Kak Aksa menggandeng ku menuruni tangga di dekat Pasar Ngasem. "Kalau lewat depan udah ngak bisa masuk Dik.   Kalau lewat sini masih bisa. Tapi nanti mau maghrib gitu kita keluar. Soalnya pintu yang itu bakalan di tutup."

Kak Aksa mengajakku duduk di batu-batu yang lebih mirip tembok runtuh. "Indah banget Kak " aku mengambil ponsel ku dan mengabadikan foto Sunset.

"Aku kalau lagi bosan atau sedih aku biasa ke sini liat senja. Rasanya adem gitu Dik. Coba kamu pejamin mata kamu, kamu renungi apa yang bikin kamu sedih. Kamu minta sama Allah buat jalan keluarnya. " aku pun menuruti perintah Kak Aksa.

"Ya Allah sungguh indah ciptaan mu. Terimakasih sudah menciptakan Bumi dan isinya. Kalau aku boleh lagi meminta, izinkan aku bertemu dan memeluk Papa. Dari lahir aku belum pernah merasakan hangatnya pelukan Papa. Belum pernah rasanya di cium oleh Papa. Bahkan mungkin Papa belum pernah melihat rupa wajahku. Pa disini Bina selalu baik-baik saja. Mama selalu membahagiakan Bina. Tapi bahagia Bina kurang satu yaitu kehadiran Papa."  Aku membuka mata, tak sadar ternyata selama aku merenung tetes demi tetes air mataku keluar dan tak mampu ku bendung lagi.

"Feel better Dik ? "

Aku hanya mengangguk. Masih merenungi semua perjalanan hidupku. "Aku kangen banget Kak sama Papa"

Dia mengusap bahuku memberi kekuatan agar aku tegar. "Kalau mau berbagi, aku mau jadi tempatku berbagi." Aku memandangnya lekat. "Tenang dijamin aman rahasia." Ia seperti bisa membaca tatapan ku.

"Kak rasanya punya orang tua lengkap itu gimana?" Dia menatapku lalu tersenyum.

"Bahagia Dik. Tapi kebahagiaan seseorang itu nggak bisa di ukur dari lengkap atau enggak ya orang tua itu Dik." Pandangannya lurus ke depan menatap matahari yang sebentar lagi akan terbenam. "Kamu harus punya bahagia versi kamu sendiri Dik. Nggak selamanya bahagia juga kok kalau punya orangtua lengkap. Aku nih contoh nya. Dulu Papaku tugas di luar Jawa Dik waktu aku TK. Dan itu pembebasan teroris bareng sama TNI, saat itu aku benci banget sama Papa kenapa Papa tinggal in aku sama Mama. Aku selalu marah dan protes Dik waktu itu. Sampai aku nggak mau sekolah karna Papa mau tugas. Tapi Mama selalu ngajarin. Kalau Papa pergi untuk kembali. Dan Papa pergi untuk negara. Jaga negara biar Mama dan aku aman. Sejak saat itu aku nggak benci lagi sama Papa. Dan aku berusaha cari kebahagiaanmu sendiri Dik. Dan pas pulang tugas pun aku nggak ngenalin Papa Dik. Sampai Papaku nangis lho. Hehehe. Dan sekarang Dik Bina harus punya bahagia sendiri walaupun tinggal sama Mama. Masa kamu mau ngecewain Mama yang udah berjuang buat kamu Dik. Aku tahu gimana sedihnya kamu, mungkin kamu hanya kurang bersyukur Dik. Di luar sana masih banyak yang nggak punya Papa Karna Papanya meninggal. Atau bahkan orang tua mereka udah nggak lengkap. Jadi Bina harus bersyukur mulai sekarang. Dijalani aja yang sekarang. Di cari gimana caranya bahagia dengan Mama. Toh kesempatan Dik Bina ketemu Papa kan masih 99%. Jadi jangan sedih ya."

Aku menatap lekat mata Kak Aksa, benar juga yang ia katakan. "Aku Cuman rindu Papa banget Kak. Belum pernah dipeluk. Belum pernah ngrasain di peluk di sayang seorang Papa." Ia menoleh cepat

"Nah kamu mau nggak, kakak ajak kamu ketemu Papa kakak. Kamu bisa anggap Papa Kakak itu Papamu juga." Aku mengangguk setuju.

"Senja sore ini spesial Bin. Karna senja hari ini aku ditemenin sama kamu."

Aku hanya mengulum senyum. "Apaan sih nanti pacar kakak marah lagi."

Dia menengok ke arahku dan mengacak-acak rambutku dengan gemas. "Udah yuk pulang. Nanti kita di tutup dari luar mau kamu. Nggak kan"

Saat di parkiran aku penasaran saat ada segerombolan Polisi. Aku jadi ingat Papa. Mungkin Papa seusia mereka. "Loh Yudha udah ganti toh pacarnya. Sudah ngak sama Beby lagi?"

"Loh om. Disini to. Ini kenalin temenku namanya Bina Om."

Aku mengulurkan tanganku ke om itu "Saya Sabina"  aku begitu ragu dan takut dengan orang yang di sebut Om oleh Kak Aksa tadi.

"Saya Leon, teman Papanya Yudha. Nggak usah takut."

Saat kami akan berpamitan aku melihat sosok laki-laki yang aku rindukan selama ini "Papa" gumam ku dalam hati.

"Loh Aksa di sini? Sama Beby?"

"Om Arya. Enggak Om saya sama temen saya. Kenalin. Sini Bin."



Wohoooo akhirnya up lagi. Jangan lupa vote ya teman-teman hehehe dan koment

Man

Silent Love Where stories live. Discover now