wtnssn

524 55 13
                                    


get jealous.

***

"Steph, lo serius mau bikin tato?" tanya Audrey sedetik sebelum tinta itu mengenai pergelangan tangan Stephanie.

Di hari yang sama, ketika fajar hampir kembali ke peraduannya, Audrey diminta Stephanie untuk menemaninya membuat tato yang sudah dibahasnya sedari mereka berdua berada di dalam pesawat.

"Ini henna, gak bakal tahan lama," Stephanie terdengar santai. "Tiga minggu juga ilang."

Sembari memegangi ponsel Stephanie yang menunjukkan contoh gambar tato yang diinginkan gadis itu untuk ditiru oleh sang pelukis, Audrey menjawab, "Iya, gue juga pernah kayak lo. Taunya gak ilang, terus ketauan guru BK."

"Itu sih DL," ujar Stephanie.

"Ye, ntar taunya lo juga—"

"Lo berdua ke sini juga?" tanya Max yang datang bersama ketujuh pengikutnya.

Mereka lalu duduk di dalam saung yang disediakan di sana, saung yang sama dengan tempat yang digunakan Audrey dan Stephanie untuk duduk. Bedanya, kedua gadis itu hanya duduk di ambangnya saja.

Stephanie memutar bola matanya kesal. "Perasaan, liat kitanya udah dari tadi, nanyanya baru sekarang. Emang kenapa kalo kita di sini?"

"Berdua doang?" tanya Max lagi.

"Oma dateng ntar malem," jawab adiknya.

"Hai, Audrey!" sapa Ronald. "Apa kabar?"

Audrey tersenyum kecil. "Baik. Lo?"

"Gue juga," jawab Ronald. "Hari ini lo cantik lagi, ya?"

"Sok-sokan gombal lo, Bahlul," protes Harris sambil mendorong Ronald kuat-kuat.

Lalu, ada Alex dan rasa penasarannya. "Kalo lo mau ditato juga, gue siap kok bikininnya. Mau di mana? Tangan? Kaki? Punggung?"

"Gue gak berniat bikin tato," jawab Audrey, lalu sedikit mengerang kala dia merasa pegal dengan sudut tangannya saat itu. "Pak, sebentar, saya—"

Harris langsung sigap. "Kenapa, Sayang, kamu pegel, ya?"

"Sini, Drey, gue bantuin," ini Ryan.

"Udah, sama gue aja," Alex tidak mau kalah.

Ketika yang lainnya mau membantunya, gadis itu membungkam mereka semua.

"Guys!" seru Audrey setelah mengubah posisinya. "Gue bisa sendiri, oke?"

Max tersenyum miring melihat teman-temannya kembali ke posisi masing-masing.

Namun, senyumnya berangsur menghilang kala melihat satu tikus itu datang mendekat dan bertindak sangat akrab dengan mantan gadisnya.

"Hi, guys!!

Mickey datang dengan gitar kesayangan dan cengirannya.

"Mick, lo menyelamatkan kita berdua dari para idiot," syukur Stephanie sambil merujuk pada teman-teman Max yang abnormal. "Dari mana aja lo?"

ephemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang