CHAPTER 6 - Stranger Man

154 20 2
                                    

Berjalan gontai menuju dapur, aku berjalan menuju ke mesin pembuat kopi yang tersedia di dapur Brad. Keren bukan? Membuat secangkir espresso kurasa dapat sedikit mengurangi rasa kantukku.

Setelah secangkir espressoku jadi, kembali kulangkahkan kakiku ke ruang tengah. Menaruh secangkir espressoku di atas meja, kuhempaskan diriku disebuah sofa yang super nyaman ini. Melirik kearah jam dinding, pukul 9 malam. Brad belum juga pulang. Sejak siang tadi ia menemani Caitlin berbelanja hingga kini ia tak juga kunjung pulang.

Menyesap sedikit espresso panasku, aku kembali fokus pada laptop usangku. Ya, sedari tadi aku memang sedang menyelesaikan tugas dari Prof. Smith. Ya benar. Memang membosankan, hari pertama kuliah sudah mendapat segudang tugas. Tapi bagaimanapun juga berkat beasiswa itu pula aku dapat berkuliah di New York.

Kurasakan semakin lama mataku terasa berat. Sial, secangkir espresso tidak membantuku sama sekali. Kau tahu? Aku sengaja menyibukkan diriku dengan tugas-tugas ini karena sedari tadi aku menunggu Brad pulang. Tapi hingga detik ini ia tak juga kunjung pulang. Astaga Summer kau ini bodoh atau pikun? Tentu saja orang yang sedang berpacaran itu tak kenal waktu. Oh seketika gadis batinku berdecak kesal.

Kusandarkan tubuhku pada punggung sofa. Oh astaga, ini sangat nyaman. Saking lamanya duduk tegak dengan tugas-tugasku aku sampai tidak sadar jika punggungku sudah terasa sangat pegal. Menegadah menghadap langit-langit, kurasakan mataku yang sudah tak bisa bertahan lagi. Diluar kesadaranku, perlahan aku mulai memejamkan mataku.

Tingg...

Suara elevator terbuka seketika membangunkanku dari setengah alam mimpiku. Mengerjapkan mataku, kudapati Brad yang baru saja keluar dari elevator. Oh dia sudah pulang ternyata. Syukurlah.

Aku menatapnya dengan mataku yang masih setengah terbuka. "Hei Brad kau sudah pulang rupanya" Suaraku terdengar layaknya kebanyakan orang yang baru saja bangun tidur.

Brad menghempaskan tubuhnya pada sofa tepat disebelahku. "Ya Summer"

Menganggukan kepalaku, kutegakkan posisi dudukku. "Hei apa yang sedang kau lakukan disini? Tunggu apa kau baru saja tidur? Kenapa kau tidak tidur di kamarmu saja Summer?" Ia mengalihkan pandangannya kearah laptop usangku yang masih tergeletak di atas meja.

Aku kembali mengerjapkan mataku. "Uh y-ya aku tadi mengerjakan tugas-tugasku sambil menunggumu pulang, tapi semakin lama mataku terasa tak kuat lagi, jadi aku tak sadar jika aku sudah tertidur disini" Aku terkekeh.

"Oh Summer, maafkan aku. Sebenarnya sejak sore tadi aku sudah pulang tetapi sialnya tiba-tiba ada rapat mendadak dengan kolega-kolegaku"

"Tak apa Brad. Lagipula itu sudah menjadi tanggung jawabmu" Aku mengulas senyum padanya. Ia mengangguk sekilas dan membalas senyumanku. Astaga, mengapa senyumannya bagaikan candu untukku. Tak ada yang bisa kulakukan selain memandangi wajahnya dengan bodoh.

"Apa kau sudah makan Summer?" Tanya Brad membuyarkanku yang sedang memandanginya dengan bodoh.

Seketika aku mengerjap-ngerjapkan mataku dan mengalihkan pandanganku darinya. Aku tak menjawabnya melainkan hanya menggeleng pelan. Ya, memang sedari tadi aku belum menyentuh makanan sama sekali kecuali pagi tadi, saat kami memutuskan untuk sarapan di sebuah kafe sebelum pergi ke kampus.

Entah mengapa aku tak merasakan lapar sama sekali. Kurasa karena sedari tadi yang kupikirkan hanya Brad. Mengetahui jika faktanya Brad telah memiliki seorang kekasih. Oh memang itu sangat sakit. Tapi itu sudah menjadi resikomu Summer, mencintai seseorang secara diam.

"Kalau begitu ayo ikut denganku" Ujarnya lalu bangkit dari duduknya.

Mengernyitkan dahiku aku menatapnya bingung. "Kemana? Lagipula ini sudah malam Brad, apa kau tidak lelah?"

Just You (Bradley Simpson)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang