drvn

532 53 4
                                    


hey, i got your back.

***

"Ma, i'm going to lose him!" seru Audrey kala ibunya bersikeras untuk tidak memperbolehkannya keluar rumah berhubung itu sudah jam 10 malam.

"Drey, perjalanan kita besok—"

"Ma!" seru Audrey gemas, hampir menangis, "i'm going to lose him! i'm going to fucking lose him!"

"Drey..."

Audrey menatap ibunya memelas. "Please, Ma. I promise you, i'll be home safely."

Maria menghela napasnya. "Kamu udah packing?"

Audrey mengangguk.

"How was last week? Ujiannya lancar?"

"You're trying to waste my time."

"I'm not." Maria mengelus rambut anaknya penuh sayang. "I mean, Honey, papa kamu butuh kita besok. Di Malang, Papa struggling sendiri. What should we do now? Take a rest, Drey, get yourself prepared. Jangan keluar rumah lagi, Nak. You're already tired."

"Ma..." Audrey yang sudah lelah akan segala omong kosong dalam hidupnya, berkata, "Sekali ini aja. Please."

"Nak,... sudah jam berapa ini?"

Audrey menatap ibunya dengan keras kepala. "I'm leaving. With or without your permission."

Maria menghela napas berat.

Ibu itu tahu, tidak ada yang bisa dilakukannya selain mempersilakan anaknya menghampiri sisa kebahagiaan hidupnya untuk yang terakhir kalinya.

Di hari Senin pukul 22.30 malam hari itu, Audrey meninggalkan rumah dengan air mata yang diam-diam mengaliri pipinya.

"Mama antar, Drey?"

Audrey menggeleng. "I need space."

***

Tidak ada yang bisa dikatakan Max ketika melihat gadisnya berdiri di depan rumahnya, dengan piama berlengan panjang dan celana yang cukup panjang untuk menutupi mata kakinya.

Bukan karena kehadiran Audrey di depan rumahnya pukul 23.00, melainkan karena bekas air mata yang jelas terlihat di pipinya dan hidung gadis itu yang terlihat kemerahan.

"Max," panggil Audrey sumbang.

"Drey?"

"Could we please have a late-night drive?" tanya Audrey setelah terdiam saja sambil memandangi wajah cowok di hadapannya.

Max tersenyum, mengangguk.

Setelah mengambil kunci mobil, beberapa saat kemudian, mereka sudah berada di dalam mobil, dengan atap terbuka, menyusuri jalanan komplek eksklusif yang sepi dan damai.

Malam itu temaram, dan hampir gelap gulita jika tidak ada bulan. Ini semua karena lampu jalanan di komplek itu tidak dinyalakan sebanyak itu. Pihak perumahan mengondisikan jalanan sedemikian rupa untuk menjadi aman dan menenangkan.

ephemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang