prmss

338 37 14
                                    


dear parents, don't make promises in order to calm your children down.

***

Hari itu adalah hari Rabu, hari di mana pertandingan catur nasional diselenggarakan.

Sebagai teman dekat Stephanie, Audrey berniat datang dan mendukung gadis itu. Ary dan Ayana juga berjanji akan berada di sana pukul 09.30, waktu di mana babak pertama dimulai. Keduanya tidak bisa datang lebih awal karena ada satu dan lain hal yang harus dituntaskan di rumah ibu mertua Ayana, Harjani. Jadilah, yang akan datang sejak sebelum upacara pembukaan dimulai adalah Max dan Audrey.

Pagi itu, pukul 06.30 ketika Audrey baru akan meinggalkan kamarnya untuk berangkat, sebuah benda asing memasuki ekor matanya.

"Fi, ini HP siapa?" tanyanya sambil mengangkat benda persegi panjang itu.

Fiona dalam balutan kaus sederhana dan celana jinsnya mengintip dari balik pintu demi melihat benda apa yang sahabatnya bicarakan. "Oh, itu punya gue."

"Lah, yang lama mana?"

"Gue jual."

"Buat?"

"Yang lebih penting." Wanita itu memainkan alisnya, lalu berkata bangga, "Moms ain't need no good phones."

Audrey mendengus, lalu meletakkan kembali ponsel sederhana itu. "Dang, you're such a great mom."

"Lo mau ke mana, Drey?" tanya Fio, mengubah topik pembicaraan, lalu mengambil tasnya yang terletak di atas ranjang. "Rapi bener?"

"Mau ke pertandingan caturnya Stephanie. Lo sendiri?"

Fiona mengulaskan senyum kecil, seakan menenangkan dirinya sendiri tanpa sadar. "Gue ada urusan."

"Ke mana? Gue anter," ujar Audrey langsung. "Kok nggak bilang?"

"Sans." Wanita itu lalu berjalan ke luar kamar. "Gue duluan ya."

"Lo serius?!"

"Bless ya!"

***

"Kan udah gue bilang, minta map nya sama panitia tadi!"

"Nggak perlu, Stephanie udah ngasih tau gue."

"Tapi kita tersesat gini, kan, jadinya!"

"Ya udah sih, pacaran aja dulu."

"Ish."

Audrey semakin mencibir kala cowok di sebelahnya merangkul lehernya tanpa sedikitpun rasa bersalah, seakan mereka yang tersesat di tempat tersepi lokasi pertandingan catur pagi itu adalah hal yang menyenangkan.

"Wih, di sini malah banyak makanan." Cengiran Max melebar. "Kamu udah makan, belum?"

"Tolong, dong, jam berapa, ya, sekarang."

"AUDREY!!"

Seruan yang menginterupsi percakapan mereka pagi itu datang dari arah belakang keduanya, membuat mereka membalikkan badan demi melihat Mickey yang berlari menuju ke sana.

ephemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang