CHAPTER 29 - This is Insane

212 17 3
                                    

Summer's POV

Aku membuka mataku ketika kilauan cahaya mulai menembus kelopak mataku. Aku sempat terkejut pada diriku sendiri ketika mendapati diriku terbangun dengan keadaan tanpa sehelai benangpun kecuali selimut yang menutupiku saat ini. Dan aku mulai menyadari sesuatu ketika aku sudah benar-benar terbangun. Memang gila, ketika aku kembali memutar hal apa yang kami lakukan semalam di atas ranjang ini. Dan sekarang kalimat 'tidak ada seks sebelum menikah' sudah tak pantas lagi kuucapkan. Aku tidak mabuk dan aku benar-benar sadar akan hal apa yang kami lakukan semalam. Tapi anehnya, tak ada rasa penyesalan dalam diriku. Kebanyakan wanita akan menyesal ketika seorang pria telah merenggut keperawananya disamping ia telah menjaganya mati-matian sebelum saatnya menikah. Tapi tidak denganku, aku tidak menyesal. Aku mencintainya, kurasa begitupun dengannya. Setiap sentuhan dan kecupan yang ia berikan padaku selalu membuatku merasa bebas. Aku merasa nyaman setiap berada di dekatnya. Aku menyukai bagaimana cara ia menjagaku.

Kurasakan sesuatu lumayan berat menindih perutku. Aku melirik ke sampingku dan ya, sesuatu yang menindih perutku adalah tangan Brad. Aku mendapati wajah damainya ketika masih terlelap dengan posisi memelukku dari samping. Tak berbeda denganku, aku mendapatinya tengah tertidur pulas tanpa mengenakan pakaian dan separuh tubuhnya hanya tertutup dengan selimut yang sama denganku. Tanpa kusadari aku tersenyum ketika memandangi wajahnya polosnya ketika tertidur. Well, kurasa Brad yang tertidur bukanlah Brad yang telah mengambil keperawananku semalam *hahah.

"Puas memandangiku uh?" Ia berucap dengan tiba-tiba. Apa? Bagaimana ia bisa tahu? Bahkan kedua matanya saja masih terpejam. Tak lama ia menggeliat disertai dengan kedua matanya yang perlahan terbuka. Aku masih bingung, apa ia benar-benar sadar berkata tadi atau ia hanya menggigau? Entahlah, kuharap saja ia hanya menggigau kalau tidak, habis sudah diriku, kepergok tengah asik memandanginya.

Ia lalu bergeser mendekatiku lalu bertopang dengan sebelah tangannya. Detik itu pula sesuatu hangat menempel di bibirku.

"Selamat pagi sayang dan jangan memandangiku seperti itu lagi, apa kau belum puas dengan semalam?"

Seketika aku menarik diriku dari ciumannya dan kedua mataku membelalak lebar.

"Siapa yang memandangimu, kau percaya diri sekali tuan" balasku mencoba menyangkal. Tapi sepertinya aku memang tak pandai berbohong karena nyatanya Brad sudah menyeringai jahil padaku saat ini.

"Oh ayolah sayang, kau tak pandai berbohong. Kita hanya bermain dua ronde semalam dan itu belum puas, bukankah begitu?"

Aku tak bisa menyembunyikan rasa maluku kali ini. Memang benar, kami bermain sampai dua ronde semalam. Dan ia berkata belum puas? Benar-benar gila.

"Oh sudahlah ini masih pagi, lebih baik kau simpan dulu otak mesummu itu"

"Maka dari itu, bagaimana dengan morning seks?"

"Oh tidak tidak, kita harus pergi kuliah dan aku tidak mau terlambat"

"Kalau begitu kita akan melakukannya dengan cepat"

"Tidak."

"Oh ayolah"

"Tidak."

"Summer..."

"Tidak."

"Sayang..."

"Tidak."

Batinku terkekeh geli ketika mendapati wajah kesalnya setelah ia merengek-rengek layaknya seorang bocah.

"Sudahlah aku mau mandi" Ujarku diikuti dengan diriku yang hendak bangkit dari kasur. Tetapi ketika aku hendak menggeser kakiku seketika kurasakan rasa nyeri yang luar biasa pada selangkanganku. Aku hanya bisa meringis karena entah kenapa milikku tiba-tiba terasa kebas.

Just You (Bradley Simpson)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang