PART 1: TIGA BULAN LALU

23.3K 783 14
                                    

Hargai tulisan ini dengan vote dan komen

🌸Terima kasih🌸

Kamila memantapkan atensi pada ponakannya yang asik bermain boneka di karpet bulu rasfur bludru di kamarnya. Atensinya mengarah ke balita-balita itu, sedang pikirannya menyelam lebih dalam menerka esok. Insha Allah besok akan melakukan prosesi akad. Keluarga dari kampung, tepatnya Sulawesi Selatan sudah tiba dari dua minggu lalu. Tante, dan sepupuh Kamila sibuk di dapur, sedang para lelaki dewasa menangani tenda di depan rumah.

Kamar Kamila sudah penuh dengan dekorasi kamar ala pengantin. Kepala ranjangnya dihiasi bunga warna-warni yang ditata rapi dan cantik. Dinding kamar ditutup kain polos berwarna merah muda dan putih. Perempuan yang mengenakan piayama tidur akibat paksaan mama itu lantas berbaring di samping keponakannya yang meracau tidak jelas. Pandangan Kamila terpaut pada salah satu sudut langit-langit kamar yang ikut dihiasi bunga.

Dia memikirkan satu persatu yang sudah dia lewati disemester tiga bangku kuliah, khususnya yang dilalui dari tiga bulan lalu. Sekarang, pikiran Kamila tidak terlalu masif dan berat, mengingat semester tiga diselesaikan dengan baik dan hanya tinggal menunggu nilai keluar di SIA (sistem informasi akademik).

Tiga bulan lalu, tugas ujian akhir semester justru sudah diberitahu dan tambah dibuat terkesiap karena mama menyampaikan keinginannya untuk menikahkan dia dengan pria bernama Daffa Alhusayn. Kamila ingat malam itu. Mama bicara dengan nada yang terkesan hati-hati. Mama cerita kalau menemukan pria yang baik dan tepat untuk menjadi suami Kamila. Mama bicara panjang lebar soal kekagumannya pada pria yang bernama Daffa Alhusayn itu. Seolah, yang tertarik dan sangat menginginkan pernikahan itu adalah mama. Ya, memang mama bukan sih?

Dahi Kamila mengerut samar karena terkejut dengan ucapan mama. Selama ini, mama tidak sebebas itu jika berbicara hal-hal terkait 'pernikahan' di depan anak-anaknya. Apalagi serius seperti itu, yang melibatkan Kamila pula. Berbeda dengan teman-teman Kamila di kampus, yang cerita soal orang tua mereka yang gamblang mengajak diskusi soal 'rumah tangga' di masa depan atau yang terdengar seperti ini "Cari suami itu.... cari istri itu yang....".

Beda banget sama mama yang menghindar, padahal normal-normal saja karena usia Kamila kini 20 tahun. Namun, mama terpaku kalau anak-anaknya pada fokus sekolah jadi lebih baik tidak dicampur dengan persoalan mencari pendamping hidup. Anak-anak mama, almarhumah Keisya, Kamila dan Kania tidak mengenal komitmen yang disebut 'Pacaran'. Walau ketiga putri Mella tidak dibesarkan dengan pendidikan agama yang ketat. Namun, entah mengapa mereka kompak tidak terjun pada komitmen yang berbuah dosa itu. Mungkin mencontoh Keisya sebagai anak pertama yang sama sekali menikmati kesendiriannya bahkan sampe ajal menjemput Keisya lima tahun lalu, kakaknya yang satu itu perempuan mandiri. Keisya berani merantau ke Samarinda untuk berkuliah, tetapi giliran Kamila mama malah tidak mengizinkan. Alasannya Kamila di rumah saja bantu-bantu di toko roti mama

Dia dan mama sempat bertengkar hebat sampai Kania takut menguping mama yang membentak Kamila. Kamila adalah Kamila, dia ngotot mau melanjutkan pendidikan. Mama jadi pasrah saja, dulu waktu harus bolak-balik Bontang-Samarinda mengurus berkas setelah diterima seleksi perguruan tinggi. Mama selalu memaksa ikut dengan Kamila. Padahal Kamila sudah ada rencana pergi bersama rombongan alumni SMA.

"Nak, kamu gak lupakan sama Daffa? Masa sih kamu lupa anak teman mama itu. Gak mungkin deh, kamu lupa." Mama menyamankan posisi duduknya di ranjang Kamila yang empunya tengah fangirling di twitter.

"Gak lupa kok ma, cuman-- mukanya... aja sih uda agak lupa kalau namanya ingat banget kok." Sejenak Kamila berhenti menggeser layar ponselnya karena berusaha mengingat jelas wajah Daffa. Tetap saja dia tidak sepenuhnya ingat, seperti apa wajah itu. Dia agak lupa, apalagi sekarang. Pasti banyak perubahan, Kamila cuma ingat mata Daffa yang menghilang jika tertawa, his eye smile.

DIDEKAP KALA ITU (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang