nw

458 52 16
                                    


but did you ever dream about me like you did about her?

***

"Ryan?"

Sepulangnya Audrey dari rumah Max hari Jumat pukul 17.00 itu, yang pertama kali dilihatnya adalah Ryan. Cowok itu mengenakan jaket hitam bermereknya.

"Max lagi pergi ke rumah omanya," beri tahu Audrey sambil menutup pagar di belakangnya.

"Gue ke sini buat lo," ujar Ryan, "gue butuh lo."

"Buat?"

"Besok gue pelayanan di gereja, jadi gitaris, cuma gue gak bisa pasin sama suara singernya. Terus gue keinget lo."

Audrey tersenyum. "Lo ikutin saran gue?"

Ryan mengangguk. "It works."

Senyuman Audrey melebar. "Gue bisa sih masinnya. Tapi, sekarang gue mau ke rumah temen."

"Siapa?"

"Mickey, temennya Stephanie."

"Oh, ngapain?"

"Latihan musik juga," ujar Audrey. "mau sekalian di rumah dia?"

Ryan mengedikkan bahunya. "Boleh."

"Coba gue tanya dulu, ya."

***

"Latihan di belakang aja, ya," ujar Mickey beberapa saat setelah keduanya sampai di rumah cowok itu, dan setelah Ryan dan cowok itu berkenalan.

Audrey dan Ryan mengangguk.

"Duluan aja, gue mau ke kamar adek gue dulu," ujar Mickey.

Mendengar itu, Audrey memimpin Ryan berjalan ke taman belakang. Gadis itu mengagumi keindahan rumah Mickey ketika malam, begitu menenangkan.

"Lagu apa?" tanya Audrey, melihat Ryan mengeluarkan gitar yang dibawanya menggunakan tas.

"Still."

Ketika akhirnya mereka berlatih, pikiran Audrey terlempar pada awal tahun itu, ketika dia dan Max ditunjuk untuk mengiringi kebaktian awal tahun. Waktu itu, hubungan mereka sedang hangat-hangatnya, dan kemistri ketika memainkan lagu itu begitu terasa.

Tidak seperti saat ini, saat di mana, ketika kemarin malam Max berkata, gue sayang sama lo, kok, ternyata itu hanya igauan mimpi saja.

Memimpikan Fiona, pula.

"I will be still, know you are God..."

Mereka sampai di baris lirik terakhir setelah tiga puluh menit berlatih. Audrey menulis ulang lirik beserta kuncinya untuk kemudian dilatih oleh cowok itu.

"Thanks, Drey." Ryan tersenyum, melipat kertas itu dan memasukkannya ke dalam kantung celananya.

Audrey mengangguk. "Pegel, yaaa...." ujar gadis itu sambil meregangkan tubuhnya.

ephemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang