qns

521 57 13
                                    


you matter.

***

Jika ada yang sesuatu yang sangat berharga namun sering terbuang percuma dan tidak bisa kembali, maka waktu lah sesuatu itu. Pada kenyataannya, dia berlari tanpa siapapun bisa mengejar. Satu-satunya hal yang perlu dan harus dilakukan adalah berlari bersamanya, tanpa menyianyiakan segala kesempatan dan peluang yang diperhadapkan kepada kita.

Tanpa terasa, waktu sudah sampai di penghujung tahun, menyisakan sedikit waktu lagi sebelum semua orang mulai sibuk membuat resolusi awal tahun yang sia-sia dan penuh omong kosong.

Beberapa dari mereka masih berusaha untuk membuat sisa waktu di tahun itu menjadi sedikit lebih berarti dengan menghabiskan waktu bersama manusia tersayang mereka.

Dan di sanalah Stephanie, mengajak kakaknya untuk menemaninya berlibur ke Eropa demi mengunjungi sanak saudaranya yang sangat ia rindukan di sana demi mengisi waktu senggang akhir tahunnya.

"Kak, ayolaaaaah," melasnya, "kata mama, kalo gak ada lo, gue gak dibolehin pergi."

"Gue minggu depan mau ke Bali sama sekolah," ujar Max, "lo pergi sendiri aja."

"Ya elah, masa semua orang ke Bali, sih. Mickey, elo, Oma Louisa," protes gadis itu kesal, "terus gue sama siapa? Mama sama papa ada business trip sama Tante Keyana. Udah gitu dedek bayinya dibawa, lagi."

"Kan ada Audrey," tanggap Max seadanya sambil memainkan ponselnya.

"Kak Audrey kan lagi sibuk ngurusin mamanya."

Max mendecak, "Ck. Ya udah si, ngedekem di rumah juga enak."

"Tapi, kan...."

Max mendongak, menunggu kelanjutan kalimat Stephanie, demi melihat senyum misterius di wajah adiknya itu. "What?"

"My brain just gave birth to an idea," ujar gadis itu, lalu segera berlari ke dalam kamarnya.

***

"Hah?" Audrey menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Gak salah, lo, Steph?"

Stephanie menggeleng. "Lo temenin gue ke Bali, dan lo akan dibayar."

Audrey terdiam.

"Lo butuh uang, kan, Kak? Ayo, sekalian liburan. Mumpung mama lo juga ada yang jagain."

"Max emang gak bisa?" tanya Audrey masih tidak menyangka akan penawaran yang tidak ia duga itu.

Stephanie menggeleng. "Dia juga mau ke Bali sama sekolahnya."

"Sekolahnya?!" tanya Audrey kaget.

Di dalam lubuk hatinya, gadis itu belum seberani itu untuk bertemu dengan teman-teman lamanya. Dia belum siap dengan segala penghakiman dan omong kosong yang diam-diam merobohkan benteng pertahanannya.

"Yaa....," ujar Stephanie ikutan terkejut akan reaksi Audrey, "emang kenapa?"

Audrey menggeleng. "Nggak pa-pa."

"Oh, gue tau!" seru Stephanie.

"Apa?"

"Lo takut mereka nge-judge lo, kan? Lo ngerasa belum cukup kuat untuk itu semua, kan?"

Audrey meringis. "Kind of."

Stephanie mendecak kesal. "Lo itu lugu, tau, gak?!"

"Lugu?"

"Iya, luar biasa guoblok!"

"Anjir, makasih." Audrey tersenyum paksa.

"BITCH!" seru Stephanie, membuat Audrey berjengit kaget. "Rule number one: fuck what they say! Lo nggak hidup dari duit mereka! Lo nggak makan dari nasi mereka! Dan lo nggak tidur di bawah ketek mereka!"

"Mmm..." Audrey terdiam sejenak, sebelum, "OKAY, I GET IT!" seru Audrey sambil tersenyum lebar dan menepuk pahanya. "So, what's the plan?"

Stephanie nyengir lebar. Saking bersemangatnya, gadis itu menceritakan semua rencananya kepada Audrey secara acak, membuat sang pendengar kebingungan akan alur perkataannya.

"Nah, diangkat! Halo, Mick?"

Audrey hanya mengikuti instruksi dari temannya tanpa ikut campur lebih jauh lagi.

Stephanie sibuk sendiri dengan catatan yang diketiknya di ponselnya.

"Jadi kita entar satu hotel sama keluarganya Mickey!" ujar Stephanie sambil sibuk mencatat jumlah anggaran yang dibutuhkan untuk tripnya nanti.

"Ada Mandy sama Kak Manda?"

"Ada, dong!"

"Asyiiik!"

"Oh, iya, ada dress dari mama gue buat lo."

"Makasih, sampein ke mama lo, ya," ujar Audrey, "eh, tapi, serius, gue gak semampu itu untuk bikin semua ekspektasi lo jadi kenyataan. I mean, you know me. Gue cuma nemenin lo doang di sana, gue gak bisa ngasih—"

"Shh!! Berisik!"

Audrey meringis.

"Yang penting mama lo setuju," ujar Stephanie masih sambil sibuk mencatat. "Gue pastiin lo cuma tinggal bawa badan aja."

"Mama gue sih kayaknya setuju, karena uangnya bisa dipake buat pengobatan," ujar Audrey. "Lo kenapa mau banget bantuin gue, sih, Steph? Lo baik banget gila."

Stephanie berhenti mengetik, menatap Audrey. "Girls encourage girls."

Audrey tersenyum. "Thank you."

Mendengar itu, Stephanie menggeleng. "We're queens, we build each other."

***

siap siap janjalan ke bali gengs.

To God be the glory,
nvst.
14.11.17

ephemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang