dvc

495 47 16
                                    


you shouldn't've'd that feeling.

***

Kamis, 8 September.

Ayana.: Max, ngaku deh.

Maximus Ryan: Ngaku apa?

Ayana.: Kamu nggak suka liat dia sama cowok lain.

Maximus Ryan: Aku punya fio, ma. Dia udh jadi masa lalu.

Ayana.: From your sister's story, i can tell that you got jealous.

Maximus Ryan: Nggak usah ikut campur ya ma.

Ayana.: Excuse me?

Ayana.: Mama sudah mengandung kamu selama 9 bulan dan ini cara kamu membalas mama?

Maximus Ryan: Aku nggak minta mama ngelakuin itu.

Ayana.: Damn, Kid.

Ayana.: Inget aja deh ya

Ayana.: Akan ada saatnya kamu menyesal.

Ayana.: Take care of your sister.

Ayana.: I LOVE YOU

Maximus Ryan: ok

"Mending lo, Mick, sama Kak Audrey ke rumah lo, terus ambil catatan fisika lo, karna gue gak nyatet."

"Oke," ujar Mickey langsung.

Max mengernyit kala mendengar kalimat itu keluar dari mulut bodoh adiknya.

Menurut hasil pemikirannya, kalimat Stephanie tadi berarti Mickey pergi bersama Audrey ke rumah anak itu untuk mengambil catatan fisikanya karena adiknya yang tengil itu tidak mencatat materi yang diberikan guru.

"Sama gue?" tanya Audrey.

"Iya, biar ada temennya," beri tahu Stephanie sambil menatap Mickey penuh arti. "Gue capek, Kak. Abis sekolah, harusnya tidur, eeeeh, harus les karna gue bego. Belum lagi catetan fisika gue gak lengkap. Bayangkaaaaan!!"

Audrey menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Y-ya udah, ayo, Mick."

Sebelum Audrey sempat bangkit, Max akhirnya angkat bicara, "Setau gue, Audrey dibayar buat ngelesin lo, bukan buat ngider-ngider gak jelas."

"Diem lo, Amsod," perintah Stephanie, lalu kepada Audrey, "Udah, Kak, pergi aja. Ntar keburu jam makan siang, macet, loh."

Mickey menggenggam tangan Audrey demi membantu gadis itu berdiri.

"Lo udah lama osteoporosis?" tanya Max tajam kala melihat tautan tangan itu.

"Hah?" Audrey benar-benar tidak paham akan alur berpikir cowok itu. "Maksud lo?"

"Udah! Udah siang, nih!" usir Stephanie halus, gadis itu hampir menyemburkan tawanya melihat ekspresi kakaknya yang begitu lucu. "Daaaah! Hati-hati, ya, lo berdua!"

Ketika Audrey dan Mickey sudah keluar dari pintu, Stephanie menatap kakaknya dengan senyuman miring khasnya.

"Don't be jelly," godanya.

Max mendengus. "Siapa yang cemburu?"

Stephanie mengangguk-anggukan kepalanya, pura-pura mengiyakan. "Kak Audrey itu kuat, ya."

"Hm."

"Gue selama ini merhatiin dia, gak keliatan gitu kalo dia itu lagi susah."

"Gue juga."

ephemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang