dik ? Maaf Aku berhenti mendadak"

"Gapapa kak maaf buru-buru"

Dia berlalu tanpa menoleh sedikitpun. Kurasa dia sedang terburu-buru. Pasalnya ini sudah jam tujuh kurang dua menit. Aku masih melihat punggungnya yang sekarang sudah hilang di balik pintu kelasnya. Aku tau namanya Sabina. Kemarin aku bertemu dengannya di Gramedia saat aku akan membeli buku simulasi UN. Yah yang kalian tau aku siswa kelas dua belas yang sebentar lagi akan bertaruh nyawa habis-habisan. Hahaha aku memang lebay. Tidak lah, setidaknya nasib tiga tahunku ditentukan tiga hari saja. Kembali ke gadis manis itu. Aku ingat betul saat tidak sengaja mata kami bertemu. Matanya begitu bersinar, tatapan malu-malu nya membuat ku lupa daratan. Sepertinya anak itu asyik di ajak ngobrol. Aku menuju kelasku yang ada di ujung koridor menjalani hari melelahkan ini.

Setelah seharian belajar akhirnya bel pulang untuk kelas tiga berbunyi. Semangat empat lima dikibarkan kelasku. Setelah berdoa anak kelas langsung berhamburan ke parkiran. Aku masih santai memasukan buku ke tas. Hari ini aku berniat mampir ke kedai kopi dekat sekolah. Karena Mama dan Papa ada kunjungan ke Jawa Tengah.

Aku belum memperkenalkan diri. Namaku Muhammad Angkasa Yudha putra tunggal dari Mama Ningrum dan Papa Indra. Papaku tugas di Polda Jogja dan Mama sebagai ibu rumah tangga yang sibuk dengan bisnis online dan acara Bhayangkari. Papaku perwira Tinggi di Polda. Aku bercita-cita menjadi seorang tentara. Nah maka dari itu aku disibukan dengan sekolah dan latihan fisik untuk Tes Akmil Aku memang tidak begitu pandai seperti murid lain tapi aku mempunyai prestasi di bidang olah raga tentunya.

Kuayunkan kaki jenjang ku menuju parkiran mobil yang ada di depan eekolah. Di dekat gerbang aku melihat gadis manis itu duduk memainkan kakinya. "Lucu" gumamku dalam hati. Kutepikan mobil ku di jalan depan sekolah. Aku menghampiri di gadis manis. " Hey sendirian Dik? Belum dijemput?"

Dia seperti gelagapan mau menjawab pertanyaan ku. "I...iya kak belum dijemput. Mama ada operasi Cito"

Aku mengangguk tanda paham. " Aku temenin sini. Kamu nulis apa? " Aku melihat buku sampul coklat yang unik di genggaman tangannya.

"E...eh ngak usah kak. Gapapa kakak pulang aja. Kan capek habis les." Ia masih enggan untuk menatapku. Aku terkekeh geli melihat tingkah lakunya. Rasanya ingin ku cubit pipinya.

"Kalau ngomong sama aku ngak udah gugup gitu. Aku nggak gigit. Nulis apa?" Tanyaku masih penasaran.

"Eh ini nulis diary kak." Jawabnya masih menunduk.

" Hahahaha kamu itu lucu ya. " Gadis ini terlalu polos. Aku gemas sekali.

"Hehe ada yang aneh emangnya?" Akhirnya gadis manis ini mau menatapku.

"Yaa jarang lho sekarang ada yang nulis diary kaya kamu. Paling nggak kan di tulis dirumah. Tapi kamu beda."

"Hehehe" aku melihat air mukanya berubah. Ada gurat sedih di wajah manisnya.

"Eh kok sedih kenapa?" Aku merasa bersalah. "Kalau kamu mau berbagi cerita boleh kok. Jangan sungkan. Aku bakalan jaga rahasia deh."

Dia tersenyum. Dan kalian tau? Senyuman manis yang membuat aku terhipnotis. "Alasan aku nulis diary ini karena aku mau mengabadikan semua momen penting di hidupku. Biar besok kalau aku ketemu Papa, Papa ngak akan melewatkan satu momen penting di hidupku kak. Aku udah nulis ini sejak pertama kali aku bisa nulis. Dulu waktu aku belum bisa nulis Mama selalu banyu aku buat nulisnya. Hehehe."

Drrrt drrrt drrt.

Handphone ku bergetar tanda ada panggilan masuk.

"Bentar ya dik. Aku angkat telpon dulu."

"Halo Pa. Assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam kak. Kamu dimana? "

"Masih di sekolah Pa. Ada apa? "

"Nanti jemput Papa di Bandara ya jam delapan malam. Ini sebentar lagi Papa on the way ke Bandara."

"Oh oke Pa. Siap nanti aku jemput. Yaudah aku tutup ga. Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam"

Kumasukkan handphone ku ke saku celana. Kembali duduk di samping gadis manis ini.

"Enak ya kak tiap waktu bisa telpon sama Papanya." Pandangannya lurus ke depan.

"Hehehe iya Dik. Alhamdulillah bersyukur." Aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal.

"Aku boleh pinjam ponselmu sebentar Dik? "

"Ini." Ia menyerahkan ponsel berwarna gold. Di belakang nya ada logo buah apel yang di gigit ulat. Ada dua wanita dua generasi menjadi wallpaper ponselnya. Aku rasa dia Mama nya. Pantas saja cantik. Pabriknya unggulan gini. Ah aku makin ngelantur. Aku menulis beberapa digit nomor. Dan memanggil nomor itu. Handphone ku bergetar tanda panggilan sudah masuk. "Ini nomor ku. Kapan saja kamu bisa hubungin aku Dik. Maaf aku buru-buru harus menjemput orang tuaku di Bandara. Maaf tidak bisa menemanimu sampai di jemput."

"Tak apa kak. Terimakasih ya sudah mau menjadi tempat ku berbagi cerita."

"Iya Dik. Aku permisi. Pakailah agar kamu ngak kedinginan. "

"Terimakasih" gadis manis ini tersenyum manis sekali. Bisa-bisa aku terkena diabetes jika tiap hari melihatnya tersenyum.

Tak lama setelah aku masuk mobil. Ada mobil putih dan ternyata Bina sudah di jemput. Ah lega sekali rasanya.

TBC

Ahhh leganya. Part ini sudah jadi. Terima kasih yang sudah baca. Semoga suka yaaa. Masih amatir dan belajar nih.

Thankyou

Silent Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang