Sakit

10.2K 650 8
                                    

Suara adzan mulai berkumandang di seluruh penjuru Jogja. Kanya bangun dari tidurnya beranjak mengambil wudhu. Hari ini ia mendapat sift pagi. Jam delapan harus sudah sampai di rumah sakit. Dilanjutkan mengajar di kampus sampai jam lima. Ia harus bersiap lebih awal Karna ia tak mau sampai terlambat datang ke tempat kerja. Dengan semangat empat lima ia naik ke atas membangunkan anak semata wayangnya. "Bina bangun dong. Sholat dulu." Dari luar terdengar suara Bina. "Iya Ma" Kanya kembali turun ke dapur menyiapkan sarapan pagi. Sambil menanak nasi ia memotong beberapa sayuran. Pagi ini ia akan memasak tumis tempe kesukaan Bina. Karna hari ini hari Senin dan full day school biasanya Bina akan membawa bekal. Katanya biar lebih irit.

Pukul setengah tujuh semua sudah siap. Kanya sudah siap dengan celana bahan warna hitam dipadukan kemeja bunga-bunga. Tak lupa hijab berwarna Milo menambah kesan putih pada kulit wanita ini. Ia menenteng tas dan Sneli ia taruh di kursi ruang makan. Ia berlari kecil naik kelantai atas. Membuka pintu kamar Bina. Betapa terkejutnya Bina terkulai lemas di depan pintu kamar mandi. Ia segera berlari menghampiri Bina. Segera mengecek denyut nadi Bina. "Lemah" gumamnya. Ia segera turun ke bawah dan berlari ke arah pos satpam komplek meminta bantuan untuk membawa Bina ke rumah sakit.

Secepat kilat ia membelah jalanan kota Jogja yang sangat macet di beberapa titik. "Kamu Harus kuat Bin." Air mata Kanya tak tertahankan. Setelah menempuh perjalanan selama lima belas menit Kanya sampai di rumah sakit. Ia segera membawa Bina ke UGD.

"Siapa yang sakit Dok?" Tanya salah satu perawat yang bertemu dengan Kanya.

"Anak saya. Ayo duluan."

Kanya menerobos UGD tempat dimana anaknya di tangani. Disana ada Dokter Nia sahabat Kanya dan salah satu dokter muda. "Gimana keadaan Bina Ni."

Dokter Nia tersenyum. "Kamu nggak usah khawatir. Bina Cuman kecapekan daya tahan tubuhnya melemah. Dia pasti kehujanan. Dia itu nggak bisa kena hujan Kan. Kamu jangan panik oke."

"Makasih ya Ni." Dokter Nia memeluk Kanya menyalurkan kekuatan. "Oiya Araf kamu cek terus kondisi pasien ini. Nanti kalau sudah sadar kamu panggil saya ya."

"Baik dok."

Dokter muda yang namanya Araf itu berjalan ke arah meja. Mengambil roti yang masih terbungkus plastik. "Ini Dok dimakan dulu. Pasti dokter belum sarapan." Kanya yang tadinya menunduk langsung mendongak menerima roti dari Araf. "Makasih ya Dik." Araf tersenyum tulus dan mengangguk. "Dokter hari ini kerja? Atau mau ijin? " Kanya tampak berfikir. "Saya nunggu Bina sadar dulu, saya nggak akan bisa konsen kalau Bina belum sadar." Araf tersenyum dan mengangguk. Dokter Nia kembali masuk ke UGD . Tak berselang lama Bina sadar. Kanya segera memeluk Bina, "Ada yang sakit? Jangan pernah tinggalin Mama ya sayang. Jangan bikin Mama khawatir." Interaksi anak dan Ibu itu membuat Nia dan Araf terenyuh. "Bina nggakpapa Ma. Mama nggak kerja? Inget udah di sumpah lo."
Kanya mengangguk "Mama kerja ya. Jam makan siang Mama kesini. Oh iya Dik Araf masuk apa?"

"Saya pagi Dok. Sebentar lagi turun jaga tinggal nunggu Sift selanjutnya. Ada apa ya?"

"Kamu kost di daerah mana?"

"Di Sagan tante tinggal di rumah Om saya."

"Wah kebetulan. Kalau tante nitip surat ijin Bina ke sekolah bisa ? "

"Bina di SMA mana Dok"

"SMA 3 yang deket gramed"

"Oh itu saya tau. Sekalian aja nggakpapa." 

"Yaudah saya tinggal ya."

Araf membantu Bina pindah ke ruang perawatan. Setidaknya butuh waktu tiga hari untuk Bina beristirahat. Di rumah sakit ini antrian kamar sangat sulit di dapat. Maklumlah rumah sakit Pemerintah yang ramai. "Kelas berapa Dik?" Araf membuka percakapan agar tidak canggung.

Silent Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang