Gramedia Cerita Kita

9.6K 665 13
                                    

Bina POV

Hari ini aku sudah bisa sekolah lagi, setelah istirahat empat hari kini kaki ku sudah mengayun menuju kelas tercinta. Mita langsung menyambut ku dengan pelukan hangat. Ini suasana yang aku rindukan, suasana kelas yang ramai dengan adanya Asep si tukang gaduh, Galuh si ibu peri baik hati, Dika si jangkung penunggu beringin alun-alun, Sita si centil dari Mbantul, Vera yang rambutnya badai, dan masih banyak lagi keseruan di sekolah baru ku ini. Mita tanpa kuminta sudah menyiapkan foto copyan materi selama aku tidak masuk. "Nanti istirahat uangnya ku ganti ya Mit" ia hanya mengangguk sambil tetap fokus pada laptopnya.

"Nanti di ganti siomay kantin aja,sama es teh segelas"

"Siap komandan" aku hormat seperti saat pengibaran bendera merah putih.

Bu Ajeng masuk ke dalam kelas dan suasana riuh pun berganti dengan tenang. Bu Ajeng tidak sendirian karena di ikuti beberapa bapak-bapak Polisi. Aku tidak asing dengan muka Bapak polisi yang satu itu, setelah kuingat ternyata ia teman Papanya Kak Aksa yang bertemu tempo hari di Taman Dari.

"Selamat pagi anak-anak"

"Pagi Bu" jawab kami serempak

"Pada jam ketiga sampai lima nanti tidak ada pelajaran ya, tetapi di isi sosialisasi tertib berlalu lintas dan bahaya narkoba. Nah pada kesempatan kali ini nanti akan di isi dari Polda Daerah Istimewa Yogyakarta ya. Jadi untuk anak-anak diharapkan bisa menyimak dan bertanya apabila tidak ada yang paham. Mengerti" tanpa menunggu jawaban Bu Ajeng sudah mempersilahkan Bapak Polisi itu.

"Selamat pagi anak-anak, salam sejahtera untuk kita semua ya. Perkenalkan nama saya Napoleon, pangkat saya Kompol, tapi bukan kompolan ya. Saya dinas di Polda Yogyakarta. Saya disini tidak sendiri, di temani dengan atasan saya tercinta tetapi masih dalam perjalanan yang nanti akan menyampaikan tentang lalu lintas"

Om Leon menjelaskan bahaya narkoba dengan cara yang jenaka. And you know what?  Dia meminta kami memanggilnya dengan sebutan "Om" bukan bapak. Katanya sih biar selalu terlihat muda, memang umurnya belum terlalu tua. Masih tiga puluh tiga tahun. Teman-teman juga terhanyut dengan candaan Om Leon. Bahkan mereka sudah bertukar nomor WhatsApp dan Instagram.

"Hei manis, melamun pula kau ya." Om Leon menegurku dengan logat Bataknya.

"Ha aku ingat lah wajah kau, kau yang kemarin akhir pekan jalan dengan Yudha kan. Bertemu lagi pun kita."

Semua temanku tertawa riuh dengan candaan dari Om Leon ini. Jam kelima sudah habis, tinggal menunggu pemateri kedua. Tak lama seorang Polisi datang dari arah samping kelas kami. Begitu terkejutnya aku saat melihat siapa yang datang. Kombespol Arya Putra Mahesa, laki-laki yang selama ini ingin aku peluk.

"Selamat pagi anak-anak. Perkenalkan nama saya Kombespol Arya Putra Mahesa."

"Di panggil om juga kah pak" Asep dengan suara cempreng khas nya

"Hahahaha" riuh kelas terdengar

"Iya bisa dipanggil Om, Bapak juga boleh terserah kalian asal jangan kakek ya"

Aku tidak bisa berkonsentrasi pada materi yang Papa sampaikan. Aku hanya terfokus seakan tidak mau ketinggalan untuk melihat garis wajah Papa yang belum tentu aku lihat setiap harinya.

"Eh wajah bapak mirip dengan teman kami ya. Coba liat deh,lucu mirip Bina "

Aku tau itu suara Nia, semua kelas langsung memperhatikan wajahku dengan seksama.

"Eh iya e. Mirip"

Papa mendekat ke arah mejaku, dan tersenyum. "Siapa nama adik?"

"Sa..sa ya Bina Pak."

Silent Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang