CHAPTER 5 - Just a Lucky Girl

163 22 0
                                    

Seperti apa yang dikatakan James pada saat kami sedang di kafetaria tadi, ya ia benar-benar mengantarkanku pulang saat ini. Sejujurnya aku masih merasa kecewa pada Brad, karena kami tak jadi berkeliling kota New York bersama. Tapi, sudahlah, kau tak perlu mempermasalahkan hal itu lagi Summer.

Aku dan James kini sedang dalam perjalanan menuju apartemen Brad. Aku sedari tadi hanya terdiam karena pikiranku masih tertuju pada Brad. Sesekali aku melamun, James selalu membuyarkan lamunanku dan ia selalu mengingatkanku untuk tidak melamun. Hal tersebut tidak baik ujarnya. James sesekali mengajakku berbicara agar suasana di dalam mobil ini tidak begitu canggung.

"Kau yakin tak ada masalah denganmu Summer?" Ujar James. Beberapa kali James menanyaiku dengan pertanyaan yang sama seperti tadi. Kurasa ia menyadariku yang sedari tadi melamun. Ia pasti berfikir jika ada suatu hal yang menganggu pikiranku. Walaupun begitu aku mencoba untuk menghargai kepeduliannya.

Aku menoleh kearahnya yang masih fokus pada kemudinya. "Uh, ya. Aku baik-baik saja"

"Katakan padaku Summer, apa ada hal yang menganggu pikiranmu saat ini?"

Sebenarnya Brad yang sedang menganggu pikiranku saat ini James. Tapi aku tak yakin untuk mengatakan hal tersebut padamu. "Hanya masalah kecil James. Aku bisa mengatasinya sendiri" Aku tersenyum padanya.

"Kalau begitu, apa masalah kecilmu itu?"

Aku terdiam sejenak menatap jari-jariku yang berada di pangkuanku. Menghirup nafas panjang, aku membuangnya dengan perlahan. "Brad mengajakku berkeliling kota New York hari ini, hanya saja ia sudah pergi dengan gadisnya. Jadi.. kau tahu sendiri lah denganku. Well aku memang berlebihan, tapi memang itu yang sedang kurasakan"

"Hanya itu?"

"Ya. Sudah kukatakan kan jika hanya masalah kecil" Kembali kusandarkan punggungku pada sandaran kursi mobil. Kualihkan pandanganku dan menatap keluar jendela.

***


Kuperhatikan sedari tadi kami tak kunjung tiba di apartemen Brad. Aku memang belum hafal jalan dari kampus menuju apartemen Brad, tapi kurasa tadi pada saat aku dan Brad pergi ke kampus tak membutuhkan waktu selama ini. Oh semoga saja ia tak lupa jalan menuju apartemen Brad.

Tak lama kemudian mobil James berhenti di sebuah lahan parkiran terbuka. Aku sedikit dibuatnya bingung. Kukira ia akan langsung mengantarkanku pulang. Jika ia tak langsung mengantarku pulang lalu kemana ia akan membawaku?

"James kenapa berhenti disini? Bukankah kau akan mengantarkanku pulang"

Ia hanya menyeringai kepadaku. "Kau lihat saja nanti" Ujarnya santai.

Aku mengernyitkan dahiku. Ia membuka pintu mobilnya. Masih dengan perasaan bingung aku mengikutinya keluar dari mobil.

"Kau lihat itu?" James menunjuk sesuatu yang berada di balik badanku. Aku mengernyitkan dahiku. Memang ada apa? Kubalikan tubuhku penasaran dengan apa yang dimaksud James. Oh Astaga, bukankah itu jembatan Brooklyn? "Kita akan naik kesana, tapi kita tidak akan menggunakan mobil. Kita akan berjalan kaki"

"Berjalan kaki? Bisakah?"

"Ya. Kau akan lihat nanti" Ia kembali menyeringai kepadaku. Oh astaga, kau tahu? Aku sangat senang. Selama ini aku hanya bisa melihat jembatan Brooklyn melalui televisi. Tidak seperti saat ini, aku bisa melihatnya langsung dengan mata kepalaku sendiri.

"Ayo" James menggandengku untuk ikut berjalan menuju jembatan Brooklyn tersebut.

Disini kami sekarang, berdiri di salah satu jembatan gantung tertua di Amerika Serikat yang menjadi landmark kota New York. Jembatan ini membentang sepanjang 1825 meter di atas sungai East di New York, dan menghubungkan Manhattan dan Brooklyn. Menikmati kencangnya hembusan angin yang menerpa wajahku dari jembatan Brooklyn. Aku dapat melihat indahnya pemandangan sungai East dan kota New York dari atas sini. Aku sungguh dibuat jatuh cinta dengan kota ini.

"James ini sungguh menakjubkan" Ucapku masih dengan memandang keindahan kota New York.

"Ya. Cukup indah bukan?" Jawabnya. Kualihkan pandanganku kearah James. Kudapati dirinya yang telah lebih dulu memandangiku. Aku tersenyum padanya. Ia menatapku seolah tatapannya telah terkunci. Ia tak kunjung mengalihkan pandangannya dariku. Hal tersebut membuatku sedikit tidak nyaman.

"James, kau baik-baik saja?" Ujarku membuyarkannya.

Seketika ia mengerjapkan beberapa kali matanya layaknya orang yang baru saja di bangunkan kesadarannya. "Uh. Y-ya aku baik-baik saja"

"Ada apa denganmu James? Tatapanmu sangat aneh tadi"

"Tatapanku?"

"Ya kau menatapku sangat aneh tadi"

Ia menggaruk tengkuknya yang kurasa tidak gatal. "Uh jadi bagaimana menurutmu Summer? Kau suka kuajak kemari?" Oh kini gilirannya tiba-tiba mengubah topik pembicaraan. Aneh. Ah sudahlah tak perlu mempermasalahkannya lagi.

"Ya tentu saja" Ia nampak tersenyum puas ketika mengetahui bahwa aku menyukai tempat ini. Ia mengalihkan pandangannya ke sungai East.

"James" Panggilku lirih.

Ia menoleh kearahku. "Ya"

"Boleh aku bertanya sesuatu padamu?"

"Ya tentu saja. Apa yang ingin kau tanyakan?"

"Maukah kau menceritakan padaku mengenai Caitlin" Ujarku sangat lirih bahkan kurasa hampir tak terdengar. Tapi kurasa James masih bisa mendengarnya.

James menyunggingkan senyum khasnya kepadaku. Ia memutar tubuhnya menjadi bersandar pada pagar jembatan Brooklyn ini. Sedangkan aku masih berdiri menghadap sungai East.

"Gadis itu putri seorang pengusaha real estate ternama di New York. Kudengar perusahaan Brad akan melakukan kerjasama dengan perusahaan ayah Caitlin. Kurasa berawal dari situlah Brad dan Caitlin memiliki hubungan. Well hanya itu yang kutahu Summer"

Aku memutar tubuhku 180 derajat. Melihat ekspresi wajahnya, ia terlihat sangat santai. "Lalu sudah berapa lama mereka menjalin hubungan?"

"Yang kutahu sepertinya belum lama, kurasa hubungan mereka baru berjalan selama dua sampai tiga bulan"

"Oh" Aku mengangguk pelan. Kualihkan kembali pandanganku kearah sungai East. Benar kan dugaanku. Gadis itu putri seorang billionare. Ah sudahlah Summer kau memang tak pantas bersanding dengan Brad. Astaga Summer, bahkan derajatmu dengan Brad sangat berbeda jauh. Ia seorang CEO perusahaan yang tentu saja sangat disegani banyak orang sedangkan kau, kau hanya gadis miskin yang beruntung memiliki sahabat seperti Brad yang masih mau membantumu.

"Kau menyukai Brad?" Ujarnya tiba-tiba. Detik itu pula kualihkan tatapanku kearahnya. Aku mengernyit padanya.

"T-tidak. Kau ini apa-apaan. Dia itu sahabatku" Sangkalku. Sungguh kau gadis munafik.

Ia menarik satu alisnya dan menyeringai padaku. "Benarkah?" Tanyannya lebih terdengar mengintimidasi.

Aku mengangguk dengan cepat. "Y-ya tentu saja"

"Kau memerah Summer"

Apa? Membulatkan mataku seketika aku memegang kedua pipiku dengan telapak tanganku. Ugh ini menyebalkan. "Hentikan James. Sungguh aku tak menyukainya" Ujarku kesal.

Ia kembali menarik satu alisnya dan tertawa pelan. "Baiklah baiklah aku percaya padamu" Ujarnya masih dengan tawanya. Aku hanya menyeringai puas padanya.

Aku kembali memandangi keindahan sungai East dari jembatan Brooklyn ini. Oh aku sungguh menikmati terpaan anginnya. Kota ini sungguh indah. Tapi tak seindah perasaanmu terhadap Brad. Oh sungguh tragis Summer. Bagaimanapun juga kau memang tak pantas bersanding dengan Brad. Ia sangat jauh lebih baik daripadamu. Summer Traver, kau hanya sekedar gadis yang beruntung.

To be continue...

Hiii, jangan lupa vote dan juga comment ya.. mohon dihargai :) nggak butuh satu menit kok buat pencet bintangnya :)

Terimakasih juga yang udh pada vote, buat aku tambah semangat nulisnya. Insyallah bakalan fast update

Thanks xx

Just You (Bradley Simpson)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang