~°• 44 •°~

19K 1.5K 61
                                    

Suara gemuruh terdengar dari lapangan luas itu.

Teriakan,kemarahan,kegelisahan, dan kesedihan semua bercampur aduk dalam satu tempat yang akan menjadi akhir dari nyawa seseorang yang tidak sepenuhnya bersalah.

Gadis itu hanya bisa berdiri di tengah lapangan sambil menundukan wajahnya dengan ekspresi datar.

Matanya sembab dan bekas air mata masih tersisa di kedua pipinya yang kini penuh dengan goresan.

Wajah yang biasanya menampilkan senyuman manis kini hanya bisa memberikan ekspresi tidak terbaca dan tatapan kosong dari kedua matanya.

Di depan gadis tersebut, tepatnya di atas tahta pengadilan itu,duduk raja dan ratu dunia supranatural. Ayah dan ibu dari seseorang yang berpengaruh besar dalam peperangan dunia supranatural. Ayah dan ibu dari Melody.

Gadis yang seharusnya tidak bersalah, tidak bisa diselamatkan karena ia adalah alat dan makhluk yang membunuh orang terpenting pada dunia tersebut.

Apa yang bisa ia lakukan ketika semua orang melihat darah dari seorang Crystal Crown melekat dan membekas di kedua tangannya.

Gadis dengan rambut unik itu mengangkat wajahnya melihat salah satu prajurit istana berdiri tepat sepuluh meter di depannya.

Dengan satu helaan nafas, rakyat, pejabat, dan keluarga kerajaan, menutup mata mereka tanda mereka menghormati orang yang tidak sepenuhnya bersalah namun harus menerima hukuman mati.

Selagi semua orang menutup mata mereka, gadis itu menyempatkan dirinya untuk menatap satu persatu teman-teman yang akan ia tinggalkan.
Arlette dan Melody yang terisak, Lufi dan Emily yang membalikan badan mereka, Logan yang menutup matanya dan merangkul Arlette dalam diam,

Max, Lecca, dan Duff yang hanya diam dan menutup mata mereka,

Keluarganya yang menangis sambil menutup mata mereka erat-erat,

Dan juga, dia.

Iya, dia yang berdiri dalam diam di sana.

Dia yang membuat tatapan Aretha menetap dan terkunci pada paras dan matanya yang indah.

Seseorang yang sangat berarti bagi Aretha.

Seseorang yang juga menatap matanya dalam diam.

Seseorang yang menolak untuk menutup kedua matanya di saat-saat terakhir dimana ia bisa melihat gadis yang ternyata sangat ia sayangi.

Aretha tersenyum kecil.

"maafkan aku. " bisik gadis itu sebelum menutup matanya sesaat setelah ia melihat panah beracun melesat ke arahnya.

"kamu tidak bersalah."

Aretha terbelalak melihat Stefan yang memeluknya dan membiarkan panah tersebut menembus dada mereka berdua dengan senyuman manis masih terukir pada wajah
tampannya.

Gadis itu mulai berkaca-kaca di sisa kehidupannya. Di sisa-sisa nafas kecilnya.

"Kau bodoh Stefan, kau sangat bodoh. " ucap Aretha dalam satu tarikan nafas yang membuatnya merasa sakit.
Ya, dengan bodohnya pemuda itu tersenyum dan membiarkan darah mengalir di ujung bibirnya.

"Aku tahu. "

"Aku sangat tahu. "

~•°●°•~

"Ayah lalu apa yang terjadi dengan kedua orang itu? " tanya gadis berusia lima tahun yang tidak puas dengan akhir dari kisah yang diceritakan oleh ayahnya.

"Hahahaha, ayah juga tidak tahu. Bagaimana jika kita mengunjungi mereka? " ucap Lecca dengan senyuman manis.

"Apa mereka masih hidup? " ucap gadis yang jelas-jelas mendengar bahwa kedua orang itu meninggal di akhir cerita.

Crystal ShieldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang